Posting baksos kelimabelas ini adalah adalah posting terakhir dari serangkaian kegiatan baksos yang diadakan oleh team AdIns dalam rangka ulangtahun AdIns kelima belas. Kali ini yang bertugas adalah panitia baksos sendiri. (Fiiuhhh akhirnya selesai juga…)
Ketika mereka mengemukakan rencana mereka untuk membantu sebuah sekolah yang teramat jelek di daerah Megamendung, Kabupaten Bogor, saya tersenyum, karena yang bagi mereka sangat jelek itu sudah pernah saya alami dulu ketika saya kecil. Namun bagi sebagian besar anak2 kota, memang SDN Sukabirus ini tampak sangat buruk.
Akan tetapi saya tetap menyetujuinya, karena usulan yang mereka sampaikan, meskipun membutuhkan budget yang paling besar dari seluruh kegiatan baksos lain, benar2 memiliki impact yang nyata dan jangka panjang.
Salah satunya yang sangat bagus adalah untuk membuat pagar pembatas antara halaman sekolah yang sempit dengan jurang yang bisa menelan korban anak2 jatuh, serta membuat WC yang selama ini tidak mereka miliki sehingga menyebabkan anak2 harus berjalan jauh ke pinggir sungai. Selain itu mereka juga mengusulkan membuat perpustakaan dan beberapa kegiatan lainnya.
Bagaimana hasil kegiatan mereka di SDN Sukabirus Megamendung ini, marilah kita ikuti penuturan mereka:
Team Baksos AdIns berfoto ria di depan SDN Sukabirus Megamendung
SD Negeri Sukabirus telah berdiri cukup lama, bahkan salah satu guru sekolah itu telah mengajar sejak tahun 1986. Sekolah ini memang milik pemerintah, namun pada kenyataannya sekolah ini kurang terjamah oleh pemerintah. Mereka hanya memiliki 3 ruang kelas dengan pembagian waktu belajar, yaitu jam 7-10 pagi untuk siswa kelas 1 s/d kelas 3 dan jam 10-12 untuk kelas 4 s/d kelas 6.
Lokasi : Desa Gadog Kabupaten Bogor
Tujuan dari baksos ini adalah agar anak-anak SDN Sukabirus dapat merasakan sekolah yang layak dengan fasilitas standar (perpustakaan dan toilet) yang memadai dan berbagi kebahagiaan bersama siswa-siswi SDN Sukabirus.
Ilka Fidelia Hardijanto: Ini merupakan pengalaman pertama saya melakukan baksos yang lokasinya kami cari dan survey sendiri, karena biasanya targetnya sudah ada, sehingga hanya perlu datang untuk survey ke lokasi tersebut.
Pertama kali melihat sekolahnya saya kaget, karena saya tidak menyangka bangunan sekolahnya hanya memanjang seperti itu dan tidak ada lapangannya, apalagi setelah tahu di sana bahkan tidak ada toiletnya.
Baksos ini membuat saya lebih sadar dan mensyukuri berkat Tuhan, karena saya sudah diberikan kesempatan untuk bersekolah di tempat yang sangat baik.
Walaupun repot dan capek, karena beberapa kali weekend harus pergi survey dan mempersiapkan ini itu, tapi senang banget bisa berbuat sesuatu untuk membantu saudara-saudara kita, dan benar-benar sukacita rasanya melihat hasil renovasi dan respon adik-adik serta guru-guru di sana.
Dapat melakukan baksos seperti ini sungguh sebuah pengalaman yang berharga 😀
Terima kasih untuk kesempatannya ^^
Yosiana Octavianita: Kami dari tim Baksos sudah cukup sering mengadakan bakti sosial di berbagai tempat, baik itu di Panti Asuhan, Rumah Singgah, ataupun tempat lainnya. Namun pengalaman mengadakan baksos di sekolah kurang mampu ini, sangat berkesan khususnya untuk diri saya secara pribadi.
