Baksos Kedelapan: Panti Tuna Netra – Yayasan Mitra Netra

Baksos ke Yayasan Tuna Netra mungkin sudah sering kita dengar, namun memperoleh permintaan sumbangan berupa drum (terleblih electric drum) tentu luar biasa sekali. Hal inilah yang dialami oleh team baksos Adins ketika berkunjung ke Yayasan Mitra Netra, dimana mereka harus melongo melihat kehebatan teman2 kita yang tidak mampu melihat itu bermain electric drum hanya 30 menit setelah diajarkan… luar biasa. Pengalaman ini ternyata membukakan mata mereka bahwa memiliki indra yang lengkap tidak membuat kita lebih hebat daripada orang yang memiliki keterbatasan…

Marilah kita simak pengalaman lengkap mereka berbaksos di Yayasan Mitra Netra:

Panti Tuna Netra 1

Merupakan Yayasan yang bergerak di bidang peningkatan taraf hidup penderita tuna netra, sehingga para penderita tuna netra menjadi mandiri dan dapat mencapai cita-citanya.

Lokasi : Jl. Gunung Balong II No. 58 Lebak Bulus, Jakarta Selatan

Tujuan dari baksos ini adalah untuk berbagi keceriaan dengan cara memberi bantuan alat music dan bermain musik serta bernyanyi bersama para penderita tuna netra, membantu yayasan tersebut agar dapat mengembangkan talenta para penderita tuna netra dengan lebih baik, dan memberikan pengalaman baru kepada karyawan tentang orang yang memiliki keterbatasan penglihatan.

Bantuan alat musik

Panti Tuna Netra 2

Kesan-kesan mengenai Baksos ini :

Steven : Ini pertama kalinya saya mengikuti kegiatan baksos, biasa saya hanya membantu menyumbangkan dana/barang yang masih layak pakai tapi tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut.

Sempat terpikir dibenak saya, apa yang mesti saya lakukan karena kunjungan kita ke Yayasan Tuna Netra, bagaimana saya bisa berkomunikasi dengan mereka, dll.

Tapi ternyata sesampainya disana pandangan saya berubah, mereka mampu melakukan segala sesuatu secara mandiri, terlebih lagi mereka bisa memainkan berbagai alat music, dan saya sendiri belum tentu bisa alhasil saya merasa malu sendiri haha.

Berkat kunjungan ini, pikiran saya menjadi terbuka. Segala sesuatu bisa dilakukan asalakan dilakukan dengan hati dan niat

Tommy : Panti Tuna Netra – Yayasan Mitra Netra, menurut saya tempat tersebut nyaman dan jauh dari kebisingan sehingga merupakan tempat yang cocok bagi mereka (para tuna netra) untuk belajar meningkatkan ketrampilan mereka masing-masing.

Ketika pertama kali sampai di sana, saya sempat melihat-lihat fasilitas di sana. Menurut saya sudah lumayan lengkap, kebersihan wc terjaga, ada AC, computer bagi mereka yang ingin belajar dan juga tersedia perpustakaan (saya belum masuk ke sana jadi belum tahu seberapa banyak buku yang tersedia di sana). Selain itu juga ada teras dan semacam pondokan tempat untuk berkumpul (tempat kami mengadakan acara).

Kemudian untuk orang-orang di sana, menurut saya semuanya ramah tamah dan murah senyum. Ketrampilan mereka juga tidak kalah dari kita-kita yang memiliki penglihatan yang normal.

Salah satunya saya berjumpa dengan seorang bapak yang sedang membuat tas tenteng yang biasa dibawa oleh ibu-ibu. Hebatnya, tas tersebut dibuat dari bungkus-bungkus kopi instant yang biasa dijual di market-market.

Awalnya ketika saya melihat bapak tersebut, saya pikir bapak tersebut bukan seorang tuna netra karena beliau mengenakan kacamata hitam dan duduk di tempat sekumpulan orang yang bukan tuna netra. Hanya ada 1 wanita yang tuna netra di sana dan saya pikir bapak itu adalah ayahnya.

Namun ketika acara dimulai (di pondokan yang saya sebutkan di atas), bapak tersebut hadir dan dia ternyata seorang tuna netra (dipandu oleh orang ketika mencari tempat duduk). Dari situ, saya merasa kagum dengan bapak tersebut karena dengan hilangnya penglihatan dia namun dia sanggup dan bisa membuat tas yang bisa dibilang kerajinan tangan dari bungkus-bungkus kopi instant.

