Panggilan2 yang menjengkelkan

TelemarketerSaya sedang menghadapi seorang client penting ketika tiba2 handphone saya berdering, saya lirik nomor yang terdisplay, tidak saya kenal. Namun saya tidak berani tidak mengangkatnya, karena nomor hp saya tertera di kartu nama saya, yang artinya setiap orang yang pernah saya beri kartu nama saya boleh menelpun saya setiap saat.

Setelah meminta maaf ke client saya, sayapun segera menerima telpun tersebut:”Hallo….”, sapa saya, namun tidak langsung terdengar jawaban. Beberapa saat kemudian baru terdengar click suara telpun diangkat dari hooknya, hmmm…pikir saya kok tidak sopan sekali.  Saya panggil lagi: ”Hallo…”.

Setelah hallo yang kedua baru terdengar jawaban mantap dan bersahabat dari sisi sebelah sana:”Eh…haiiii… pak Guntur, bagaimana kabarnya sekarang? Mudah2an baik2 saja ya”, terdengar suara pria yang memberi kesan sudah lama saya kenal.

Hmmm….siapa ya???

“Eee…saya baik saja”, jawab saya ragu, siapa ya??

”Sorry saya bicara dengan siapa ya?” balas saya masih mencoba menebak2 suara siapa sih?.

“Oooo syukurlah baik2 saja”, jawab orang di seberang sana.

“Saya cuma mau tahu kabar bapak saja. Senang mendengar bapak2 baik2”, hmmm siapa ini kok gak menjawab2 pertanyaan saya.

Saya masih mencoba menerka-nerka suara siapa ini, sampai dia melanjutkan: “Nama saya Si X, kami dari perusahaan….bla….bla….bla…..hendak menawarkan …bla ….bla …”, dan seterusnya, yang langsung mengingatkan saya akan ratusan atau ribuan telpun dari telemarketing2 lain yang menurut saya telpunnya sudah sangat mengganggu privasi saya dan mungkin juga pembaca lain.

Begitu menyadari bahwa ini adalah telpun dari telemarketing yang sudah terlalu sering mengganggu saya baik jam kerja, after office hour maupun weekend, saya langsung mengucapkan:”Terima kasih, saya belum membutuhkannya sekarang….” dan menutup telpun untuk kembali melanjutkan pembicaraan penting dengan client saya, dengan hati kesal.

Haizzzz…..gila bener. Hebat bener caranya sekarang ya….

Dulu saya bisa dengan mudah mendeteksi kalau ada call dari telemarketing, biasanya nadanya datar dan terstruktur dan kebanyakan tidak terlalu percaya diri. Hanya dalam beberapa kalimat saya sudah bisa memutuskan pembicaraan setelah mengucapkan terima kasih dan tidak perlu. Namun sekarang mereka juga sudah mengetahui kalau cara lama itu tidak ampuh lagi, dan mengembangkan pola berbeda, pola sok kenal itu…

Namun apapun caranya, telemarketing menurut saya sudah amat sangat mengganggu, apalagi yang paling kurang ajar, telpun mereka datang pada saat2 yang tidak tepat. Dan yang lebih ‘mbencekno’ lagi, meskipun kita sudah mengatakan tidak tertarik, mereka seperti sengaja (atau systemnya yang bodoh) merotasi ke  telemarketer yang lain. Jadi bisa sehari ditelpun oleh 3 atau 4 orang telemarketer dari bank atau perusahaan yang sama untuk produk yang sama.

Ada lagi yang mengatakan dari bank tertentu, yang berdasarkan catatan mereka memberikan fasilitas premium hanya untuk customer tertentu berupa kartu kredit Platinum atau Uranium atau asuransi, padahal saya sudah memiliki kartu atau asuransi sejenis dari bank tersebut :(.

Apakah sound familiar, pembaca?

Saya yakin banyak pembaca yang mengalami hal yang sama, ya kan?

Saya bahkan dulu pernah saking jengkelnya, karena ditelpun berkali-kali, sampai2 saya ‘salah’ menjawab telpun dengan nada kurang ramah ke salah satu calon client penting saya, yang telpunnya kebetulan tidak terdaftar di address book saya. Sejak saat itu, saya jadi sangat berhati-hati menjawab telpun2 tanpa identitas yang masuk ke hp saya, meskipun at the end, ya itu… telemarketer lagi… telemarketer lagi… :(.

Sekarang memang sudah jauh lebih mending daripada tahun lalu, sekarang sepertinya mereka tidak lagi melakukannya malam hari atau hari Minggu, tetapi beberapa kali saya masih mendapati mereka menelpun sekitar pukul 18.30 dan hari Sabtu. Hanya sekali dua diatas itu dan hari Minggu.