Diawali dengan pemilihan SDN Sukabirus sebagai target Baksos kami. Awalnya kami mendapatkan informasi tentang sekolah ini dari penduduk di sekitar Mega Mendung, dengan rasa penasaran kami pun segera bergegas menuju ke sekolah itu.
Perjalanan menuju sekolah itu cukup asri, pemandangan indah, udara di sekitarnya pun segar, padahal saat itu sedang hujan di sana. Setelah sesampainya didaerah yang di informasikan, kami heran karna tidak bertemu bangunan sekolah di sekelilingnya daerah itu, dan akhirnya pun kami bertanya dengan sekelompok adik-adik yang sedang bermain, ternyata sekolah itu adalah sekolah mereka, kami pun diantarkan ke sekolah itu. Perjalanan menuju sekolah hanya dapat dilewati dengan berjalan kaki.
Setelah sampai disekolah, kami semua kaget, di sekolah itu hanya terdapat 5 ruangan, tidak ada lapangan, tidak ada toilet, dan posisi tanah di sekelilingnya cukup curam, sehingga berbahaya untuk anak-anak bermain.
Singkat cerita akhirnya kami dari tim sepakat untuk mengadakan Baksos disana, alasan kami memilih SD Sukabirus, karena kondisi sekolah mereka cukup memprihatinkan.
Keprihatinan kami muncul karena melihat ruang kelas yang dipergunakan secara bergantian. Mereka juga tidak bisa merasakan upacara, karena tidak ada lapangan. Mereka masuk ke dalam kelas tanpa alas kaki, karena takut kelas kotor disebabkan oleh jalanan di sekitar sekolah masih tanah pekat. Dan yang paling menyedihkan saat mereka ingin ke toilet, mereka harus ke sungai dengan melewati jalan yang licin dan cukup jauh. Melihat itu semua tidak ada alasan bagi kami untuk tidak memilih sekolah ini menjadi target Baksos kami.
Saat acara Baksos berlangsung, kami pun bersama-sama untuk memberikan hiburan yang sangat baik kepada murid-murid disana, kami mengadakan games di kelas dan kami membuatkan perpustakaan kecil untuk mereka, terlihat raut wajah senang dari setiap mereka, murid-muridnya kreatif, mereka sangat antusias menyambut kami.
Selain perpustakaan, kami juga membantu menaikan daya listrik sekolah, karena penerangan disana cukup minim, jadi sekolah hanya dapat menggunakan lampu yang ukuran wattnya kecil.
Selain itu juga, kami membantu memperbaiki toilet dan memasang pompa air di sana, serta kami juga membuatkan pagar sekolah untuk mereka. Ide membuat pagar ini muncul karena di depan kelas hanya ada tanah yg tidak begitu lebar, dan setelah itu tanahnya langsung menjorok ke bawah sehingga sangat berbahaya jika anak2 terperosok ke bawah (lihat foto di bawah).
Saya sangat bersyukur sudah diberi kesempatan untuk dapat melaksanakan Baksos di SDN Sukabirus dan dari Baksos ini saya mendapat pelajaran untuk selalu bersyukur dengan apapun yang telah saya miliki, dapat bersekolah di tempat yang memiliki sarana dan prasarana yang baik contohnya.mengucap syukur dapat berbagi senyuman kepada mereka. Harapan saya semoga adik-adik di SD Sukabirus dapat belajar lebih baik lagi.
Dwi Hastoto: Karena saya anak desa waktu kecil, saya tidak heran dengan kondisi lingkungan sekolah yang kecil, tidak terawat, fasilitas terbatas. Saat survey pertama dan melihat kondisi ruang kelas dan kondisi toilet yang rusak dan tidak terurus, saya jadi teringat dengan masa kecil saya sewaktu masih SD. Tidak jauh berbeda, karena memang kebanyakan sekolah negeri, walaupun dibuatkan gedung bagus, pada akhirnya akan mengalami hal yang sama, karena kurangnya rasa memiliki baik dari guru maupun warga sekitar yang anaknya bersekolah di situ. Semangat belajar dan berkarya dan anak-anak di situ juga rasanya sama dengan sekolah-sekolah yang lain.
