Selama kurang lebih 7 akhir pekan (weekends) terakhir saya berpuasa menonton atau keluar rumah untuk makan bersama istri saya, kegiatan yang selama beberapa tahun terakhir ini mengisi akhir pekan kami berdua. Ngapainnn… hayooo… 🙂
Saya sengaja mendekam di rumah untuk melakukan kegiatan yang tidak pernah sekalipun mampir di benak saya sejak dulu. Kegiatan yang akan saya share ini seem not important, tapi setelah saya menjalaninya, saya rasa pembaca perlu tahu dan mungkin perlu juga sekali2 mencobanya, mumpung masih bisa… 🙂
Kegiatan ini membuat saya tidak bisa tidur enak, penasaran, gregetan, ngomel, terdiam berpikir, namun sekaligus juga berdecak kagum atas kehebatan sang pembuatnya…
Kegiatan seperti apakah itu? Tentu pembaca sudah mulai gregetan bukan? Hehehe… Yukkk lanjuttt…
Kegiatan itu adalah… kegiatan memotong-motong ribuan bagian2 plastic kecil2, ada juga metal, membaca buku petunjuk, memilih sekrup yang paling pas dari 25 jenis sekrup yang telah disediakan… dan kemudian menyekrup bagian2 kecil itu untuk dijadikan motor2an / mobil2an… awwwww… bwakakak…
Eittt… eittt… sabarrrr… sabarr dulu… :)… jangan stop dulu membacanya… sabar dulu… teruskan deh sedikit lagi.
Ya memang betul, pembaca tidak salah baca, selama beberapa weekends saya mengeram di rumah untuk merakit motor2an dan mobil2an… hihihi… Kegiatan itu yang ingin saya share ke pembaca. Kegiatan yang tampak tidak penting tapi memberikan pengalaman tersendiri bagi saya.
Teruskan sedikit lagi membacanya, kemudian pembaca boleh memutuskan untuk lanjut atau tidak melanjutkan membacanya.
Inilah deretan jenis dan ukuran sekrup yang saya geluti selama beberapa pekan di rumah…
Saya tidak berminat membuang waktu pembaca jika saya tidak mendapatkan sesuatu dari bergelut dengan benda2 kecil di atas. Dan… masa iya, pembaca juga tidak penasaran kok sampai saya bela2in mendekam di rumah selama itu untuk melakukan kegiatan yang tampa seperti gak guna ini? Dan kemudian… membatalkan puasa menulis saya yang sudah sekian bulan saya lakoni, hanya untuk menuliskan topik yang gak penting??
Ok kita lanjut deh yaa…
Namun sebelum saya masuk ke inti cerita saya, saya rasa saya terlebih dahulu perlu menceritakan latar belakang kegiatan dadakan saya ini supaya pembaca lebih bisa memahami ke-lebay-an saya di dalam menceritakan pengalaman ini… :).
Pertama-tama, saya bukanlah orang yang memiliki hobby pasang memasang Lego atau mainan2 plastik sejenisnya. Sampai disini saya rasa banyak pembaca yang sama seperti saya bukan? Saya bukan type orang yang memiliki cukup kesabaran untuk itu semua.
Saya juga bukan pehobby sepeda motor balap atau mobil balap. Saya hanya sekali dua melihat balapan motor GP atau Formula 1 di TV, dibandingkan dengan teman2 saya ya bela2in melekan nonton acara sejenis, saya lebih memilih mendengkur… hehehe…
Saya juga tidak terlalu hobby dengan mobil2an seperti pehobby diecast yang memiliki koleksi diecast hingga selemari bahkan sekamar penuh itu. Saya biasa2 saja lah. Diecast yang saya miliki adalah diecast yang saya beli dengan harga discount gara2 mengisi bensin Shell seperti di bawah ini:
Ini koleksi mobil2an Shell versi lama…
Akan tetapi saya suka tertarik dengan design yang tidak biasa, baik futuristic maupun kuno. Saya suka memperhatikan action figure yang dibuat dengan indah dan detail, demikian juga halnya dengan motor2an/mobil2an yang dibuat dengan bagus dan detail.