Saya sendiri jujur saja, tidak bisa membuat hal seperti itu dan tidak pernah terbayangkan di pikiran bahwa bungkus-bungkus kopi instant bisa dibuat seperti itu (Sayang saya tidak meng-foto hasil karya bapak tersebut).

Kemudian ketika acara sudah dimulai, dimulai dari perkenalan masing-masing anggota di panti tuna netra di sana. Setelah acara perkenalan selesai, mereka kemudian mempersembahkan lagu happy birthday AdIns. Selesai lagu tersebut, kemudian dilanjutkan dengan kata-kata pembuka dari tim kami. Setelah itu serah terima sumbangan yang telah kami siapkan untuk mereka yaitu berupa drum listrik.

Kemudian kami mulai memasang drum listrik tersebut untuk dicoba dan ditest oleh mereka (Panti Tuna Netra). Ketika melihat mereka melakukan test pada drum listrik tersebut, ternyata kemauan belajar mereka sangat besar. Di samping kekurangan mereka, namun mereka terus berusaha keras untuk mencoba walaupun sering kali mengalami kegagalan.

Sembari mereka mencoba drum tersebut, kami juga berbincang-bincang (ngobrol) dengan mereka. Kami juga bernyanyi bersama, bercanda-canda.

Ini merupakan baksos saya yang pertama di AdIns, kesan saya pertama kalinya mengikuti acara ini yah menyenangkan karena bisa membantu sesama. Dan juga saya bisa belajar sesuatu dari mereka yaitu terus mencoba walaupun mengalami kegagalan berkali-kali.

Hal ini yang benar-benar membuat saya kagum dengan mereka dan saya yakin banyak dari kita yang memiliki fisik yang normal pun tidak memiliki daya juang seperti mereka. Banyak dari kita yang sangatlah mudah menyerah ketika sudah menemukan kebuntuan. Di satu sisi saya merasa lebih bodoh dari mereka. Bayangkan saja dengan kekurangan fisik seperti mereka saja, mereka sudah bisa seperti itu, apalagi kalau mereka memiliki fisik yang normal. So, saya merasa mendapatkan banyak hal dari kegiatan baksos ini.

Kevin : Beberapa hari sebelum kami pergi mengunjungi Panti Tuna Netra,  saya merasa senang banget karena diberikan kesempatan untuk melakukan bakti sosial. Hampir setiap hari saya selalu bertanya-tanya kepada diri sendiri : “Duh baksosnya kapan ya…. Sudah tidak sabar dan penasaran mau bertemu dengan para penderita tuna netra. ”

Dan pada akhirnya hari H pun tiba, dan banyak pertanyaan yang terlintas di benak saya : “Tempatnya seperti apa ya? Bagaimana dengan kehidupan mereka? Apa yang mereka lakukan untuk mengisi waktu luang setiap harinya?” dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat saya sebutkan semuanya.

Ternyata Yayasan Mitra Netra ini sangat sederhana dan lokasinya termasuk terpencil sehingga akses untuk mencapai tempat ini sangat susah. Jarang terlihat adanya kendaraan umum atau angkot yang melintas di daerah tersebut.

Sesampainya di sana, rasa penasaran saya semakin meningkat dan ingin segera bertemu dengan mereka. Lalu kami disambut dan kita menuju ke suatu tempat lesehan sambil menunggu para penderita tuna netra lainnya. Saya merasa sedikit sedih karena yang hadir tidak terlalu banyak, dikarenakan beberapa dari mereka adalah anak-anak yang masih belajar di sekolah.

Selama kami berbincang-bincang dengan mereka, anehnya saya tidak menemukan rasa sedih, suram, dan minder di wajah mereka. Sebaliknya, mereka terlihat senang, bersemangat, dan antusias dalam menyambut kedatangan kami.

Saya merasa tersentuh dengan semangat hidup mereka yang luar biasa dan tegar dalam menjalani hidup dengan keterbatasan penglihatan. Di samping itu, mereka sangat ahli dalam memainkan berbagai alat musik. Sungguh rasanya menyenangkan bisa meluangkan waktu untuk masyarakat sekitar dan bahagia melihat para tuna netra senang akan kehadiran kami walaupun hanya sebentar.