Yang agak mengejutkan buat saya adalah ternyata di desa masih banyak orang jujur. Terus terang saya agak kaget. Waktu saya tahu bahwa nanti bantuan sosial ini akan dikerjakan oleh salah satu wali murid yang menjadi anggota komisi sekolah, saya menjadi negative thinking. Wah, pasti ini bakal menjadi kesempatan buat mereka untuk mendapatkan proyek dan mengeruk keuntungan dari situ. Apalagi kondisi mereka juga tidak sepenuhnya baik, boleh dikatakan pas-pasan. Belum lagi kita tiap hari di Jakarta ini, disuguhi oleh banyak tontonan tentang bagi-bagi proyek untuk menjadi lahan korupsi bersama-sama.
Namun saya keliru. Ketika pelaksanaan Baksos tiba dan saya datang kesana, mereka mengerjakannya diluar ekspektasi saya. Pagarnya cukup kokoh dan materialnya juga tebal. Kondisi tangga dan pondasi halaman toilet juga cukup kokoh, belum lagi kondisi toilet juga dibuat cukup baik dan nyaman.
Ternyata mereka mengerjakannya dengan tulus, mencoba memberikan yang terbaik karena diberikan amanah untuk ikut serta membangun salah satu sekolah di lingkungan mereka. Mengerjakan sebaik mungkin adalah tanda terima kasih mereka karena kita sudah memberikan perhatian kepada mereka. Mereka tidak mau memanfaatkan dan bakti sosial sebagai proyek bancakan mereka.
Saya terharu, ternyata di desa-desa masih banyak orang jujur dan tahu berterima kasih. Tidak seperti di Jakarta, yang seolah-olah orang hanya berpikir untuk kepentingan dirinya sendiri. Sungguh saya sangat senang, dan bangga dengan mereka, karena walaupun mereka orang desa, mereka lebih bermartabat dibanding kebanyakan orang kota yang egois. Sikap yang patut ditiru buat kita semua. Tidak ada salahnya kita belajar dari mereka, orang-orang desa, belajar bagaimana menjadi orang yang jujur dan mau berterima kasih.
Novia Suprabawati: Awal pertama survey saya merasa terkejut melihat kondisi SD di jaman sekarang dengan minimum fasilitas, hanya ada 3 ruang kelas, halaman sempit dan fasilitas toilet tidak ada. Bahkan untuk pelajaran olahraga mereka harus berjalan jauh mencari lahan yang masih kosong.
Saya sangat merasa bersyukur dulu waktu SD yang sudah berpuluh tahun yang lalu saya bisa merasakan fasilitas yang lebih baik dari ini.
Saya juga merasa senang sekali melihat antusiasme anak – anak dan para guru. Anak – anak dengan gembira mengikuti games – games sederhana yang kami buat.
Dana baksos yang kami serahkan sebelumnya untuk pembuatan pagar dan perbaikan toilet pun sudah terlihat hasilnya. Suatu kebahagiaan tersendiri ketika apa yang kita berikan berarti besar untuk mereka.
Albertina Gerda Tucunan: Baksos ini adalah baksos pertama kali saya. Pertama kali diajak untuk survey, awalnya saya pikir tempatnya akan sama dengan sekolah-sekolah yang ada di Jakarta, bedanya ya hanya lokasinya aja. Tapi pas lihat sekolahnya, saya sedikit bingung dan bicara sendiri “Loh, kok cuma segini aja sekolah nya? Lapangannya mana? Oh mungkin ada di belakang gedungnya”, tapi pas saya lihat-lihat sekolahnya, “Loh kok mentok? Mereka kalau mau upacara atau olahraga dimana?” Dan di situ saya benar-benar kaget, tapi jadi makin semangat buat bantu mereka.