Namun selama ini kesenangan saya ini hanya sebatas melihat, memegang dan meletakkannya kembali, belum pernah berniat membelinya. Hanya sebatas berdecak kagum jika design dan kedetailannya memang extra ordinary.
Dan… sejauh yang saya tahu, teman2 saya juga hampir tidak banyak, atau boleh dikata tidak ada yang memiliki hobby merakit atau mengoleksi diecast atau action figure ini. Jadi pengetahuan saya mengenai benda2 koleksi ini sangat minim, hanya sejauh melihat2 jika kebetulan ada pameran atau melewati toko yang menjualnya. Tidak lebih dari itu.
Sampai sejauh ini saya rasa sebagian besar pembaca mirip2 seperti saya kan? :). Kalau tidak, berarti pembaca termasuk salah satu kategori yang saya sebut di atas.
Nah beberapa bulan lalu, jika pembaca rajin mengisi bensin di Shell, tentu pembaca ingat Shell untuk yang kesekian kalinya, kembali meluncurkan promosi dengan menjual mobil2an seperti yang saya miliki di atas, tentu dengan koleksi berbeda. Setiap pembelian bensin sekian puluh liter type bensin tertentu, kita bisa membeli mobil2an itu dengan harga khusus.
Masalahnya mobil2an itu tidak dikeluarkan langsung satu set, tetapi bertahap, entah tiap minggu atau tiap dua minggu keluar satu model. Ketika saya mengisi bensi dan melihat promosinya, saya antara tertarik dan tidak. Pingin iseng membelinya sih… tapi ketika diberitahu bahwa peluncuran modelnya bertahap, jadi malas. Ntar aja deh kalau sudah lengkap saya beli satu set sekaligus, begitu pikir saya. Saya agak2 malas kalau beli satu satu kemudian tidak lengkap, mending gak sekalian aja.
Minggu demi minggu berlalu, saya lihat koleksinya mulai semakin lengkap.
Kurang lebih 2 atau 3 minggu sebelum promosi mobil2an ini berakhir saya putuskan untuk membelinya, namun ternyata di gas station tempat saya mengisi bensin waktu itu sudah tidak lengkap lagi. “Loh kok gak lengkap”, protes saya. Mbak nya cuma bisa minta maaf dan menyarankan saya membeli ke lokasi SPBU Shell lainnya. Tapi kita harus mengisi bensin dulu sebelum bisa membelinya… haissss…
Ya sudah nanti deh kalau perlu isi bensin, saya isi di tempat lain dengan harapan ada gas station yang memiliki koleksi lengkap.
Dalam dua atau tiga minggu itu, setiap saya mengisi bensin saya tanyakan stock mobil2an ini, dan tidak pernah ada yang lengkap. Asemm benerrr… Jika rata2 saya mengisi bensin sekitar 4 – 6 hari, jadi saya sudah pindah2 kurang lebih 4 – 5 pomp bensin, tetap juga tidak berhasil menemukan satu set lengkap. Haissss…
Hal ini membuat saya benar2 penasaran, dari iseng jadi obsesi… wkwkwk… hingga suatu saat ketika saya berjalan2 di Senayan City, saya menemukan satu toko yang khusus berjualan mobil2an diecast ini.
Toko ini sebenarnya sudah bertahun2 ada disana, namun tidak pernah membuat saya tertarik memasukinya. Saya biasanya hanya melirik atau paling banter melihat2 sekedarnya saja dari etalase luar, hanya incang inceng berhadiah saja. Namun gara2 mobil2an Shell ini, saya masukilah toko itu. Siapa tahu ada koleksi sejenis.
Begitu saya masuk ke dalamnya, tokonya penuh sesak dengan berbagai macam koleksi mobil2an, sampai2 kita tidak bisa berselisipan di lorong dalam toko itu.