Ini merupakan acara baksos pertama kali bagi saya. Saya belajar dari para tuna netra bahwa kita jangan mudah menyerah dan terus berjuang dalam menjalani hidup ini. Suatu kelemahan atau kekurangan apapun tidak dapat menghambat seseorang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. So teman-teman, manfaatkanlah setiap kesempatan yang ada dan selalu menjadikan kesempatan tersebut sebagai suatu kelebihan yang dapat menutupi kelemahan kita.

Setiyo : Membuat saya jadi lebih bersyukur karena tidak diberi kekurangan secara fisik. Pengalaman pertama mengunjungi tempat seperti mitra netra, senang bisa berbagi kebahagiaan dengan saudara-saudara kita disana. Kalau bisa tetap bisa saling membantu saudara-saudara kita disana.

Yuwono : Ketika kegiatan baksos kemarin, Bu Aria (salah satu pembina di Mitra Netra) bilang: orang lebih sering memandang tuna netra dari sisi kelemahannya, dari hal2 yang tidak bisa mereka lakukan. Padahal sebenarnya banyak juga hal yang tuna netra bisa lakukan (seperti bermain musik, yg kita sudah lihat bersama). Dengan performance tsb, Bu Aria ingin menyebarkan harapan dan optimisme, bahwa teman2 tuna netra sebenarnya mampu melakukan banyak hal.

Bagi saya, ini juga jadi pelajaran tersendiri. Kita seringkali fokus pada apa yg kita/orang lain tidak bisa, pada kegagalan kita. Sehingga kita jadi mengabaikan potensi/hal lain yang sebenarnya bisa kita lakukan.

Jadi intinya marilah menjadi pribadi yang berpikir positif.

Terima kasih Bu Aria atas pelajarannya 🙂

Gotong Royong menyusun DrumPanti Tuna Netra 3

Hizkia : Ini bukan baksos pertama saya karena sebelumnya saya cukup aktif dalam kegiatan baksos terutama baksos yang berhubungan dengan anak jalanan tetapi baksos di Tunanetra menjadi baksos pertama untuk kategori “Cacat” (maaf jika agak kasar).

Team mencari yayasan Tunanetra yang paling dekat dari kantor, akhirnya dipilihlah Yayasan Mitra Dekat yang berada didaerah Lebak Bulus. Setelah team meninjau lokasi dan permintaan mereka, cukup interested yang mereka inginkan yaitu memiliki drum elektronik. Dalam hati saya berkata ‘WOW’ (tak bisa membayangkan tunanetra sambil mengebuk drumset).

Dan akhirnya hari baksos pun datang juga, saya dan team datang kesana dan melihat kekaguman akan keahlian dan keberanian yang mereka miliki.

  • Saya melihat secara langsung mereka dapat memainkan alat-alat musik dari piano, gitar, drum yang bahkan saat itu baru kita kirimkan
  • Saya melihat karya-karya daur ulang yang mereka buat, dari bungkus kopi menjadi tas. Cukup amazed banget kan
  • Saya juga mencoba bertanya kepada mereka, bagaimana cara mereka datang dari rumah sampai ke yayasan mitra netra. Ada yang datang diantar oleh keluarga, naik angkot bahkan ada yang jalan kaki.

Mencoba membayangkan jika saya berada dalam posisi mereka, bagaimana kegigihan, keuletan dan kerjakeras mereka dengan kekurangan yang mereka miliki. Saya hanya bisa terseyum dan bersyukur kepada Tuhan atas kondisi saya saat ini.

Setelah baksos tersebut selesai, sebenarnya saya masih penasaran sama mereka mengenai ketrampilan akan music. Akhirnya saya membawa teman saya (walaupun bukan dari AdIns) untuk melihat kemampuan mereka, dan mereka akhirnya diundang oleh teman saya untuk mempertunjukan kemampuan mereka didepan umum.

Sekali lagi saya berkata “WOW” dengan pertunjukan yang mereka sajikan, alunan music indah dan menyayat hati semua orang yang hadir disana.

Semoga event baksos ini, akan diadakan setiap tahun agar kita lebih mengenal akan kehidupan orang-orang yang “membutuhkan” dan bagaimana cara kita berterimakasih atas apa yang kita miliki saat ini.