Lalu pada saat acara baksosnya, benar-benar tidak menduga kalau siswa-siswi nya sangat excited atas kedatangan kita semua. Dan pada saat masuk ke kelas mereka, mereka benar-benar terlihat senang untuk ikuti semua kegiatan kita. Memang bukan sesuatu hal yang besar yang bisa kita berikan ke mereka, tapi selagi kita memberikannya dengan hati yang tulus, hal itu bisa menjadi sesuatu hal yang sangat berarti dari mereka.
Baksos ini sangat menyenangkan, seru, asik, merasa semakin diberkati dan tentunya membuat kita menjadi selalu ingin berbagi.
Yes, we are blessed to be a blessing! 🙂
Martin Eric Gunawan: Ini kali pertamanya saya bertugas sebagai tukang pasang lemari untuk kegiatan Baksos. Saya merasa sangat senang karena disana saya merasa tenaga saya bisa digunakan untuk sesuatu yang bisa berguna bagi orang lain. Selama Baksos yang pernah saya ikuti, saya hanya berpartisipasi dalam hal berpikir dan memberi perhatian saja.
Ketika saya telah selesai merakit lemari bersama teman-teman, saya berkunjung ke ruang kelas dimana teman-teman Baksos yang lain mengadakan acara bermain bersama anak-anak. Saya merasa seperti bernostalgia kembali ke masa kecil saya.
Saya melihat dan merasakan anak-anak merasa excited dengan permainan yang dibawakan oleh teman-teman yang berpartisipasi. Apalagi ketika akan diumumkan pemenang permainan, mereka sampai membaca doa supaya kelompoknya menang. Saya berharap semoga di Baksos berikutnya saya dapat berbagi untuk orang lain melalui tindakan lain.
Daniel A. W.: Mungkin selama ini kita terbiasa melihat sekolah bagus seperti SDN 01 Kebon Jeruk sebagai suatu hal yg normal, tapi disini kita bisa melihat masih ada sekolah yg memiliki keterbatasan fasilitas yg paling basic, seperti pagar sekolah, toilet, buku ajar, buku pelengkap dsb.
Sangat menyentuh melihat semangat dan antusiasme guru-guru & anak-anak SDN Sukabirus yang tetap optimis di tengah segala keterbatasan mereka. Saya sama sekali tidak mendengar nada complaint saat saya ngobrol dengan anak-anak ini, dimana mereka bercerita tentang berbagai keterbatasan sekolah (ruang bermain terbatas dan harus hati-hati bermain karena tidak ada pagar kearah jurang di samping sekolah, buku-buku terbatas, harus berjalan jauh kalau perlu ke toilet, dsb).
Komitmen para guru pun luar biasa ! Dengan status hanya sebagai Pegawai Honorer, orang-orang muda ini dengan gigih mengajar, dan dengan bangga menunjukkan piala-piala yang diperoleh oleh SDN Sukabirus selama ini.
Dari anak-anak ini saya belajar banyak apa yang saya sebut sebagai BERSYUKUR DALAM SEGALA HAL, dimana saya melihat mereka sangat enjoy dalam keseharian mereka meskipun yang mereka miliki mungkin jauh di bawah apa yang menjadi standar kecukupan kita.
Dari para guru, saya belajar banyak soal KOMITMEN dan FOKUS untuk mengerjakan apa yang sudah dipercayakan kepada mereka, meskipun mungkin balasan yang mereka terima secara kasat mata jauh dari memadai. Dari SDN Sukabirus sendiri saya belajar tentang KOMITMEN UNTUK MENJADI BERKAT di tengah masyarakat, meskipun mereka sendiri penuh dengan keterbatasan.
Joana Amdanni: Kesempatan untuk bisa mengikuti Baksos di SDN Sukabirus ini benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan. Saya merasa terberkati melalui kunjungan kami ke sana. Anak-anak, bahkan para Guru dan Kepala Sekolah sangat antusias menyambut kami. Saya tidak menyangka bahwa mereka akan menyambut kami sampai sebegitunya.
