Seberapa seringkah kita bersyukur atas tubuh kita yang nyaris sempurna, atas badan kita yang sehat ini? Pernahkah kita terpikir begitu bangun pagi, ada bagian tubuh yg tiba2 tidak berfungsi? Pernahkan kita mengucap syukur setiap kita bangun pagi, mendapati semuanya masih lengkap dan berfungsi sempurna seperti sebelum kita tidur? Pernahkah ….
Saya adalah salah seorang yang kurang bersyukur, selalu lupa mengucapkannya setiap bangun pagi, jika tidak diingatkan, jika tidak terjadi sesuatu yang hampir mengakibatkan badan / tubuh ini mengalami sesuatu.
Kita jarang mensyukuri sesuatu hingga kita tidak lagi memilikinya.
Team baksos kali ini mendapat tugas untuk berbagi kasih kepada anak2 yang sudah sejak lahir mengalami ketidak sempurnaan di dalam hidupnya, bahkan bukan hanya satu kekurangan yang mereka alami, namun lebih dari itu, mereka menderita cacat ganda. Dan yang lebih menyedihkan lagi, mereka ditinggalkan oleh orang tua maupun sanak saudara mereka.
Marilah kita simak pengalaman team baksos kali ini berhadapan dengan anak2 itu, dan apakah mereka berhasil menyentuh hati anak2 itu atau malah sebaliknya:
Yayasan Sayap Ibu Bintaro adalah merupakan panti penyantunan & rehabilitasi anak cacat ganda terlantar yang saat ini merawat 32 orang anak-anak cacat ganda yang ditelantarkan dan ditinggalkan oleh orang tua maupun sanak saudara mereka.
Lokasi : Jl.Raya Grha Bintaro No.33, Tangerang Selatan
Tujuan dari baksos ini adalah untuk berbagi senyuman kepada adik2 yang sejak lahir mengalami ketidak beruntungan dalam hidupnya itu.
Yosiana Octavianita : Kesempatan bertemu dengan adik-adik di Sayap Ibu sangat berkesan buat saya, ditambah ini pengalaman saya pertama untuk bertemu dan terjun langsung membantu mereka.
Sejujurnya dari awal survey sampai hari pelaksanaan,saya merasa takut setiap melihat adik-adik disana, takut salah bersikap, takut nanti mereka nangis, takut saya tidak membuat mereka nyaman dengan saya. Tapi Puji Tuhan sekali, saya berhasil melawan rasa takut saya. Saya ga mau datang kesana tanpa hasil apa-apa, namun saya mau mendapatkan sesuatu dan belajar melayani.
Pengalaman berharga saya dapat ketika bermain bersama salah seorang adik yang mengalami lumpuh layu, rasanya berada disamping dia saat itu saya terharu, saya sangat bersyukur Tuhan memberikan hal yang baik untuk saya, mungkin bila saya berada disisi adik itu saya tidak akan sekuat dia.
Saya juga melihat kasih sayang tulus dari setiap pembimbing mereka disana, mereka sangat sabar dan sangat tekun. Saya sungguh belajar banyak sekali saat baksos di Sayap Ibu, dan saya pribadi sangat-sangat bersyukur atas kesempatan yang telah saya peroleh.
Yoan Ochotan : Diberikan kesempatan bertemu dengan adik-adik yang memiliki keterbatasan fisik dan mental, berinteraksi dengan mereka, melihat kondisi mereka, melihat senyuman mereka, membuat saya menjadi lebih bersyukur dengan apa yang saya miliki.
Tak banyak orang yang bisa seberuntung kita. Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki sekarang. Hal sekecil apapun harus disyukuri. Dan yang utama, mari kita gunakan berkat yang Tuhan berikan kepada kita baik itu tenaga, perhatian, materi, apapun untuk bisa membantu orang lain. Because we rise by gifting others. What can we do for others.
Satu kutipan yang sangat bagus, “Tujuan kehidupan adalah menemukan karunia kita. Pekerjaan kehidupan kita adalah untuk mengembangkan karunia. Makna dari kehidupan kita adalah untuk memberikan karunia tersebut”– David Viscott- Hal-hal yang kita lakukan untuk diri kita sendiri akan lenyap pada saat kita tiada, namun hal-hal yang kita lakukan untuk orang lain akan tetap ada sebagai warisan kita.
