Leave kids enough to do everything, but not enough to do nothing..

Posting saya Just be who you are dan Kepuasan batin ternyata mengundang beberapa komentar melalui email saya (kenapa sih kok pakai email segala kok gak langsung aja di bawah posting saya :), komentarnya bagus2 kok). Salah satu  yang menarik adalah komentar salah satu murid SMA, sebut saja namanya Marloo (kebetulan saya lagi nonton National Geographic mengenai seekor singa bernama Marloo :)).

Marloo mengatakan begini: “Saya selama ini tidak pernah dilarang membeli apapun oleh papa mama, semahal apapun. Papa mama selalu mengiyakan apa yang sama mau, sampai kadang saya bingung mau beli apa lagi. Tulisan Om membuat saya mikir, apa yang saya lakukan itu salah?”

Hmmm…menarik sekali pertanyaan ini. Bagaimana menurut pembaca, salahkah si Marloo?

Saya pribadi berpendapat, Marloo sama sekali tidak salah, yang mungkin salah adalah orang tuanya yang kurang wise / bijaksana? Hekk…kok nyalah2in orang tuanya. Nekad bener :p.

Yah orang tuanya tidak wise. Memanjakan anak tiada taranya akan merusak cara berpikir anak, merusak daya juangnya dan menyebabkan si anak tidak menghargai apa yang dimilikinya. CMIIW (correct me if I’m wrong).

Anak2 tidak akan tahu susahnya mencari uang, dan menganggap semuanya bisa diselesaikan dengan uang…uang…dan uang. Yang paling berbahaya adalah kehilangan daya juangnya karena semua seakan tinggal minta dan langsung tersedia.

Setahun yang lalu, putera bungsu saya, mengajak salah seorang temannya mengerjakan tugas di rumah. Karena sampai malam belum selesai juga, maka kamipun mengajak mereka makan malam bersama.

Pada saat kami sedang bersantap malam itu, anak saya tiba2 nyeletuk:”Ini lho ma duitnya banyak, di dompetnya aja ada 6 juta”. Whatt??…saya sampai hampir tersedak mendengar celetukan anak saya itu. Enam juta?? Hahh…anak di depan saya ini yang masih Secondary 2 alias sederajat dengan SMP kelas 2 membawa uang tunai sebanyak itu?.

Istri saya yang juga terkejut akhirnya tidak tahan juga untuk tidak bertanya ke si anak:”Oh ya? Bener kamu bawa uang sebanyak itu? Jadi kamu dikasih uang saku berapa tuh setiap bulannya?”, tanya istri saya ke teman anak saya. Dengan polos dia menjawab “Ya tante. Saya kadang dikasih 2 juta, kadang 3 juta. Tapi ya ga semua saya belanjain sih”.

Wuikk…saya saja tidak lebih dari 2 juta uang tunai yang saya kantongi, dia yang masih imut2 ini mengantongi 6 juta rupiah di dompetnya. Gilaa…kalau tidak melihat dan mendengar dengan mata kepala sendiri, rasanya tidak percaya.

Hal ini kemudian menjadi bahan diskusi saya dengan istri saya. Apakah wise orang tuanya memberikan uang saku sebesar itu, sementara untuk anak saya sendiri, istri saya tidak pernah kasih lebih dari 15 ribu sehari :p. Itupun kalau dia tidak dibawakan sangu / makanan dari rumah, itupun juga biasanya seminggu sekali supaya tidak bosen dengan menu makanan dari rumah.

Saya terus terang kurang mengerti bagaimana sudut pandang orang tua yang sangat berlebihan memanjakan anaknya itu. Atau apa yang menurut saya berlebihan itu sama sekali tidak berarti bagi bapak / ibu yang murah hati itu ya? Atau orang tua bersangkutan tidak tahu harus diberi uang saku berapa?

Menurut saya mudah sekali menghitung seberapa besar kebutuhan anak2 selama sehari, seminggu atau sebulan. Dan berikanlah secukupnya, tidak perlu berlebihan. Warren Buffett saja yang merupakan salah seorang terkaya di seluruh jagat mengatakan begini:… a very rich person should leave his kids enough to do anything, BUT not enough to do nothing. (baca: Should kids be left fortunes, or be left out?)

Beliau ingin mewariskan kekayaan yang CUKUP bagi anaknya untuk melakukan apapun, tapi tidak cukup bagi si anak kalau dia tidak melakukan apapun. Alias anaknya tetap harus berusaha / bekerja / berjuang untuk bisa berhasil di hidup ini, bukannya doing nothing.

Demikian juga halnya Bill Gates yang kita tahu selama beberapa tahun pernah menempati posisi pertama orang paling kaya di planet bumi ini mengatakan: I’m not leaving the money to my kids… it wouldn’t be good for them or society

Apakah kemudian Warren dan Bill tidak menyayangi anak2nya? Menurut saya, malah sebaliknya, karena mereka sangat menyayangi anak2nya, maka mereka lakukan hal yang luar biasa itu.

Memang tidak mudah, karena tidak ada satupun orang tua yang menginginkan anak2nya hidup susah, semua ingin mereka hidup lebih makmur lebih mewah lebih senang daripada ortunya, kalau bisa hingga 7 turunan. Namun memberikan berlebih, pada akhirnya tidak membuat anak2 lebih bahagia, namun malah sebaliknya.

Saya sangat setuju dengan tindakan Warren dan Bill, bagaimana dengan pembaca?

 

 

 

 

15 thoughts on “Leave kids enough to do everything, but not enough to do nothing..