Saya lihat2 dari bawah hingga plafond penuh dengan mobil2an. Dari yang kecil seperti mobil2an Shell itu hingga berukuran 30cm x 15 cm (ukuran ini merupakan ratio 1:18 bentuk aslinya). Dari yang terbuat dari plastic, resin hingga metal. Dari yang harganya ratusan ribu hingga… SERATUS LIMA PULUH JUTA per unit… wattt… ya bener SERATUS LIMA PULUH JUTA RUPIAH satu unit…
Busssyeeetttt…
SERATUS LIMA PULUH JUTA untuk mobil2an????
Berulang kali saya tanya untuk memastikan pendengaran saya tidak salah, si penjaga mengiyakan sambil menunjukkan wajah sebel melihat orang udik di depannya.
Wuikkk… harga mobil2an sampai puluhan juta dan bahkan ratusan juta??? Ckckckck pikir saya… pantas dia bisa bertahan bertahun2 di Senayan City yang biaya sewanya tidak murah itu.
Setelah melihat2 dan bertanya2 sebentar, saya keluar lagi, tapi dengan benak penuh tanda tanya… masa iya sih semahal itu? Penasaraaannn… masa sihhh…
Berikutnya, sesampai di rumah, tidak sabar saya mencari di Google dengan keyword “the best model car”, dan keluarlah berbagai macam ragam mainan mobil2an dari yang murah hingga yang seratus lima puluh juta itu tadi (harga di US sekitar $8000 atau kalau dikurskan per saat saya menuliskan blog ini sekitar Rp. 106.560.000,- plus biaya masuk dlsb ya pantaslah kalau di Indonesia menjadi Rp. 150.000.000,-)
Bussyett pikir saya, luar biasa juga ya hobby ini ya…
Setelah itu saya sempat kembali sekali lagi ke toko itu. Saya kembali kesana untuk melihat dan bertanya lebih dalam mengenai merk dan bahan yang digunakan, dan kenapa kok ini lebih mahal dari itu.
Saya juga sudah berani minta dibukakan beberapa model untuk merasakan kedetailan dan kehalusan buatannya. Yang berukuran ratio 1:18 dengan aslinya, yang top model berharga sampai puluhan juta, cukup detail dan halus buatannya. Namun tidak sampai membuat saya tertarik untuk membelinya.
Setelah melihat2 dan memegang beberapa model car, saya merasa antara harga dan quality tidak seimbang, alias kemahalan bagi saya. Jadi untuk kedua kalinya si penjaga toko betul menilai saya… wkwkwk… orang udik yang sok mau beli barang mahal…
Namun tepat ketika saya hendak meninggalkan toko itu, saya melihat ada satu dos besar sekali bergambar sepeda motor sport DUKATI 1299 Panigale S. Saya heran melihat model motorcar dengan dos sebesar itu, maka saya tanyakan apaan itu?
Ini box raksasa yang membuat saya menuliskan blog ini…
Si penjaga toko mengatakan bahwa itu model kit DUKATI. Apaan itu model kit itu? Ternyata yang dimaksud model kit adalah model car / motorcycle yang berupa bagian2/parts yang harus kita rangkai untuk dijadikan model car/motorcycle.
Hmmm… pikir saya, menarik juga…
Saya tanyakan bagaimana hasil jadinya nanti, bagus tidak? Sama nggak seperti foto di dosnya? Terasa real atau terasa plastik? Bahannya apa? Si penjaga toko mengatakan dia tidak memiliki yang sudah terpasang di toko itu jadi tidak bisa menunjukkan hasil akhirnya seperti apa. Saya harus merakitnya untuk tahu seperti apa nanti jadinya.
Hmmm… semakin penasaran…
Sekembali dari Senayan City, apalagi yang kira2 akan saya lakukan… browsing lahhhh….