Mereka senang hanya dengan digendong, dipangku dan diajak bermain.
Ronal Susilo : Awalnya saya agak shock dan bingung dengan baksos ke YSIB karena tidak ada pengalaman apapun untuk berinteraksi dengan anak-anak yang memiliki keterbatasan. Tetapi sampai disana, saya bersyukur sekali karena kelompok kami diberikan kesempatan untuk berinteraksi, berbagi kasih dengan adik – adik disana.
Tuhan telah membukakan pikiran kami semua dengan melihat kesabaran semua pengurus yayasan, yang sangat – sangat sabar untuk menemani, berinteraksi, dan mendidik adik – adik yang penuh keterbatasan di sana.
Saya dibukakan pikiran saya bahwa masih banyak orang – orang yang lebih terbatas dibanding kita, tetapi mereka masih bisa tersenyum lepas, sedangkan kita jarang sekali mengucapkan syukur dengan keadaan kita sekarang ini.
Terima kasih untuk Panitia Baksos, telah memberikan pencerahan kepada kelompok kami bagaimana harus mengucap syukur untuk segala hal dalam hidup kami.
Firda Sari : Kesan-kesan nya waktu ikut baksos di Yayasan Sayap Ibu Bintaro itu senang bisa berbagi kasih sama mereka, terus anak-anaknya lucu, riang, jadi seru main sama mereka, yang paling aku ingat walaupun kondisi mereka seperti itu tapi mereka selalu tersenyum 🙂
Sumbangan berupa tanaman obat, bunga, alat-alat bercocok tanam, mainan dan popok. Yenny Setiawati : Waktu pertama kali diajak bergabung dengan team baksos, rasa hati senang banget bisa ikut mengunjungi anak cacat ganda, kepikir dalam hati cacat ganda pasti nya anak2 yang mempunyai keterbelakangan mental, cacat fisik, dll Saat sampai di sana, dan melihat kondisi anak2, tiba2 mata ini langsung meneteskan air mata, saat itu saya mencoba untuk kuat melihat kondisi disana. Tapi ternyata saya tidak kuat menghalangi air mata yang terus mengalir.
Pikiran saya saat itu tiba2 teringat dengan kejadian masa lalu yang pernah saya alami, dan teringat akan anak sendiri…. Itu yang membuat air mata tidak bisa saya bendung. Tapi saya tidak mau terus terbawa dengan kesedihan, saat itu saya bilang dalam hati, bahwa saya harus kuat, saya harus bisa membuat mereka tersenyum dan bercanda ria penuh tawa dan kebahagian.
Akhirnya saya coba berinteraksi dengan anak2 dan mempelajari hati mereka. Pertama saya bermain dengan anak2 berusia balita, terlihat dalam wajah mereka yang polos, bahwa mereka ternyata bisa merasakan sentuhan tangan2 lain yang belum biasa menyentuh mereka, karena begitu bahagia nya mereka, sampai2 saya ikut terbawa dengan permainan mereka, dan saya salut terhadap para pengasuh disana.
Saya yakin mereka melakukan pekerjaan ini dengan melayani adik2 pastinya penuh rasa sayang dan cinta mereka. Boleh di katakan itu bukan pekerjaan yang gampang. Karena harus penuh kesabaran untuk mengajarkan segala sesuatu buat mereka bisa menggerakkan tubuh dan lainnya.
Selanjutnya saya berintraksi dengan usia yang lebih dewasa, dan ternyata mereka sungguh luar bisa, meski kondisi mereka seperti itu, mereka mencoba melakukan hal yang tidak terbayangkan. Ada 1 anak yang mampu menghafal 1 lagu penuh, padahal suara yang mereka keluarkan itu tidak terdengar jelas seperti kata2 dalam lagu nya. Saya sempat memberikan tepuk tangan, prokkprokkk…. wow.. begitu terkejutnya saya, dia langsung mengatakan Thanks You tante, hehe….(Saya jadi malu gitu deh, dipanggil tante….) dan sambil mengangukan kepalanya.