So, kemana saya harus mengadu supaya tidak diganggu seperti ini?

Bagaimana saya bisa meng’claim’ privasi saya????

Beberapa orang teman saya yang tinggal di Singapore menceritakan bahwa sejak Desember 2013, kita bisa mendaftarkan nomor telpun kita ke Do Not Call (DNC) Registry. Sehingga dengan demikian, kita, secara hukum, dilindungi dari telpun, sms atau fax dari telemarketer yang tidak kita inginkan.

Mulai 2 January 2014 tahun ini, perusahaan yang belum pernah berhubungan bisnis dengan kita, yang akan menelpun atau mengirim sms atau fax, wajib melakukan pengecekan ke DNC Registry nomor2 mana saja yang sudah terdaftar dan TIDAK INGIN diganggu. Sedangkan bank atau asuransi yang sudah pernah berhubungan atau kita menjadi nasabahnya, masih boleh mengirim sms atau fax, tapi tidak dalam bentuk telpun.

Initiatif pemerintah Singapore ini menurut saya merupakan terobosan yang luar biasa mengingat gangguan yang ditimbulkan oleh telpun telpun, sms ataupun fax dari telemarketer itu.

Coba saja bayangkan kalau ada puluhan atau ratusan bank, multifinance, asuransi, broker saham, investment broker dll, sekali saja menelpun kita dalam sehari, berapa waktu kita yang terbuang hanya untuk menyatakan tidak ….tidakk … dan tidakkkkkk…. Selain membuang waktu, juga membuat kita marah tanpa alasan :(.

Semoga pemerintah kita sudah mengetahui hal ini, sehingga segera bisa mengeluarkan aturan sejenis seperti yang sudah dilakukan oleh pemerintah Singapore itu.

Bagaiman menurut pembaca, setujukah jika semua gangguan telemarketer ini dibatasi??

 

Salam,

 

Guntur Gozali,

Jakarta, Kebon Jeruk, 9 February 2014, 11:30

http://www.gunturgozali.com

 

 

 

 

 

6 thoughts on “Panggilan2 yang menjengkelkan

  1. bukan setuju lagi pak, keharusan itu.. ntah uda berapa kali saya dapat yang namanya tawaran KPR, KTA, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, kartu kredit, dan meskipun uda ditolak berkali-kali teteup aja ditelpon terus.. kapan ya di Indonesia bisa ada kebijakan itu..

  2. penawaran kartu kredit, kpr dsb saya terima rata2 10 sms per hari. Kalau call sudah berkurang 3 per week. Dulu 10 per week. Saya setuju banget gangguan ini dibatasi secara hukum supaya efektif.

  3. Setuju sekali pak, pengalaman saya hampir sama dg pengalaman p Guntur, memang effect nya buruk sekali karena kalau di telpun oleh org2/telemarketer tsb emosi kita bisa lost control dan apesnya kalau kebetulan stlh itu memang clients atau sahabat atau family kita yg no nya belum terdaftar di phonebook kita bisa jadi runyam hehehe

  4. Halo pak, gong xi fat chai yah 🙂
    Saya setujuuu….sangat setuju….dan amat sangat setuju. Telpon2 tawaran itu emang keterlaluan. Sebenernya sih kl baru ditawarin sekali gpp. Tp mbok yah jangan kita udah jawab nggak, eh, bbrp saat kemudian ada telp lg menawarkan hal yg sama sampe bbrp kali pula T_T
    Malah pernah ada yang saya tolak karena sibuk dan mau meeting, eh malah dijawab “iya bu, semua client kami juga sibuk, kalau nggak sibuk yah nggak kita telpon”. Hadeehh….jawaban yang beneran bikin emosi!
    Memang sudah saatnya dibatesin, karena udah banyak yang terganggu juga. Moga2 pemerintah segera ambil tindakan *ngarep* :p

  5. Pernah saya apply kartu kredit bank tertentu yg meng klaim data2 anda akan kami simpan dengan aman sehingga tidak bocor kemana2. Kalau bocor… akan sampai ke tangan bandar telemarketing yg kemudian akan nelponin untuk menawarkan product2 klien nya. Ada juga saya dengar, bank nya sendiri yg menawarkan jasa tebar sms buat promo produk klien nya. Ada paket2 nya, mau yg jumlah SMS nya berapa banyak. Saya pingin ganti no HP saya dan saya akan update no hp baru ini satu persatu ke bank kartu kredit saya. Pingin tahu di bank mana saya akan mulai di sms penawaran produk2.

  6. Kalau begitu banyak nya orang yg terkena gangguan ini , lembaga apa yg bisa mewakili untuk menghandle masalah ini? DPR kah? atau lagi sibuk ama KPK.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s