Dan hasil browsing saya membuat mata saya terbelalak… WOW… bagus bener hasilnya… jauh diluar perkiraan saya. Saya browse dan saya tonton videonya satu persatu di Youtube dan… saya langsung fall in love… meskipun saya bukan penggemar sepeda motor balap, saya jatuh cinta… so detaillll… so beautiful…
Saya jatuh cinta dengan modelnya, warnanya, detailnya dan lain sebagainya… Yang belum saya ketahui adalah made-nya, feelnya kalau kita pegang… terasa seperti plastic murahan atau benar2 seperti aslinya? Dimana bisa memegangnya langsung? Tidak ada… Tidak ada cara lain selain membeli dan merangkainya sendiri…
Setelah itu, saya mencari info lebih detail mengenai model kit ini. Bahkan saya mendownload dan membaca manualnya halaman demi halaman untuk untuk mengetahui seberapa rumit sih merakitnya. Harap maklum, seperti yang saya jelaskan di atas, saya bukanlah pehobby model car rakitan.
Setelah membolak balik beberapa halaman, saya langsung mulas…
Busyettt dahh…apaan itu. Saya tetap coba membalik-balik halaman demi halaman, mencoba membayangkan, tetapi tetap kagak ngerti, sama sekali gak bisa membayangkan. Saya coba mengerti kode2 dan angka2 di manual itu, semakin saya teliti semakin buram mata saya… bwakakak… dan semuanya ada 36 halaman… wkwwk…
Contoh manualnya
Hmmm… asem bener pikir saya… berani gak ya mencoba membeli dan memasangnya…
Bukan masalah apa2, hanya tidak mau konyol aja. Kalau gagal hilang dah duit seharga high-end smartphone, kalau berhasil… apa iya sesuai harganya? Apa iya sebagus penampilannya?
Saya sempat ragu2, karena tidak ingin uang saya terbuang percuma. Kalau beli smartphone, gak hidup bisa kita claim ke penjualnya, beli laptop atau kulkas atau TV juga demikian. Kalau ini resiko kita tanggung sendiri, dan tidak ada yang akan membantu.
So, I’m on my own… dewean… sorangan… tidak ada garansi… Keluar dari toko, resiko tanggung sendiri. Apalagi dari yang saya baca, ada yang gagal, ada pula yang katanya tidak menerima komponennya secara lengkap. Hmmm…
Sehari sebelum saya memutuskan untuk membelinya, saya memperoleh informasi bahwa produsennya ternyata sudah tidak lagi berproduksi. Oleh karena itulah di websitenya semua barang out of stock. Haizzz… lengkap dah…
Akan tetapi setelah saya pikir2 lagi… bukannya malah bagus ya produsennya sudah tutup… berarti barang ini akan menjadi barang langka dong ya… jadi barang antik…hihihi…
Yowis lah nekat sekalian lah, beli barang bodong tanpa garansi, tanpa kejelasan jadi seperti apa… cuma berharap jadinya bagus dan jadi barang antik… xixixi…
Sippp dahhh… putusin beli…
Keesokan paginya, saya menyuruh sekretaris saya menelpun toko di Senayan City itu untuk menanyakan detail harga dan pengirimannya. Seakan-akan sengaja menambah ketegangan, si penjaga toko mengatakan bahwa barang sudah tidak lagi.
Hah??? Saya terkejut, lah kemarin malam saya baru lihat kok sudah gak ada? Masa ada yang beli malamnya, ketika saya sudah memutuskan untuk membeli??? Sementara barang itu sudah terpajang disana entah berapa lama gak ada yang berminat membeli, lha kok begitu saya putuskan mau membeli, sudah gak ada.
Saya minta untuk menanyakan sekali lagi, tetap sama jawabannya. Barang sudah tidak ada lagi. Saya suruh menanyakan yang car kit Lamborghini Aventador, yang kemarin juga masih ada. Jawabannya sama, tidak ada lagi.
Ehhh… yang bener ajaa… aneh bener sehh…
Siang setelah saya selesai meeting, saya telpun dan saya tanyakan dengan sabar bahwa saya yang semalam menanyakan model kit itu, masa iya kemarin malam masih ada pagi ini sudah terjual?
Ditanya baik2 dan halus, barulah penjaga toko menjelaskan bahwa ternyata hari ini adalah hari terakhir beroperasinya toko itu… dan barang2 sudah dipindahkan ke gudang…
Haizzzz… ada2 aja… tetapi yang penting barangnya belum dibeli orang kan?, tanya saya. Gak katanya, tapi dia juga tidak tahu bagaimana cara mengambilnya.
