Tulisan ini saya tujukan bagi adik2 saya di PTIIK Unibraw. Thank you for a very warm welcome.
Minggu lalu, tepatnya hari Jumat pagi, tgl 20 September 2013 lalu, akhirnya saya menginjakkan kaki juga di kampus Unibraw yang sudah saya kenal namanya sejak jaman SMA saya dulu. Meskipun jarak Surabaya, kota tempat saya menempuh SMA, ke Malang hanya sekitar 100 km, namun saya tidak pernah berkesempatan mengunjungi Universitas yang usianya seumuran saya ini. In fact, saya sangat jarang ke kota Malang yang kesohor itu.
Kunjungan saya ke salah satu Universitas Top di Indonesia ini, bertujuan untuk menanda tangani nota kesepahaman kerjasama antara perusahaan kami, AdIns, dengan Unibraw, dalam hal ini PTIIK (Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer), di dalam mentransfer pengalaman kami dilapangan, berbagi ilmu dan jika memungkinkan mengembangkan solusi di bidang Teknologi Informasi secara bersama-sama.
Kunjungan saya dijadwalkan dua hari, Jumat dan Sabtu, tanggal 20 dan 21 September 2013. Pada hari pertama, hari Jumat, selain acara penanda tanganan nota kesepahaman, akan dilanjutkan dengan kuliah umum berupa sharing pengalaman mengenai Peluang dan Tantangan Dunia Kerja – Industri TI ke sekitar 250 mahasiswa tingkat akhir PTIIK Unibraw.
Kemudian pada hari berikutnya, Sabtu, tgl 20 September 2013, saya diharapkan untuk membagikan topic yang sama ke 1200 an mahasiswa tingkat satu Unibraw. Fiuhhh…. seribu dua ratus…banyak juga ya :).
Pagi itu ketika saya memasuki gerbang kampus Unibraw saya membayangkan sebuah kampus yang “ijo royo-royo”, dengan tebaran rumput hijau dan gedung2 kuliah berlantai dua atau tiga tingkat seperti kampus saya dulu di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatig. Saya membayangkan memasuki kampus dengan banyak mahasiwa2 yang berjalan lalu lalang menuju ruang kelasnya, sepeda berseliweran di antara lapangan2 rumput di pagi hari yang adem itu, atau mungkin suara sarrr serrr sarr serrr skateboard spt di luar negeri :).
Namun ternyata saya kecelik, begitu memasuki areal kampus, yang memiliki total mahasiswa kurang lebih 53.000 orang itu, kampus tampak penuh dengan gedung bertingkat 5 atau lebih disana-sini, mobil dan sepeda motor hilir mudik seperti di jalan raya saja layaknya. Di beberapa tempat tampak tumpukan parkir sepeda motor, di bahu jalan mobil di parkir berderet-deret. Kampus tampak so busy, so dynamic and also so…crowded :).
Saya yang terkaget-kaget dengan kondisi ini, sampai2 saya tidak mampu menahan diri untuk tidak berkomentar ke pak Sutrisno, Dekan PTIIK, kok mobil tidak dilarang saja masuk kampus, kenapa tidak di pool di beberapa tempat begitu, sehingga kampus bebas mobil / motor seperti di luar negeri begitu? 🙂 Tapi rupanya areal kampus yang seluas 1.813.664 m2 itu, sudah terlalu padat dengan pertumbuhan gedung2 sehingga tidak ada lagi areal khusus untuk parkir.
Saya memang bisa merasakan getaran pertumbuhan kampus, yang memiliki 12 Fakultas dan 2 Program Pendidikan Setara Fakultas ini, sangat luar biasa. Disana sini tampak perbaikan atau pembangungan gedung. Salah satu gedung yang sudah hampir rampung adalah gedung Fakultas Ekonomi yang menjulang tinggi disisi gedung Widyaloka tempat tujuan saya pagi itu. Selain itu pula, PTIIK sedang membangun gedung yang terdiri atas 2 gedung berlantai 12, keren kan… saya sampai iri membayangkannya :).