Yang paling berkesan adalah saat saya dan seorang teman mengajarkan cara membuat origami berbentuk burung bangau pada anak-anak kelas 4 SD. Buat saya, mengajar anak-anak SD itu tidak mudah, makanya ketika melihat mereka akhirnya berhasil mengikuti langkah-langkahnya, melipat origami tanpa dibantu, bahkan merangkainya menjadi sebuah hiasan yang Indah untuk dipajang di kelas mereka, saya sangat senang.
Semoga bantuan dari AdIns dengan membuatkan perpustakaan (berisi buku-buku akademik maupun non akademik), membuatkan pagar dan toilet bisa membantu anak-anak untuk balajar dengan lebih semangat lagi, dan jadi orang-orang hebatnya Indonesia, sehingga di masa yang akan datang tidak ada lagi sekolah-sekolah yang kekurangan. Thanks AdIns!
Eka Reny V. D.: Ini pengalaman pertama saya mengunjungi baksos naik mobil pickup dengan saya duduk dibelakang yang ternyata saat jalanan turun bikin deg-degan karena curam turunannya, seperti mau jatuh aja mobilnya, tapi setelah deg-degan, bisa lihat hijau pemandangan desa, mobil berhenti dan kami lanjut jalan kaki bawa barang karena jalan menuju SD itu hanya motor yang bisa masuk, kami melewati jalan setapak perkampungan, bersyukur cuaca cerah, kalau hujan pasti becek jalanannya.
Kami disambut antusias guru dan kepala sekolah dan di kata-kata sambutan mereka, kami semua tertawa lepas beberapa kali karena para guru dan kepala sekolah bisa mencairkan suasana dan kami menjadi akrab.
Kemudian kami berbagi tugas untuk mengadakan games, saya bertugas di kelas 6. Ternyata seru! Anak-anaknya antusias, mulai dari menyanyi bersama sampai gamesnya semuanya dilakukan dengan baik dan maksimal banget walaupun mereka tahu pemenang hanya sampai juara 1 dan 2 saja, saya belajar dari mereka kalau melakukan segala sesuatu itu harus dengan semangat dan maksimal apapun kondisi kita. Saya sendiri jadi bersemangat karena melihat anak-anak itu.
Kami datang disambut dengan antusias, datang dan pulang pun kami mendapat makanan, enak lagi makanannya. Semangat anak-anak dan para guru serta kepala sekolah SDN Sukabirus Mega Mendung luar biasa. Bersyukur bisa dikasi kesempatan berbagi.
Jordan F. Tannius: Bersyukur bisa ikut terlibat berbagi kasih dan keceriaan. Saya belajar banyak dari anak-anak yang ada di SDN Sukabirus ini. Hidup dari segala keterbatasan mereka, tetapi mereka masih bisa bermain dengan ceria dan semangat. Dari awal kami datang ke lokasi sampai kami berpisah dengan mereka, tak henti-hentinya saya tersenyum dan tertawa melihat tingkah mereka yang lucu-lucu.
Mereka sangat antusias dalam mengikuti setiap kegiatan yang kami adakan, mulai dari membuat burung-burungan dari kertas, menempel manik-manik, membuat hiasan bunga-bunga dari sedotan. Ada rasa kepuasan tersendiri, ketika apa yang telah kami siapkan boleh memberikan keceriaan bagi mereka.
“Life is never flat”, ya.. hidup memang tidak pernah datar, selalu ada kejadian atau peristiwa yang terjadi di dalam hidup kita. Tapi satu hal yang pasti, roda akan selalu berputar. Tidak selamanya kita akan sedih atau berduka, akan ada saatnya kita diberikan sukacita dan kebahagiaan.