Legaan dikit…
Saya minta tolong dengan sangat untuk ditanyakan ke gudang. Akhirnya singkat cerita setelah berulang kali berbicara dengan pihak gudang, malamnya sekitar pukul 20:00 malam itu juga saya ambil langsung ke kawasan Kelapa Gading.
Saya langsung mengangkut dua (baca DUA) model kit yang tersisa… Sekitar pukul 23:00, setelah menembus kemacetan daerah Kelapa Gading yang luar biasa, dua dos besar model kit sudah nongkrong untuk saya operasi jika waktunya memungkinkan… wkwkwkwk…
Itu terjadi pada hari Rabu malam…
Malam itu saya sebenarnya sudah gatal tangan ingin membongkar dosnya, maklum sudah beberapa hari jadi pikiran :). Namun karena sudah terlalu capek di jalanan, akhirnya saya biarkan. Akan tetapi malam itu pikiran saya masih juga gelisah, bisa nggak ya saya merangkai 1055 bagian2 kecil Dukati ini… haizzz… penasaran bener… :).
Kamis malam, sepulang saya dari kantor, saya bongkarlah dos model kit itu… jrenggggg… setelah dikeluarkan dari dos pelindungnya yang berwarna coklat itu… tampaklah packaging seperti yang saya lihat dipajang ditokonya ketika itu…
Keren sekali packagingnya… mudah2an jadinya nanti juga akan sekeran itu…
Kueren kan? … 🙂
Packagingnya apik… tapi bagaimana dengan isinya??…
Setelah saya bongkar, isinya ternyata cuma kantongan2 plastik dengan jumlah komponen yang buanyakkkkk sekali….
Di bawah kantong2 plastik ini, terdapat satu kotak Styrofoam yang berisi komponen2 metal seperti di bawah ini:
Jika dibuka isinya seperti berikut:
Setelah membongkar dan meletakkan di lantai, saya beri label tiap2 kantong plastic sesuai dengan abjad yang tertera di tiap2 kelompok komponen:
Jadi itu tuh isi dos segede gajah itu… ya itulah yang namanya model kit. Komponen yang harus dirangkai ada di plastik2 itu, terangkai jadi satu dengan label alfabet. Itu yang harus kita potong2 dan kemudian dirakit…
Malam itu tidak ada yang saya pasang, saya hanya sanggup melabeli kantongan2 plastik komponen2 di atas:
Membuka sekrup2nya yang terdiri atas 25 macam sekrup dengan label SCREW A sampai Y dan kemudian meletakkannya di container plastic yang saya beli di ACE Hardware.
Fiuhhhh gila bener model kit ini… semakin penasaran saya…
Jumat malam sepulang dari kantor, setelah santap malam dan dengan peralatan lengkap yang saya lihat di Youtube, mulailah saya merakit mainan yang sudah beberapa saat membuat saya penasaran ini…
Peralatan perang sudah dipersiapkan…
Saya mulai mencari part yang tertera di manual, membolak balik part itu supaya tampak sesuai dengan gambarnya, mencari sekrup yang sesuai dan mulai mengencangkannya. Ahhhh… cuma begini doang… gampang nih pikir saya… Bisalah kira2 hari Senin saya menyaksikan hasil jadinya…
Satu persatu bagian saya potong, saya bolak balik seperti di manual, saya sekrup, kadang saya berhenti cukup lama untuk mencari komponen yang dimaksud karena ada puluhan kantongan plastic dengan kode berbeda.
Masih semangat…
Kadang kita hanya perlu membuka satu kantongan plastic, tetapi seringkali harus membuka beberapa kantongan plastic berbeda sekaligus untuk membuat satu modul kecil tertentu.
Disini lah saya kemudian menyadari betapa pentingnya mengorganisasikan kantongan2 plastic, sekrup dan tools yang digunakan agar supaya bisa bekerja cepat dan effisien. Beruntung sebelumnya saya sudah memikirkan dan membeli container plastic dengan banyak kotak2 di dalamnya sehingga semua sekrup bisa masuk dengan rapi, tidak tercampur/tercecer.