Begitu mendekati gedung Widyaloka, saya melihat beberapa rombongan mahasiswa berjalan menuju gedung pertemuan. Saya tiba dengan disambut oleh panitia yang sudah menanti di depan gedung. Panitia dengan jaket biru itu kemudian mengantarkan saya ke ruang tunggu. Setiba di ruang tunggu, saya terkejut, ternyata di dalam ruangan telah menunggu Bpk Dekan Sutrisno beserta dengan kerabat dekan dan dosen lainnya. Wah serius bener nih… pikir saya.
Tidak seperti undangan2 kuliah umum lain yang pernah saya peroleh dari Universitas2 lain, biasanya saya hanya akan diterima oleh panitia, atau dosen atau paling banter pembantu dekan. Namun kali ini sambutan yang saya terima sangat luar biasa. Terkesan sangat rapi dan professional. Untunglah saya hadir dengan pakaian yang proper, berbatik lengan panjang, sehingga tidak kalah gagah dengan bapak2 di ruangan itu :).
Sejenak kami beramah tamah di ruang itu, sambil menunggu aba2 dari panitia untuk memasuki gedung pertemuan. Beberapa saat kemudian kami akhirnya diundang hadir ke ruangan yang ternyata telah penuh dengan hampir 250 an mahasiswa tingkat akhir, yang sudah duduk dengan rapi di kursi pengunjung. Bapak Dekan dari fakultas lain dan bapak dosen yang terhormat juga telah duduk dengan rapi di bagian VIP pada deret paling depan.
Sekilas saya lihat, ruangan telah dilengkapi dengan meja untuk acara penanda tanganan nota kesempahaman, beberapa petugas tampak menyandang camera di beberapa posisi, dan sebuah video camera di tengah ruangan. Sangat rapi, professional dan bikin saya jadi deg2an…wkwkwkw….
Fiuh… luar biasa sekali sambutan yang diberikan. Two thumbs up untuk panita.
Setelah melalui serangkaian acara formal berupa sambutan dari Rektor yang diwakili oleh Bpk Dekan Sutrisno, sambutan dari saya mewakili perusahaan kami, doa yang dibawakan secara khusuk, maka acara puncak penanda tanganan pun dilakukan.
Usai semua acara formal ini barulah saya memperoleh kesempatan menyampaikan sharing saya. Saya yang sempat agak grogi, dengan segera bisa mengatasi diri dan mulai ngoceh seenak udel saya :).
Saya bahkan sampai lupa diri dan menggunakan waktu lebih daripada yang diperkenankan. Saya merasakan auras positif yang dipancarkan oleh audience yang tampak sangat responsive, cooperative dan penuh semangat. Setiap kali saya menanyakan sesuatu ke audience, mereka dengan bersemangat meresponse, tidak malu2, tidak ogah2an. Positive attitude.
Acara sharing ini selesai jauh melewati jadwal yang diberikan ke saya, namun beruntung pak Dekan dan dosen lain tidak keberatan (ya iyalah yawww…mana mungkin beliau2 yang terhormat mau mempermalukan tamunya :), dasar sayanya yang sableng :)), bahkan masih dapat tepukan tangan panjang pula (ke GR an tingkat gawat darurat wkwkwkwk….).
Selesai acara sharing ini, saya berkesempatan bertemu langsung dengan Rektor Unibraw, Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito, yang luar biasa sibuk namun masih bersedia meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan sangat ramah. Kami berbicara banyak mengenai program kerjasama lain yang bisa kami tingkatkan di masa depan.
Keesokan harinya, Sabtu pagi, kami berangkat setengah jam lebih telat daripada hari Jumat itu, karena jadwal yang kami peroleh dimulai pukul 9 pagi, jadi kami pikir berangkat pukul 8 pun masih lebih cukup. Ketika baru beberapa menit di perjalanan, kami memperoleh telpun dari panitia menanyakan posisi kami. Panitia tampak khawatir karena ternyata acara Sabtu ini dimulai pukul 8:30, sedangkan kami belum tampak batang hitungnya. Yahhh….terpaksalah supir kami minta jadi pembalap F1 sementara waktu :).
