Buka hatimu dan ulurkanlah tanganmu

a Ngungsi di GITulisan ini saya tujukan bagi semua teman2 yang ketika membaca tulisan saya ini masih sempat makan teratur 3x sehari, masih bisa keluar rumah tanpa terhalang banjir, masih bisa menonton TV, masih bisa tidur di kasur yang empuk dengan AC yang adem, masih bisa minum teh / kopi, masih merencanakan hendak kemana siang atau malam nanti, masih bisa….hidup normal seperti hari kemarin.

————————————————————————————————-

Selama seminggu terakhir, langit Jakarta hampir setiap hari diselimuti oleh mendung tebal berwarna abu2 kehitaman. Meskipun belum tahu apakah akan terjadi banjir yang lebih hebat dari beberapa hari yang lalu, karena banyak yang memprediksi akan terjadi banjir yang lebih dahsyat lagi dalam beberapa minggu ke depan hingga pertengahan February 2013, namun akibat banjir saat ini sudah sangat luar biasa.

Saya rasa hampir semua rakyat Indonesia sudah melihat bagaimana dahsyatnya akibat banjir kali ini melalui penayangan secara massive di hampir semua TV local serta media cetak. Namun meskipun demikian belum tentu semuanya bisa “merasakan” apa yang sedang menimpa saudara2 kita yang tertimpa banjir itu.

Saya adalah salah satu yang belum “merasakan” apa yang menimpa saudara kita yang kebanjiran itu. Saya salah satu yang belum “terbuka” perasaan saya terhadap kesengsaraan saudara2 kita itu hingga saya mengalami apa yang sudah saya tuliskan di posting saya sebelumnya : Secuil cerita dibalik banjir 2013.

Kejadian yang menimpa manager teman saya itu, yang membuat saya sulit tidur malam itu, keesokan harinya diperparah dengan absennya hampir 80% team inti di kantor saya. Semuanya mengabarkan melalui BB bahwa rumah mereka terkepung banjir sehingga tidak mungkin ke kantor atau sedang berada dijalan yang macet total. Saya dan beberapa Board of Directors hanya bisa meeting seharian tanpa bisa berbuat banyak membantu mereka.

Kita semua tentu mafhum, berita mengenai banjir hampir sama seringnya muncul di media massa seperti halnya korupsi. Bedanya hanya kalau berita banjir ada musimnya, sedangkan korupsi sepanjang tahun :). Hal ini membuat kita menjadi kebal dan mati rasa terhadap berita2 seperti itu, apalagi kalau ada embel2 “hal ini memang sudah menjadi acara tahunan di daerah itu”, udah deh bakal kita skip seperti halnya membaca berita macet di berbagai lokasi di Jakarta.

Namun jika kejadian itu menimpa orang yang dekat dengan kita, orang yang kita peduli, orang yang kita kenal, ceritanya menjadi lain. Manager teman saya itu tinggal di daerah elite Jakarta Barat, perumahan yang pemiliknya tidak pernah mimpi akan mengalami kejadian ini. Team inti perusahaan saya tersebar di berbagai lokasi, di perumahan yang termasuk menengah ke atas, semuanya kena. Lha bagaimana dengan perumahan warga yang drainasenya buruk, yang lingkungannya kumuh, yang di pinggir kali, yang….

Malam itu ketika saya tiba di rumah, mandi, makan sembari menonton TV, semua bayangan kejadian malam sebelumnya dan seharian itu, terbayang di kepala saya. Pemberitaan MetroTV dan TVOne yang tidak habis2nya memberitakan banjir ini membuat saya susah menelan makanan :(.

Ketika saya pindah ke sofa di ruang keluarga, dan kemudian berchatting ria dengan teman2 saya, yang kebetulan tidak ada satupun yang mengalaminya, saya menjadi serba salah. Saya merasakan betapa luar biasa berkat yang saya nikmati saat itu.

Saya masih bisa mandi dengan puas, hal yang tidak bisa “mereka” nikmati saat itu. Boro2 mandi, untuk buang air kecil / besar saja, mereka kebingungan harus melakukan dimana.

Saya masih bisa makan dengan tenang di meja dan kursi kesayangan saya, hal yang tidak bisa  “mereka” lakukan saat itu.

Saya masih bisa minum teh dan air putih, hal yang tidak “mereka” punya saat itu.

Saya masih bisa duduk tenang menonton TV sambil berchatting ria dengan teman2, sementara saudara2 kita itu harus bergelap ria, kedinginan dan ketakutan.

Saya masih bisa merebahkan diri di ranjang saya dengan AC berhembus dingin, sementara saudara2 kita itu berdesak2an di penampungan dengan baju basah karena hujan, nongkrong di wuwungan atap rumah mereka atau di atas genteng, atau bahkan yang mengungsi ke hotelpun mengalami trauma psikologis yang luar biasa.

Belum lagi bagi yang jatuh sakit karenanya, atau bahkan sampai meninggal karena terseret arus atau tersengat aliran listrik.

Belum lagi pikiran mengenai rumah mereka yang rusak parah dan harta benda mereka yang rusak atau hanyut.

Pikiran saya melayang-layang membayangkan sengsara yang menimpa saudara2 kita itu, kembali saya tidur tidak tenang malam itu. Semua tiba2 terbayang dengan jelas, semuanya tampak mengerikan.