Medianto : Bagi saya yang baru pertama kali melakukan kunjungan bakti sosial pada yayasan tuna netra, kunjungan ini merupakan hal yang sangat berkesan karena dapat melihat dan juga berinteraksi langsung dengan mereka yang memiliki kekurangan pada fisik mereka namun tetap memiliki semangat hidup yang tinggi. Dan dari acara tersebut saya menjadi tahu kalau banyak dari mereka yang memiliki kekurangan dalam penglihatan namun kemampuan mereka dalam bermusik sangat baik.

William : Pada saat survey tempat baksos, disana saya sempat bertemu dengan beberapa orang tuna netra dan selain itu, berdiskusi sebentar dengan pihak yayasan Mitra Netra (Ibu Aria salah satu Pembina).

Pada saat kami sedang wawancara,  yang membuat saya terpana adalah ketika menatap jemarinya yang mengetik di atas keyboard laptop dengan earphone yang  terpasang di telinga nya. Hal ini mengundang sebongkah tanda tanya besar di hati saya. Bagaimana cara dia mengetahui apa yang diketiknya? Atau bagaimana cara bisa membaca tulisan yang ada di layar?

Tidak tahan dengan pertanyaan itu, saya menananyakan, dan ternyata mereka menggunakan aplikasi yang bernama Screen Reader. Screen reader ini ternyata menjadi senjata andalan kaum tuna netra, dengan mengubah visual mode ke audio mode. Apa yang tampil di monitor, kemudian oleh aplikasi screen reader  diubah menjadi talking devices sehingga dapat dipahami oleh teman-teman penyandang disabilitas ini.

Selain itu juga, kami sempat diantarkan oleh Ibu Aria untuk menunjukan tempat-tempat yang ada di Mitra Netra, seperti ruang kesenian, ruang percetakan, ruang pengetikan buku.

Jujur saya sangat  kagum akan memori (daya ingat) Ibu Aria, karena dia bisa menunjukan secara tepat nama lokasi beserta fungsi dari ruangan tersebut tanpa ada kesalahan.

Pada saat kunjungan untuk acara baksos, disana kami berkumpul bersama-sama dengan beberapa anggota Tuna Netra khususnya dari bagian kesenian, disana saya melihat bagaiman pandainya mereka menguasai alat musik nya masing-masing,  bahkan ada 1 orang tuna netra yang bisa bermain keyboard dengan baiknya.

Ada event dimana para anggota Tuna Netra memainkan alat musik secara bersama-sama untuk menyanyikan lagu Happy Birthday  untuk AdIns, seakan tak percaya bahwa mereka bisa memainkan alat musik dengan kompak plus nyanyian dari teman-teman.

Setelah itu saya percaya, Kemauan dan semangat juang dan kepercayaan diri untuk mengejar cita-cita, adalah bukti nyata bahwa disabilitas bukanlah kendala utama bagi seseorang untuk menggapai cita-cita.

Ahmad : Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan sehingga kami bisa menyalurkan dana untuk kegiatan social, disini saya sangat appreciate kepada segenap board of management telah mengadakan acara seperti ini, karena banyak diluar sana masyarakat yang memerlukan bantuan sesama.

Awalnya saya terkejut sekaligus tajub melihat seorang tuna netra dapat melakukan banyak hal yang biasa dilakukan manusia normal. Saya ditugaskan untuk survey tempat dan mewancarai staf yayasan, staf HR yang saya wawancara adalah seorang tuna netra, dan dia dapat mengoperasikan computer seperti manusia normal, dia tidak memerlukan tongkat untuk menuntunnya jalan, naik tangga, sampai membuka pintu. Oh my god seriously? How can this thing possibly happen? Saya hanya bisa terdiam dan takjub.

Setelah akhirnya disetujui untuk mengadakan baksos disana, maka tibalah hari baksos kami. Disana acara diadakan disaung yang berada dibelakang yayasan, acara dimulai dengan pembukaan dari AdIns dan sama-sama meyanyikan happy birthday untuk AdIns.

Pada saat itu semua tuna netra yg berkumpul telah siap dengan instrument music masing-masing. Bayangkan saja, mereka yang memiliki kekurangan masih bisa melakukan hal besar yang tidak semua manusia normal bisa lakukan. Kita sebagai manusia normal harusnya malu jika kita tidak bisa mekakukan apa-apa. Semoga semua ini bisa menjadi renungan bersama.