Saat itu saya cukup terharu dengan nya. Respon saya sempat saya cium juga keningnya. (Saya merasakan seperti anak sendiri) Dengan kata Thank You nya, saya tersadar bahwa dengan tepuk tangan saja mereka mengerti bahwa saya sedang memuji dia. Saat itu terucap dalam hati saya untuk terus say Thank You for Jesus berkali2 aku sebut kalimat itu, (tidak dapat ku ungkapkan kata lain selain Thanks God….).
Haduh…2x kayanya tidak bisa panjang dan lebar lagi untuk mencurahkan kata2 disini, karena waktu ny sudah harus di submit. Yang pasti kita harus lebih banyak bersyukur kepada Tuhan untuk semua yang dapat kita rasakan, dibanding dengan mereka yang di luar sana. lebih belajar melayani dan berbagi kepada sesama.
Liong Arya : Pada kegiatan baksos ini, kita dpt melihat masih banyak org-org yg membutuhkan bantuan kita. Memperhatikan keterbatasan fisik dan kesehatan dari mereka yang menjadi penghuni yayasan Sayap Ibu ini mengajak kita untuk bersyukur terhadap segalanya, khususnya bagi kita yg secara fisik hidup normal.
Mereka melahirkan inspirasi bagi kita juga bahwa pentingnya semangat hidup, di mana ketergantungan mereka terhadap alat bantu seperti kursi roda, dsbnya utk menopang aktifitas mereka keseharian. Bagi saya Bakti Sosial ini merupakan program berbagi kasih yang memiliki nilai hidup dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama.
Harapan saya pada AdIns selaku Center dari saluran Berkat ini bisa di teladani juga oleh company ataupun yang lainnya yg belum pernah mengambil bagian dalam kegiatan Bakti Sosial. Harapan saya pada Program Bakti Sosial ini -> terus lebarkan sayap, dan tingkatkan intensitas kepedulian kita terhadap mereka yang membutuhkan pertolongan kita. A
khir kata Bakti Sosial ini sangat meng-inspirasi saya untuk selalu bersyukur buat apa yg sudah Tuhan Beri bagi saya, keluarga dan kita semua ! Bravo Adins !
Yang penting bukan materi, tapi interaksi langsung dengan mereka.
Joana Amdanni : Waktu pertama kali datang ke YSIB untuk survey, jujur saya bingung. Ketika mendengar penjelasan dari pengurus yayasan tentang kondisi mereka, dan mendengar juga bahwa mereka ini ditinggalkan begitu saja oleh orang tuanya karena kekurangan mereka, rasanya sedih sekali.Tetapi waktu pelaksanaan Baksos, gak hanya rasa sedih/ bingung yang saya dapatkan.
Informasi yang kami dapat saat survey saya bawa ke tim. Di situ akhirnya kami memutuskan untuk membuat 3 permainan, mewarnai, bercocok tanam, dan membuat prakarya. Akan tetapi ketika tiba hari H-nya, kami baru sadar bahwa anak-anak ini ”special”. Mereka tidak bermain seperti anak-anak biasa, tetapi bermain dengan caranya sendiri. Pendekatannya harus 1 orang dengan 1 anak, bukan bermain dalam 1 forum besar.
Jadi begitulah yang kami lakukan. Kebetulan hari itu saya berinteraksi langsung dengan 3 orang anak. Ketiganya punya keunikan tersendiri. Ada seorang anak yang gak punya penglihatan dan pendengaran, dia sangat senang hanya dengan merasakan beras yang dicurahkan ke tangannya, pijatan-pijatan kecil dari bola yang digelindingkan di kakinya, dan goncangan-goncangan mengikuti irama lagu (walaupun dia gak mendengar lagunya).
Anak lainnya punya penyakit yang disebut hydrocephalus, dan klep jantungnya gak berfungsi dengan baik, dan seluruh tubuhnya kaku-, dia senang dengan hanya digendong sambil diajak jalan-jalan, diayun, dan diajak bicara. Walaupun tidak bisa membalas dengan kata-kata, dia membalasnya dengan tersenyum , atau tertawa terbahak-bahak.
Yang terakhir juga hydrocephalus tetapi sudah dioperasi dan dalam kondisi yang lebih baik, dia hanya perlu banyak berlatih untuk berjalan. Sepanjang latihannya bersama saya, dia bercerita tentang teman-temannya. Dia senang main ayunan dan suatu hari nanti ingin diperbolehkan main trampolin, makanya dia giat berlatih berjalan.