Saya yang tadinya tenang2 saja, mulai grogi juga. Saya bukan orang yang senang terlambat, apalagi untuk acara sepenting ini. Ketika mendekati lokasi mulai tampak beberapa panitia bertebaran di sekitar lokasi. Setiba di gedung GOR Pertamina tempat acara diadakan, saya tertegun…. wuikkk….gedungnya gede banget.
Saya tidak membayangkan GOR Pertamina, gedung senilai 6 Milyar yang merupakan sumbangan dari Pertamina itu, bakal segede itu. Gedung GOR ini merupakan gedung basket dengan dilengkapi tempat duduk bertingkat di segala arah dengan luas 1800m2.
Saya bergegas turun disambut oleh Panitia yang tampak cemas, dan juga pak Sutrisno yang sudah menunggu di pelataran depan gedung. Sembari berjalan cepat memasuki ruangan, saya meminta maaf atas kesalahan informasi yang saya terima. Dan begitu melalui pintu masuk, sayapun tertegun dengan pemandangan di dalam GOR. Ternyata ruangan sudah penuh dengan mahasiswa berseragam putih2 duduk rapi berderet hampir memenuhi 80% ruangan.
Kamipun bergegas menempati sofa di depan deretan mahasiswa itu, dan tidak lama kemudian acara dimulai dengan sambutan dari Bpk Dekan Sutrisno:
Seusai beliau memberikan sambutan, maka tibalah giliran saya memberikan kuliah umum seperti yang telah saya bawakan pada hari sebelumnya. Namun bedanya, kali ini audience yang saya hadapi jauh lebih banyak.
Untuk beberapa detik pertama saya sempat demam panggung, meskipun saya sudah puluhan kali berhadapan dengan mahasiswa di berbagai Universitas, namun belum pernah sebanyak ini. Ini pengalaman yang baru bagi saya. Selama ini paling banter saya berhadapan dengan sekitar 300 – 500 an mahasiswa, belum pernah sebanyak ini.
Berdiri di atas panggung dengan jarak terdekat ke audience sekitar sepuluh meteran, membuat saya sulit mencari “anchor” wajah yang biasanya saya pakai sebagai patokan reaksi audience. Semua tampak sama bagi saya J, semuanya berpakaian putih, masih culun2, apalagi yang cowok tampak sebagian masih berambut cepak mungkin akibat ulah ploncoan senior2nya, sehingga dari kejauhan mirip seperti pentol korek hahahaha….
Maap ya adik2 yang ngganteng2, kalian memang tampak serupa dari posisi saya berdiri, namun jangan ngambek ya, saya dulu juga begitu kok J. Tapi meskipun dulu saya juga seperti pentol korek, saya masih berhasil memacari senior saya lho….hehehehe…. Jadi jangan khawatir mirip pentol korek, sing penting nekat :).
Sejenak setelah menyapu seluruh ruangan melalui mata yang mulai kurang awas ini, sayapun memulai cuap-cuap saya mengenai profile perusahaan saya agar mereka tahu siapa dan apa yang sudah kami lakukan di dunia IT, kemudian saya membukakan mata mereka mengenai kesempatan luas dunia kerja di bidang IT yang hingga saat ini masih saja kekurangan tenaga professional karena sebagian besar lulusan jurusan IT memilih tidak bekerja di bidang ini.
Begini nih kira2 gaya saya di atas panggung 🙂 (narsis mode: ON….hehehehehe)
Gini nih kalau lagi pas cemangut 🙂
Salah satu dosen dari sebuah Uni yang terkenal dengan jebolan2 IT nya pernah mengatakan ke saya bahwa 85% lulusan dari Uni dia, tidak bekerja di bidang IT, malah menjadi Salesman, Customer Service, Cashier, Collector dlsb, yang seharusnya tidak memerlukan pengorbanan selama 4 tahun atau lebih mempelajari dan tersiksa oleh bahan2 berbau IT.