Tibalah saat puncak acara yaitu penyerahan bantuan, AdIns memberikan bantuan berupa kertas braile, dan sebuah drum elektrik yang sangat dibutuhkan oleh komunitas music tuna netra.

Lalu setelah dibantu untuk pemasangan drum eletrik, dilakukan demo cara pakai dan serah terima oleh ad-ins kepada pihak yayasan. Setelah penyerahan bantuan selesai, diakhiri dengan makan siang bersama dan saling memperat tali silaturahmi. Juga diakhiri dengan foto-foto sebgai kenang-kenangan

Rauzan : Kesan saya mengikuti baksos di PANTI TUNA NETRA – YAYASAN MITRA NETRA adalah BINGUNG DAN KAGUM, kenapa bingung ?

Oke kita mulai dari awal cerita nya, dimulai ide dari team dan disepakatin oleh pihak yayasan kita akan bermain musik bersama dan pihak yayasan memerlukan drum untuk keperluan pentas dan saya ditugaskan untuk mencari drum yang memiliki spesifikasi yang pas untuk mereka.

Jujur yang pertama terlintas dipikiran saya adalah yang akan bermain musik adalah team dari AdIns, namun setelah dikonfirmasi, ternyata yang akan bermain musik adalah pihak yayasan. What ? Are u sure ? Jujur saya bingung bagaimana mereka bisa bermain alat musik seperti gitar, biola, keyboard dan suling.

Masalah berlanjut, drum seperti apa yang cocok untuk pihak yayasan, seumur hidup saya bermain drum belum pernah terlihat drum yang memiliki spesifikasi khusus untuk tuna netra. Akhirnya saya memutuskan untuk mulai mencari dari onlineshop, music shop selama satu minggu tanya sana sini dan hasilnya masih nihil. Sempat terlintas untuk menyerah dan menyerahkan tugas ini ke yang lain.

Tapi saya tidak boleh menyerah akhir nya saya menghubungi guru drum saya ketika les di Yamaha musik, namanya Mba Kimmy,   setelah konsultasi dengan beliau akhirnya mba kimmy merekomendasikan untuk membeli YAMAHA Drum Elektrik [DTardi 400] yang memiliki tekstur tidak telalu tinggi dan setting module suara drum tidak ribet.

Saya konsultasikan dengan pak Toto dan beliau menyetujui hal tersebut, saya bergegas ke sebuah music shop di daerah jalan Panjang untuk membelinya. kembali ke kantor drum langsung saya rakit bersama team, kita mencoba menerapkan konsep setting yang direkomendasikan mba Kimmy dan betul terlihat drum memiliki spesifikasi ideal.

Hari H, setelah berbincang pak Toto menyerahkan drum ke pihak yayasan dan saya bersama team mengajarkan bagaimana merakit dan tunning drum, jujur ketika ingin mengajarkan saya bingung harus bagaimana mengajarkan ya ideal mereka.

Saya mengajari salah satu binaan yayasan namanya mas Ardi, dimulai dengan menunjukan posisi item2 drum seperti hithat, pedal hithat, snare, small tom, midle tom, floor tom, bass drum, pedal bass drum, Ride dan Crash, cara mereka mengingat posisi item drum dengan memeluk setiap baris item drum.

Saya lanjutkan mengajari module drum elektrik saya tuntun telunjuk mas Ardi untuk menekan tombol module drum satu persatu dan mengingat posisi dengan menghitung setiap baris tombol, ketika saya lihat jam tangan saya baru sadar waktu yang dihabiskan untuk mengajarkan mas Ardi tidak lebih dari 20 menit dan mas Ardi sudah bisa memukul drum dan mengganti module.

Mas Ardi sedang mencoba electric drum

Panti Tuna Netra 6

Jujur pas ngajarin mas Ardi saya kaget, bingung, kagum, dan terharu. Kaget,bingung dan kagum karena bagaimana mungkin mas Ardi bisa sangat cepat paham posisi drum dan modulenya, terharu karena ngerasa perjuangan saya untuk mendapatkan drum ini tidak sia-sia dan sangat senang, hal ini membuktikan ke saya bahwa kekurangan bukanlah sebuah hambatan untuk meraih tujuan.