Sebelumnya saya berfikir “Apa gak bosen ya mereka ini, tiap hari kayak giniii terus. Gak bisa ngapa2in, jadwalnya uda pasti… “ Tapi waktu main dengan mereka, saya baru ngeh.. kunjungan2 semacam ini lah yang bisa membuat mereka senang.. bukan materi dari yang berkunjung, tapi kesediaan yang berkunjung untuk berinteraksi dengan mereka.
Memang perlu kesabaran untuk berinteraksi dengan mereka, tapi begitu melihat akhirnya mereka senyum / tertawa, saya sangat senang… berarti setidaknya saya bisa membuat mereka nyaman & bahagia. Saya sangat bersyukur bisa berbagi kasih dengan mereka. Semangat mereka, dan pengasuh2 mereka di sana, itu membuat saya kagum.
Happiness is not so much in having as sharing. We make a living not by what we get, but we make a life by what we give. -Norman Macewan
Albertina Gerda Tucunan : Kadang kita itu gak pernah puas dengan apa yg sudah kita miliki. Setiap hari kerjaannya complain dan complain terus. Contohnya sampe ada yang operasi plastik karena dia gak puas dengan apa yang dia terima padahal semua bagian tubuh yg dia terima itu komplit plit plit tapi mereka masiiihhh aja gak suka dan tanpa mereka sadar masih banyak orang yang ingin seperti kita, masih ada anak-anak yang harusnya main ke sana-sini, lari sana-sini tapi mereka gak bisa karena keterbatasannya.
Setelah ikutan baksos, skrg jadi terus berpikir kalau “I don’t have any reason to complain” semua yang kita miliki itu sudah lebih dari cukup. Skrg waktu nya belajar untuk selalu bersyukur dan bersyukur, hal sekecil apa-pun itu kita harus tetap bersyukur. Dan senang rasanya bisa menjadi berkat bagi orang lain dari hal-hal yang sudah kita lakukan 🙂
Kasih sayang dapat membuat mereka merasa dipedulikan.
Daniel Adhinugraha W. : Sering sekali kita merasa bahwa penglihatan kita, pendengaran kita, kepandaian kita dan hal2 lain2 yang kita miliki sebagai sesuatu yang biasa2 saja, sehingga kita bersikap take it for granted.
Sikap ini membuat kita tidak bisa menghargai hal2 indah yang telah Tuhan anugerahkan di sekitar kita : alam yang indah, celotehan keluarga kita, kehebohan teman2 yang ada di sekitar kita, dsb. Sebaliknya, kita malah sering ngomel jika tidak bisa menemukan baju yang warnanya cocok dengan celana kita, atau kalau kita tidak dapat menemukan channel TV yang pas dengan selera kita, atau kita ngomel saat mendengar musik yang tidak sesuai dengan mood kita, atau dimainkan terlalu keras, atau dinyanyikan dengan pitch yang kurang sempurna, dsb.
Di Yayasan Sayap Ibu di Bintaro ini saya bertemu dengan para penderita tuna ganda : tuna netra + tuna rungu, tuna netra + tuna grahita (mental retardation), tuna rungu + tuna daksa (cacat fisik), dsb.
Saat pertama kali tiba, saya bermain mengucurkan beras dengan seorang anak, yang semula saya kira dia bermain2 dengan beras karena tidak ada permainan lain yang tersedia. Namun ternyata, anak itu adalah seorang penderita tuna netra + tuna rungu, sehingga permainan dengan beras itu adalah satu2nya cara untuk mengajarkan konsep tekstur kepada anak itu.
Saya tidak dapat membayangkan kondisi hidup dalam kesunyian dan kegelapan seperti yang dialami anak itu, dan tidak bisa tidak saya mulai mendaftar ulang hal2 mendasar yang seharusnya saya syukuri dalam hidup, yang sering saya took for granted, seperti penglihatan, pendengaran, kemampuan bicara, kemampuan berpikir logis, dsb.
Jika biasanya dalam kegiatan baksos tujuan kita adalah membuat anak2 yang kita kunjungi tersentuh dengan kehadiran kita, kali ini saya merasakan hal yang sebaliknya … bahwa keceriaan anak2 ini di tengah2 segala keterbatasan ganda yang mereka miliki sangat2 membuat saya malu kalau masih ngomel untuk sedikit ketidaknyamanan yang sering kita temui sehari2.