Hampir di setiap kuliah umum yang saya bawakan, saya menghimbau mereka untuk memikirkan kembali kenapa kok mereka dari awal memilih bidang ini. Apakah karena desakan orang tua, atau Om/Tante, kakek/nenek mereka? Jika iya, mereka saya sarankan untuk memikir ulang pilihan ini. Karena, menggeluti bidang ini, atau bahkan juga bidang apapun juga, jika hati kita tidak tertambat disana, lebih baik jangan diteruskan.
Saya banyak berhadapan dengan fresh graduate yang salah jurusan, yang memilih IT bukan atas kehendak mereka sendiri. Mereka memiliki Indek Prestasi yang luar biasa bagus, bahkan banyak diantaranya memiliki IP > 3.8 out of 4.0. Selama menjalani kuliah, mereka lolos dengan mudah, mereka menjadi tempat contekan teman2 mereka. Namun, ketika mereka diletakkan pada kondisi pekerjaan yang menekan (suasana / waktu), mereka goyang, mereka bimbang, dan akhirnya patah semangat. Justru yang berhasil lolos dari situasi seperti ini adalah mereka yang benar2 “mencintai” pekerjaannya yang bahkan IP nya biasanya pas-pasan saja.
Bagaimana kalau kita tidak tahu apakah pilihan ini terbaik bagi kita? Jika tidak ada pilihan lain di kepala kita, maka cintailah, paksalah untuk mencintainya. Kan ada tuh pepatah Jawa yang mengatakan “tresno jalaran kulino” arti bebasnya kalau tidak salah “cinta karena terbiasa”. Otak kita bisa kok di-reset ulang selama tidak ada pilihan kuat lainnya. Namun jika ada pilihan lain yang lebih kuat, saya secara kurang ajar meminta mereka untuk meninggalkan dunia IT.
Ya, saya mengatakan demikian di depan pak Dekan dan dosen yang duduk di bagian depan. Karena memaksakan diri menggeluti dunia IT ini hanya akan menyiksa diri kita sendiri, dan tidak akan membuat kita menghasilkan suatu karya yang membanggakan. Malahan semakin lama tenggelam, semakin susah keluar.
Hmm…saya bisa ngoceh panjang lebar mengenai hal ini, tetapi saya sudahi dulu berbicara mengenai hal ini untuk melanjutkan cerita saya mengenai kuliah umum ini. Setelah saya menjelaskan mengenai peluang yang luar biasa di dunia IT. Saya kemudian mengingatkan mereka akan tantangannya juga.
Ada dua tantangan yang akan mereka hadapi di dunia IT ini, pertama adalah tantangan yang bersifat Technical, yaitu perkembangan luar biasa IT di seluruh dunia. Perkembangan IT sangat luar biasa bahkan bagi saya yang sangat mencintai dunia ini. Jika kita tidak memiliki kecintaan akan teknologi, maka dalam sekejap kita akan jauh tertinggal. Contohnya saja, belum juga saya menguasai seluruh fungsi Samsung Galaxy Note saya, ehhh sudah muncul Galaxy Note 2. Baru juga berencana mau membeli GN2, tiba2 sekarang sudah diluncurkan GN3. Lha kalau menggunakan saja sudah kepontalan, bagaimana pula kalau diminta membuat?
Jika kita tidak mau atau malas mengikuti perkembangan teknologi, maka tidak usahlah menyebut diri sebagai IT Professional, karena nanti ketika kita bertemu dengan client, dan mereka menanyakan apakah keunggulan iOS 7, kemudian kita menjawab dengan wajah lugu:”Apaan sih iOS 7?”. Apa kira2 yang akan client kita katakan mengenai keprofessionalan kita?
Saya banyak memberikan contoh2 mengenai pesatnya perkembangan teknologi ini, sampai saya sendiripun juga sering geleng2 kepala mengikutinya. Namun tantangan ini tidak seberapa dibandingkan dengan tantangan Non-Technical yang mereka hadapi.