Acara dilanjutkan dengan menyanyi bersama dan mas Ardi sebagai bermain drum, saya kembali kagum, ketika melihat mas Ardi bermain drum layaknya orang yang sudah bermain drum lama, feel ketukan drum sangat pas dengan tempo yang sangat akurat.

TARA !!! Otak jail saya mulai muncul, saya iseng request lagu Tompi menghujam jantungku dimana lagu ini memiliki beat cukup tinggi, dan apa yang terjadi? mas Ardi menabuh drum dengan tepat dan tempo yang stabil, saya ga bisa pikir kenapa mas Ardi memiliki feeling yang sangat tinggi bahkan menurut saya diatas rata-rata orang normal.

Pengalaman ini sangat berarti buat saya dan sangat bersyukur Allah swt bisa mempertemukan saya dengan mas Ardi untuk mengajarkan pelajaran positif dihidup saya. #Hidup tanpa mempunyai TUJUAN sama seperti “Layang-layang putus” Miliki tujuan dan PERCAYALAH anda dapat mencapainya. Terima Kasih

Bermain Musik Bersama

Panti Tuna Netra 4

Toto : Menarik sekali melihat semangat pada penderita tuna netra dalam menghadapi hidup, serta kemampuan yang hebat di bidang music hasil dari latihan dengan penuh semangat. Keterbatasan bukan merupakan halangan, dan keinginan untuk tetap mau belajar membuat mereka mampu belajar dengan sangat luar biasa.

Kekaguman saya adalah ketika melihat mereka mempelajari cara menabuh drum. Saya tidak dapat membayangkan bahwa hanya dengan ditunjukan dengan cara memegangi tangan mereka untuk menunjukan posisi drum, mereka langsung dapat bermain drum hanya dengan melakukan pengulangan hal tersebut selama 30 menit saja !!!!.

Ivan : Kagum dengan semangat yang mereka miliki. Dengan keterbatasan yang mereka miliki terutama di penglihatan, tidak membuat mereka putus asa dan berdiam diri. Mereka aktif mengasah kemampuan serta kreativitas mereka, di bidang musik, vocal, kerajinan tangan, pendidikan dasar. Bahkan mereka juga menjadi pembimbing bagi sesama anggota yang memiliki keterbatasan yang sama.

Merayakan ulang tahun kantor dengan kegiatan baksos sangat bagus sekali karena bisa berbagi dengan sesama yang berkekurangan.

Semoga acara baksos seperti ini tetap dipertahankan, bagus karena bisa langsung terlibat di dalamnya.

Grace : Merupakan suatu kesempatan yang sangat berharga bagi saya dapat berbagi kasih dan sukacita bersama teman-teman dari yayasan Tuna Netra. Pertamanya sampai di tempat tersebut, saya sedikit bingung melihat ada beberapa orang tua sedang merangkai bungkus kopi. Awalnya saya pikir mereka orang tua yang sedang menunggu anaknya belajar di dalam, jadi saya tidak terlalu ambil pusing, namun saya cukup penasaran ingin bertemu anak-anak tersebut.

Setelah kita akan memulai acara, kemudian dipanggil oleh pengurusnya seluruh penghuni yayasan tersebut. Saat itu saya kaget sekali, ternyata orang tua tersebut adalah penghuni yayasan tuna netra. Dan ternyata dari tangannya orang tua tersebut membuahkan hasil yang luar biasa. Dia membuat tas hanya dari bungkusan kopi. Sungguh luar biasa. Tuhan memberikan dia bakat yang indah walaupun dia tidak dapat melihat dunia ini.

Kemudian acara dilanjutkan dengan memberikan bantukan berupa alat music dan kita mencoba menggunakan alat music tersebut bersama-sama. Sungguh saya tidak menyangka sekali bahwa para tuna netra tersebut dapat memainkan alat music dengan sangat baik, bahkan ada beberapa dari antara mereka yang mendapat beasiswa karena kepintarannya dalam memainkan alat music.

Disitu saya disadarkan, betapa terkadang saya kurang bersyukur atas apa yang kita dapat dalam hidup saya. Saya mempunyai organ tubuh yang lengkap dan sempurna, saya dapat melihat dunia ini, tetapi apakah yang sudah saya hasilkan? Apakah saya sudah mengembangkan talenta yang Tuhan berikan kepada saya? Padahal di luar sana masih banyak orang yang kurang beruntung, tetapi mereka tidak patah semangat, mereka benar-benar menggunakan talenta yang telah Tuhan berikan kepada mereka.