Saya berdoa dalam hati, betapa besar cintaNYA ke kami sekeluarga, besar besar berkat yang dilimpahkanNYA hingga kami boleh menikmati segalanya, sementara puluhan mungkin ratusan ribu orang kedinginan, kelaparan, kehilangan harta benda dan mungkin kehilangan semangat hidup di luar sana.

Hujan masih turun dengan deras di luar kamar saya, namun saya berjanji saya akan melakukan sesuatu yang mungkin tidak besar impactnya tapi bermanfaat bagi saudara2 kita itu.

Paginya atas dukungan semua Board Of Directors, kami mulai mengatur pembelian berbagai kebutuhan pokok seperti air mineral, mie instant, beras, biscuit, selimut, baju, celana, obat2an dan nasi bungkus. Selama dua hari berturut-turut kami mencoba menyalurkan bantuan ke beberapa tempat penampungan pengungsi. Ada yang mengelola 1400 an pengungsi, ada yang 1000 an pengungsi, ada juga yang hanya 500 an pengungsi.

Semuanya butuh bantuan, dan ini baru awalnya, jika sampai perkiraan banyak ahli cuaca terbukti benar, akan terjadi banjir lebih parah lagi beberapa minggu ke depan. Mereka masih membutuhkan banyaaakkk sekali uluran tangan kita.

Saat saya menuliskan tulisan ini, listrik masih hidup di rumah saya, telpun dan HP beroperasi normal, lingkungan perumahan saya kering, sarapan sudah terhidang di depan saya, TV menyala dengan berita seputar banjir, burung jalak HongKong yang saya piara berteriak-teriak dengan lantangnya.

Sekarang saya baru “merasakan” betapa luar biasa kesengsaraan saudara2 kita yang tertimpa bencana ini, dan sekarang saya juga “merasakan” betapa besar berkat dan cintaNYA ke saya dan keluarga.

Apakah teman2 juga mengalami apa yang saya nikmati pagi hari ini? Apakah pembaca yang baik hati masih bisa menikmati listrik, lingkungan kering, berchatting dan ber-fb ria, atau membaca tulisan saya ini??

Apakah teman2 pembaca mau membuka hati dan mengulurkan tangan, membantu mereka. Bantuan itu bisa berupa tenaga, sumbangan: dana atau kebutuhan sehari-hari atau bahkan hanya berupa simpati dan doa. Atau jika tulisan saya ini menyentuh teman2 pembaca, forward it to everybody else, siapa seseorang seperti saya yang tadinya masih belum bisa “merasakan” terbuka hatinya dan mengulurkan tangannya

Semoga semua teman2 pembaca dikaruniai berkat yang luar biasa dariNYA.

Berikut beberapa foto yang saya “pinjam” dari Detik.com dan Kompas.com bagi teman2 pembaca yang belum sempat menengok kedua website itu:

Peta Daerah Tertimpa Banjir (Warna Kuning)

1 peta banjir2 banjir di bunderan hi

Kerusakan harta benda3 Green-Ville-14 Green-Ville-45 mobil-terendam-16 mobil-terendam-27 pluit-banjir-2 8 taman-kartini-1

Nasib para pengungsi

b Ngungsi di GI 2 c Ngungsi di Pesing d Ngungsi di Pesing 2 e renggapedongkelan1 f renggapedongkelan3Saya juga ingin mengucapkan rasa hormat dan salut saya bagi para relawan, polisi, TNI, team SAR dan semua pihak yang langsung turun ke lapangan. Bapak/Ibu semua luarrrr biasaaa, semoga Tuhan beserta bpk/ibu dan keluarga.

 

7 thoughts on “Buka hatimu dan ulurkanlah tanganmu

  1. Karena banjirnya musiman dan banyak daerah yang sudah berpengalaman terendam banjir, makanya sudah dianggap biasa.
    Selesai banjir jadi lupa untuk mencegah agar peritiwa serupa tak terulang, padahal ancamannya kian hari kian parah.
    Lihat saja dinding tanggul yang jebol di jalan Latuharhary yang hanya terbuat dari gundukan tanah. Konstruksi macam ini mana sanggup menahan luapan air yang sedemikian banyak? Kalau sudah kejadian tak ada yang mau disalahkan.
    Belum lagi tanggul2 lain banyak juga yang jebol dan memakan korban.

    • Sudah berpengalaman atau sudah pasrah pak Pra :).
      Mudah2an pak Jokowi dan Ahok tidak angot2an seperti Gubernur sebelumnya yang hanya cuap2 pada saat terjadi banjir, terus menghilang setelahnya. Mudah2an kedua orang ini benar2 membawa perubahan yang berarti. Kita doakan mereka diberikan perlindungan dari serangan mulut2 dan niat2 jahat pak Pra, sehingga rakyat tidak tertimpa bencana setiap tahun seperti sekarang ini.

  2. rumah saya sempat sepinggang pak.. cuma 2 hari tapi bersih2 nya ampe skrg masi lom kelar.. tiap hujan pasti bawaan nya ngecek ke luar rumah terus, mastiin air ga sampe masuk rumah.. untung istri anak sudah berhasil ngungsi, kalo ngga kasian bgt deh..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s