Beberapa tantangan non-technical yang dihadapi generasi sekarang adalah godaan luar biasa dari dunia hiburan seperti film bioskop yang bagus2, acara televisi yang menarik, manga, anime, K-Pop, K-Drama (ketika saya mengatakan kedua hal terakhir ini, semua heboh, bukti bahwa budaya K sudah merasuk ke hampir seluruh masyarakat kita) dan yang paling saya khawatirkan adalah gangguan Facebook dan Twitter. Saya pernah mengangkat issue ini di dalam tulisan saya berjudul Twitting and Facebooking….
Selain itu saya juga sangat concern dengan Fighting Spirit dan Willingness to Sacrifice generasi muda sekarang. Saya yang sudah berhadapan dengan dengan ribuan fresh graduate selama hidup saya, merasakan degradasi yang sangat mengkhawatirkan atas kedua hal tersebut. Secara umum, anak2 sekarang lebih manja, tidak mau susah, maunya dilayani, mudah menyerah dan tidak mau berkorban untuk meraih hal yang lebih baik. Semuanya maunya instant, mirip seperti Indomie Instant atau Kopi Instan :).
Terakhir yang saya sampaikan adalah budaya membaca. Hal yang sama sulitnya saya budayakan ke anak2 saya sendiri :(. Tanpa adanya gairah atau keinginan membaca, kita tidak akan sulit berkompetisi dengan tenaga kerja dari luar yang semakin banyak membanjiri posisi tenaga IT di Indonesia.
Kebiasaan membaca, terutama topik2 seputar dunia IT, wajib hukumnya jika kita ingin exist di industry ini. Oleh karena itu saya menghimbau adik2 semua untuk meluangkan waktu membaca technology blog yang bertebaran di internet seperti www.engadget.com, www.tuaw.com, www.gizmodo.com dan lain lain.
Topik mengenai kewajiban membaca ini merupakan penutup kuliah umum saya, dan setelah membuka kesempatan bertanya bagi beberapa mahasiswa maka kuliah umum hari itupun saya akhiri dengan tepuk tangan meriah yang membuat saya menjadi salah tingkah J. Saya salah tingkah karena saya tidak yakin apakah tepuk tangan itu tanda puas atau lega telah terbebas dari cecet cuet saya…. hehehe…
Saya meninggalkan gedung GOR Pertamina diantar oleh Pak Dekan Sutrisno beserta panitia dengan masih tetap diiringi tepuk tangan meriah mahasiswa yang saya harapkan nantinya menjadi professional2 IT terkemuka di Indonesia.
Tepat sebelum saya memasuki mobil, beberapa orang panitia meminta kami untuk berfoto bersama. Untunglah kami sempat meluangkan waktu untuk melakukannya sehingga saya memiliki kenang2an berfoto dengan Mas2 dan Mbak yang ganteng2 dan cantik2, yang secara professional telah mengatur semua acara berjalan dengan sangat baik. Terima kasih ya Mas2 dan Mbak2 semua.
Sampai berjumpa lagi Unibraw, terima kasih telah memberikan kesempatan kepada saya untuk merasakan seperti selebritas :). Semoga kuliah umum yang saya berikan memberikan manfaat bagi adik2 sekalian, dan semoga kalian semua nantinya menjadi professional IT yang membuat bangga almamater kalian.
Saya juga pada kesempatan ini mohon maaf jika ada salah kata atau kalimat yang kurang berkenan atau menyinggung bapak Dekan, dosen dan adik2 mahasiswa semua.
Viva PTIIK Unibraw!!! …..Y O U . . . . ROCK !!!!!
Salam,
Guntur Gozali
Jakarta, 28 September 2013, 10:45
Excellent. Keep it up, GG! (L Ferryanto)
Thank you Om Ferr, really appreciate it. Sangat tersanjung dapat komentar pujian dari sampeyan :).