Saya benar-benar belajar untuk bersyukur atas segala yang telah saya punya, karena ternyata masih banyak orang di luar sana yang kurang beruntung. Disamping itu saya juga belajar untuk mempunyai daya juang hidup yang tinggi ketika melihat mereka. Mereka begitu bersemangat dalam hidupnya walaupun mereka tidak dapat melihat warna warni dunia ini.

Anissa: Melihat secara langsung memang membuat kita dapat merasakan jauh lebih banyak dari mendengar.

Berinteraksi dengan seorang tuna-netra adalah hal yang belum pernah saya lakukan. Selama kuliah, jika ada waktu,  saya kerap bergabung dengan Teach for Indonesia dalam melakukan bakti sosial. Entah itu mengajar anak jalanan, melihat pemukiman mantan penderita kusta, dll. Namun saya belum pernah mengikuti acara untuk bertemu tuna-netra.

Sekarang saya sudah tidak beraktivitas di dalam kampus dan langsung berpikir bahwa mungkin akan sulit sekarang untuk dapat melakukan kegiatan sosial seperti dulu.

Mungkin karena Tuhan sudah menunjukkan jalan, ternyata AdIns mengadakan baksos, terlebih lagi team kami pergi ke tempat yang belum pernah saya kunjungi: Panti Tuna Netra. Kebetulan yang pas bukan??

Pertama kali ke panti tersebut saya melihat beberapa orang di sana yang langsung saya ketahui dari fisiknya adalah orang tuna-netra. Namun, ternyata mereka mampu berjalan sendiri, menaiki undakan untuk ke tempat lesehan tanpa bantuan.

Saya langsung berpikir bahwa saya tidak boleh men-judge mereka itu tidak berdaya  begitu saja. Lalu saya baru tahu jika ternyata ibu-ibu yang menyambut kami juga termasuk seorang tuna-netra (saya baru mengetahuinya sepulang dari panti).

Bagaimana saya tidak berpikir seperti itu, setiap kali orang berbicara beliau seakan menatap wajah kita, melakukan eye-contact. Sungguh kita tidak bisa menilai orang berdasarkan pemikiran sendiri. Mereka ternyata sangat mandiri dalam melaksanakan kegiatan mereka.

Di panti ini banyak orang yang lancar bermain musik, mampu belajar alat musik secara cepat, membuat saya kagum karena mereka mampu membuat kekurangan mereka menjadi suatu kelebihan di bidang yang lain. Melihat seorang gadis tuna-netra bersemangat mengikuti kelas masak membuat saya (yang masak telur saja gosong) ini malu….

Di sana saya juga sempat bercengkrama dengan seseorang yang ternyata kehilangan penglihatannya saat Ia sedang kuliah karena penyakit glukoma. Saya merinding, kita tidak tahu sampai kapan nikmat penglihatan ini dapat kita rasakan. Bersyukurlah kita masih bisa menggunakan mata kita dengan baik.

Akan senang rasanya jika kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan lebih sering dan bersama-sama.

Hal penting yang saya pelajari melalui baksos ini adalah bahwa jika kita berniat, meski itu kita rasa berat, suatu saat kita akan bisa. Ketika ada niat untuk membantu orang lain, pasti akan ada kesempatan. Selain itu, saya juga sadar bahwa betapa banyak hal patut kita syukuri.

Dunia ini sangat luas. Di saat kita merasa diri kita paling sengsara, ternyata masih ada orang yang kurang beruntung di sekitar kita. Di saat kita pikir sudah melihat semua kekurangan orang, ternyata masih ada berbagai jenis ketidakberuntungan di luar sana. Kalau sudah begitu kita hanya bisa berendah hati dan semakin mensyukuri nikmat-Nya yang diberikan pada kita….

Berpose sebelum kembali ke kantor

Panti Tuna Netra 7

Salam,

Guntur Gozali,

Jakarta, Kebon Jeruk,

Senin, 29 Juni 2015, 19:15

http://www.gunturgozali.com

http://gunturgo.wordpress.com

1 thought on “Baksos Kedelapan: Panti Tuna Netra – Yayasan Mitra Netra

  1. Pingback: Baksos Kesebelas: Panti Werdha Marfati | Guntur Gozali

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s