Saya sangat tergerak dengan misi dari Yayasan Sayap Ibu ini, dimana tagline mereka adalah “Masyarakat Inklusif”, yang berarti mereka mengharapkan masyarakat lebih sadar dan peduli kepada anak2 tuna ganda ini dengan memberikan sentuhan kepada mereka.
Meskipun ada kebutuhan fisik yang diperlukan oleh Yayasan Sayap Ibu untuk menunjang 36 anak yang tinggal di situ + 400-an anak yang menjalani proses rawat jalan, namun sebenarnya hal terpenting yang mereka perlukan adalah sentuhan kita … kepedulian kita bahwa anak2 ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidup kita … bahwa anak2 ada di sekeliling kita dan adalah saudara2 kita juga …
Bersyukurlah dengan apa yang masih Tuhan percayakan bagi kita masing2, dan teruslah memberi sentuhan kepada saudara2 kita yang memiliki kekurangan … Melihat mereka bisa tersenyum, membawa kebahagiaan sendiri bagi kami :).
Martin Eric Gunawan : Saya merasa sangat terberkati dengan acara Baksos yang diadakan di Yayasan Sayap Ibu, dimana disana saya dapat berinteraksi langsung dengan adik-adik yang memiliki keterbatasan fisik dan mental.
Disana saya berinteraksi langsung dengan adik-adik yang mengalami masalah pernapasan, mental dan lemah lunglai. Bisa dikatakan mereka sulit untuk melakukan segala sesuatu secara mandiri. Tapi semangat mereka bisa dibilang jauh lebih baik daripada orang-orang normal pada umumnya, yang kerap kali mengeluh dan tidak mensyukuri apa yang telah diberiNya.
Saat akan melaksanakan Baksos disana, saya sudah mencari di Google tentang cara menangani dan cara bermain dengan adik-adik tersebut. Tetapi apa daya, ternyata ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan.
Kami tidak dapat melakukan kegiatan apapun karena keterbatasan mereka. Kami justru jadi merasa tersentuh ketika berinteraksi dengan mereka, merasakan apa yang mereka rasakan dan berbagai hal yang membuat kami bisa berinteraksi lebih dekat dengan mereka.
Terkadang kita memikirkan bahwa Baksos diadakan hanya dengan memberi bantuan semata, tetapi disini saya belajar suatu hal bahwa BERBAGI bukan hanya dalam bentuk dana melainkan dukungan moral yang terkadang kita anggap sepele. Sebab TIADA KASIH TANPA PEDULI”.
Tiada kecacatan yang mampu menghilangkan kegembiraan dan senyum mereka
Kunjungan team baksos AdIns ke Yayasan Sayap Ibu ini tentu tidak akan menyembuhkan cacat yang ada di tubuh mereka, namun saya yakin tidak akan sia-sia juga, paling tidak saya berharap mampu mengurangi kecacatan yang ada di dalam jiwa, di dalam hati mereka, akibat tubuh tidak sempurna dan kegetiran akibat ditelantarkan oleh orangtua dan keluarga mereka.
Semoga sharing ini juga membukakan hati pembaca, sehingga mau meluangkan waktu sejenak mengunjungi mereka, berbagi kasih dengan mereka. Jika setiap minggu ada satu saja dari pembaca yang setia mau meluangkan waktu bersama mereka, niscaya luka jiwa yang mereka alami akan jauh berkurang ketika mereka besar nanti.
Semoga Tuhan memberkati anak2 itu. Amin.
Salam,
Guntur Gozali,
Jakarta, Kebon Jeruk,
Kamis, 4 Juni 2015, 20:00
http://www.gunturgo.wordpress.com
Baca juga:
– Baksos Keenam: Panti Anak Down Syndrome – Yayasan Tri Asih
– Baksos Keempat: Berbagi Ilmu di Rumah Sakit Jiwa DR. Soeharto Heerdjan
– Baksos Ketiga: Rumah Singgah Anak Kanker YKAKI – Bandung
– Baksos Kedua: Pemakaman Umum Lenteng Agung