God bless you, bro 🙂
wow, buset banyak amad ya pak pendengar setianya
sebentar lagi Pak Guntur sudah ga kalah beken ni sama Mario Teguh dll hehehe
mungkin suatu saat bisa jadi penulis buku,pembicara dan motivator yang super duper dasyat cetar membahana
sukses terus ya Pak 😀
Pep,
Meskipun banyak masih kalah heboh dengan dikau seorang lho, serius ini :). Coba aja ada Peppy 10 disana, bakal lebih seru lagi wkwkwk….cetarrrrr :).
Salam,
terima kasih keliah umumnya buat kami maba ptiik 2013 pak…
btw, akronim Universitas Brawijaya bukan lagi Unibraw pak tapi UB… hehe
Hi Gustian,
Fiuhh…gembira sekali saya menerima komentar kamu ini. Masa dari sekian ribu mahasiswa UB, tidak ada satupun yang berkomentar. Alamakkk…sedihnya saya.
Saya jadi khawatir jangan2 pada belum bisa ngebrowse…hehehe….untunglah ada satu yang berkomentar.
Mengenai nama, bagaimana kalau dibiarkan Unibraw saja, karena brand name itu sudah mendunia dibandingkan dengan UB? Coba tanya temen2, kalau banyak yang keberatan, ya saya ganti deh judulnya :).
Salam buat seluruh teman2 ya,
Semoga kerjasama antara UNIBRAW – ADINS bisa sukses dan menjadi berkat bagi lebih banyak orang lagi pak Guntur 😀
Ga sabar nih divisi yang besar, bandel dan merepotkan ini bisa ikutan kerjasama ini hehehe 😀
Semoga demikian. Aminn 🙂
terimakasih pak Guntur untuk kuliah umum dan review tentang kami di atas yang sangat – sangat memuaskan kami maba PTIIK 2013 😀 hehe
kata – kata bapak sangat memotivasi saya yang sebelumnya tidak mengenal dan suka IT, sekarang jauh lebih mencintai IT 😀 wkwkwkkwk
You ROCK sir!! 😀
semoga Bapak menerima saya untuk bekerja di perusahaan Bapak nantinya 🙂
Hi Fira,
Senang sekali saya membaca komentar kamu ini. Terus terang saya sempat galau juga, kok dari sekian ribu adik2 yang mengikuti sharing saya, amat sangat sedikit yang berkomentar. Sampai saya ragu jangan2 sharing saya tidak berguna bagi kalian disana.
Komentarmu ini memberikan sedikit hiburan ke saya bhw ternyata ada juga gunanya saya meluangkan waktu dan tenaga untuk sharing ke kalian, meskipun hanya mengubahkan Fira seorang :).
Semoga kecintaanmu di IT membukakan jalan yang lapang bagi kariermu nanti. Saya tunggu ya.
Salam,
Terima kasih bapak atas apresiasinya terhadap institusi kami. Ulasan bapak diatas sangat menarik dan memberi motivasi kepada kami untuk menjadi lebih baik dalam mengembangkan PTIIK dari berbagai lini.
Semoga link dibawah ini berkenan bagi bapak. Terima Kasih
http://ptiik.ub.ac.id/news/2013/09/guntur-gozali-peluang-dan-tantangan-di-dunia-it/
Salam.
Hi Edwin,
Terima kasih atas masukan kamu ini, terutama liputan di website ptiik. Bagus dan professional sekali :).
Semoga sharing yang saya bawakan benar2 bermanfaat bagi kalian semua disana.
Salam buat teman2 ya,
Kehadiran bapak waktu di UB sangat mengesankan buat saya, seakan akan saya mempunyai spirit yang meledak-ledak untuk belajar IT lagi, semoga tahun depan bisa ketemu lagi di PTIIK UB, terus terang motivasi bapak keren bangettttttttttttttttttttt,
Hi Theo,
Terima kasih atas komentarnya, tadinya saya agak khawatir apa sharing saya tidak bermanfaat bagi kalian, lha kok sepi sekali yang memberikan komentar :).
Tapi membaca komentar Theo, jadi bersemangat lagi :).
Semoga apa yang saya bagikan benar bermanfaat bagi kalian disana ya.
Salam buat teman2 semua di sana,