  1. wah, jadi inget, dulu pas masih sd kelas 5 ato 6, gara2 pengen banget punya duit, mulai ribut minta uang saku, padahal udah bawa sangu dari rumah.
    akhirnya, diturutin ama papa, dengan syarat, kalo nilai ulangan dapat 10 dikasih 500, tapi kalo dapat 7,6,dst…bayar denda yang lebih mahal dari 500 T_T

  2. Wow kaget jg ada anak kecil bawa 6 jt di dompetnya (dompetnya setebel apa tuh), saya aja didompet cuman cepeceng 😛
    Terkadang orang tua dengan maksud menyayangi anaknya dengan memberi uang yg byk tapi tidak memikirkan hal lainnya, bisa saja hal ini membahayakan anaknya sendiri. Bagaimana klo ada yg tau klo anak itu bawa uang sebyk itu dan nanti di culik atau mungkin setidaknya di todong.
    Dan nantinya membuat anak itu boros sampai besarnya karena dari kecil aja sudah menghabiskan / biasa pegang uang sebyk itu apalagi nanti besarnya….

  3. I’d have to personally testify that if someone’s given all that they could possibly want right in front of their eyes without having to do anything, they’ll slowly but surely lose their spirit to struggle. Interestingly enough, this doesn’t only apply to tangible assets like money and expensive gifts. Food for thought: imagine you have a brain with infinite capacity such that everything you see is immediately understandable, or if not, very quickly understandable. You’d soon feel that you don’t have to struggle to learn, because the concepts just come to you. This, unfortunately, has further negative, unconscious psychological consequences. You also feel that you don’t have to struggle to get anything. Unfortunately in life, things don’t always work that way. There are some things that you need to strive for, and a subset of those things are really worth striving for, like loving someone.

    Bottom line: don’t take anything for granted, I guess?

    • Hi Ivan…… good point !
      Gimana kalau udah jenius di kasih uang jajan 6 juta pula? Jadi zombie deh itu orang.

      Actually, what else do the infinite capacity men see life?

      Does he have a sense of a mission knowing that something special is given by God for a reason.

      Ed

      • Halo Om,

        Well, I suppose if the gifted person sees that there’s a reason for his being gifted and he actually feels he’s been given a mission, he/she will be one among the few people who will change the world. It would be really awesome that they understand the importance of their talents, and again, the most important thing is that they (hopefully) don’t take their talents for granted (which is why they probably felt they’ve been given a mission from the beginning, anyway). It might sound kind of cheesy, but I kind of think it’s true. Sadly we don’t just see those kind of people everyday walking on the streets…

  4. Agree Pak.

    Bisa jadi pemberian atau memanjakan anak itu karena feeling guilty.
    Pengalaman saya, sebagai orang tua yang bekerja seharian, dan seringkali meninggalkan anak-anak di rumah sendirian, terkadang punya rasa bersalah.
    Ingin sekali menggantikan waktu bersama yang hilang itu dengan cara apapun atau memberikan apapun untuk anak.

    Pernah suatu saat, setiap pulang kantor saya bawakan buah tangan buat anak-anak, bisa martabak, donut j-co, mainan, dll. Sampai suatu hari saya pulang, anak saya langsung bertanya, mama bawa apa? Hadeeh, yang ditanya bawaan saya, bukan mama or papa-nya. Sejak itu, saya stop bawa oleh-oleh.

    Bulan lalu saya menghadiri seminarnya Adam Khoo, milioner muda dari Singapore.
    Beliau menekankan betapa pentingnya orang tua membekali anak-anak dengan life-skill, bukan dengan uang, pemberian dsb.
    Bahkan dia sempat bilang begini: “Pembantu saya itu bukan pembantu anak saya. Jadi kalau mau cuci sepatu, silahkan cuci sendiri.” begitu sharingnya.
    Selain uang, memberi kemudahaan-kemudahan yang berlebihan buat anak, juga akan menghilangkan daya juangnya dalam menghadapi hidup.

    • Ahaaa…akhirnya si Ibu muda yang bijaksana berkicau juga :).
      Kejadian yang sama terjadi dengan teman saya, seorang warga US yang sempat mampir menginap di rumah saya. Beberapa kali saya tawarkan untuk membeli oleh2, dia selalu menolak, sampai akhirnya dia menceritakan hal yg sama. Setiap kali dia pulang, yang ditunggu adalah oleh2nya, bukan orangnya wkwkwkwk…
      Semoga anak2mu tumbuh menjadi anak yang bertanggung jawab ya.
      GBU Des.

  5. setuju sekali om, saya pernah tidak membawa sepeser pun sewaktu sma karena mama selalu memberi bekal makan siang n snack n minum yg cukup sampai ibu2 yg jaga kantin heran karena saya cuma duduk mencari udara segar d deket kantin sembari memandangi teman2 saya yang jajan, tapi itu ternyata bermanfaat bagi saya ketika saya tinggal d jepang, d mana tempat jajan yg menggiurkan bertebaran beserta harganya yg lumayan menggiurkan juga, saya jadi bisa sering menahan diri untuk tidak jajan dengan alasan ada nasi n lauk d rumah yg jauh lebih murah, lebih sehat karena porsi sayurnya lebih banyak, dan sebelum saya jajan saya jadi punya kebiasaan menghitung andai jajanan itu saya buat sendiri berapa uang yg harus saya habiskan sesungguhnya, mudahkah cara membuatnya dsb

    oya saya tidak punya blog jadi saya tidak bisa meninggalkan alamat imel
    sylvia – nagoya univ

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s