Terima kasih SDN Sukabirus yang sudah memberikan pelajaran berharga untuk saya khususnya, dimana saya bisa belajar tetap bersyukur dengan hidup saya yang sekarang ini.
“When life is rough, PRAY. When life is great, PRAY”
Bong Ridwan K.: Senang rasanya bisa berbagi bersama mereka yang di luar sana. Mungkin apa yang diberikan tidak menjawab semua kebutuhan mereka, tapi belajar berbagi membuat kita menjadi manusa yang lebih peka, yang lebih punya tindakan daripada sekedar kata-kata belaka, yang lebih nyata sehingga sentuhan itu bisa dirasakan dan memberi warna hidup bagi mereka dan kita.
Anak2 yang lugu dan ceria meskipun dengan fasilitas sekolah seadanya
——————————————————————————————————–
Dengan terpostingnya baksos kelimabelas ini, maka selesailah sudah serangkain laporan kesan2 pelaksanaan 15 Baksos dalam rangak Ulangtahun ke 15 AdIns. Tidak ada maksud menyombongkan diri dengan keseluruhan posting kegiatan ini, namun saya berharap kesan2 yang diperoleh oleh teman2 di AdInsi ini bisa menginspirasi pembaca terutama generasi muda untuk mulai mencoba mengadakan kegiatan serupa.
Uang bukanlah satu2nya hal yang dibutuhkan oleh sebagian besar dari orang2 yang dikunjungi oleh team baksos AdIns, sebagian besar dari mereka justru membutuhkan perhatian dan kasih sayang daripada uang.
Selain membuat mereka yang tidak beruntung itu berbahagia, sebenarnya juga memberikan efek ganda ke team baksos AdIns, karena dengan melihat, bersentuhan, berbagi kasih dengan mereka, membuat team lebih menghargai apa yang mereka miliki, lebih bisa bersyukur dan berterima kasih.
Saya sangat berterima kasih atas seluruh waktu dan tenaga yang telah diberikan oleh seluruh AdIners di dalam melaksanakan seluruh kegiatan baksos ini. Saya juga ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca yang bersedia meluangkan waktu membacanya. Dan terakhir mohon maaf jika di dalam menayangkan kegiatan baksos ini ada hal2 yang sekiranya tidak berkenan.
Salam,
Guntur Gozali,
Jakarta, Kebon Jeruk,
Selasa, 21 Juli 2015, 10:15
Baca juga:
– Baksos Keempatbelas: Belajar Bersama Anak Kolong – SJORS Foundation
– Baksos Ketigabelas: Korban Kebakaran Tanah Abang
– Baksos Keduabelas: Apresiasi Kepada Suku Dinas Kebersihan Kebon Jeruk
– Baksos Kesebelas: Panti Werdha Marfati
– Baksos Kesepuluh: Pendidikan Luar Biasa – Bakti Luhur Malang
– Baksos Kesembilan: Panti Asuhan Nusantara Foundation
– Baksos Kedelapan: Panti Tuna Netra – Yayasan Mitra Netra
– Baksos Ketujuh: Kunjungan ke Pasien dan Keluarga di RS Dr. Cipto Mangunkusumo
– Baksos Keenam: Panti Anak Down Syndrome – Yayasan Tri Asih
– Baksos Kelima: Anak Cacat Ganda – Yayasan Sayap Ibu – Bintaro
– Baksos Keempat: Berbagi Ilmu di Rumah Sakit Jiwa DR. Soeharto Heerdjan
– Baksos Ketiga: Rumah Singgah Anak Kanker YKAKI – Bandung
– Baksos Kedua: Pemakaman Umum Lenteng Agung
terimakasih,,, ini sekolahku,.,., aku sudahjauh di Rantau tak tau sedikitpun tentang Kondisinya sekarang,.,., Terimakasih Guntur Gozali & team,.,.,
Terima kasih, maaf ya baru balas, sy lama gak tengok blog saya.
Salam
Banh sekolah di sdn sukabirus?