Setiap kali kita memotong komponen dari satu kelompok part, kita harus disiplin memasukkan kembali ke dalam kantongan plastic dan mengurutkan plastic itu ke tempatnya semula. Jika tidak, maka kita harus membuang waktu mencari2 komponen apa dimana.
Demikian pula halnya dengan sekrup, setelah mengambil satu sekrup harus dikembalikan ke tempatnya, jika kita tidak sabar menebar sekrup di meja dan tercampur dengan sekrup dari kantong plastic lain… sudah dehhh… saya jamin kepala puyeng untuk memisahkannya lagi.
Saya malam itu baru berhenti setelah mata saya terasa pedih dan punggung serasa patah. Saya lihat jam ternyata sudah pukul 2 pagi hari Sabtu, berarti saya sudah duduk memotong dan menyekrup hampir 7 – 8 jam lamanya. Ahhhhh… capeknyaaa…
Sebelum saya berangkat tidur, saya lihat sekali lagi masih berapa halaman lagi yang harus saya kerjakan, ternyata… alamaaakkk… saya baru menyelesaikan 2 – 3 halaman doang, edhiaaann… masih ada lebih dari 30 halaman lagi…
Busyettt… lha kok baru segitu ya???
Sabtu paginya saya terbangun pukul 7 dengan badan serasa digebuki orang sekampung… Capek banget ehhh…
Saya tidak pernah menyangka hanya duduk, memotong, lem dan sekrup bisa membuat badan sedemikian capeknya. Bantalan tangan kanan saya terasa sakit sekali dan lengan kiri saya kaku. Saya pikir2 kenapa ya… rupanya gara2 harus menekan obeng dengan tangan kanan dan menahan komponen yang disekrup dengan tangan kiri itu…
Saya berolah raga sebentar untuk melemaskan badan, pikiran agak2 mengambang karena kurang tidur… namun masih semangat sekali. Dan seharian itu, saya duduk bekerja dari sekitar pukul 8.30 hingga… sekitar pukul 24 malam… hanya istirahat saat makan siang dan malam, dan kalau ke WC… selebihnya saya duduk menyekrup…
Edannn…
So exciting…
Bagian demi bagian mulai terlihat bentuknya… dari potongan2 kecil komponen… pelan pelan menjadi modul2 lebih besar, kemudian modul2 besar itu digabung menjadi bagian yang lebih besar lagi.
Beberapa modul tetap sangat mungil, seperti contoh di bawah ini, meskipun terdiri atas puluhan komponen yang harus disekrup dan dilem, jadinya tetap mungil (coba bandingkan dengan sekrup kecil di depannya)
Beberapa modul bisa langsung kita mengerti bentuknya akan menjadi seperti apa, namun meskipun demikian tetap diperlu ketelitian dan pemikiran untuk memasang komponen2nya…
Knalpot…
Engine…
Setelah digabung menjadi seperti ini…
Sangarrr yahhh…
Seharian itu saya duduk tekun memotong, menyekrup atau merekatkan bagian satu dengan lainnya…
Kadang saya ngomel2 sendiri mencari-cari komponen yang dimaksud tidak saya temukan, meskipun berulang kali membolak balik plastik2 yang sudah saya beri kode sesuai isinya, tetap tidak ketemu juga. Sesudah hampir putus asa… ehhh ternyata ada di meja tertutup komponen lain. Hal ini disebabkan karena saya tidak disiplin memasukkan dan mengurutkan kembali di tempatnya semula.
Kadang komponen yang kita cari, diletakkan oleh produsennya di tempat yang bukan kelompoknya, atau kadang diletakkan tersembunyi dibawah komponen lain…
Kadang sudah ketemu, tapi bingung kanan kiri muka belakangnya yang mana, buat apa pula itu.. dibolak balik gak cocok, dipaksa takut patah. Sesudah merenung… mikir mikir lamaaa… eh ternyata untuk memasang komponen itu harus diputar 270 derajat terlebih dulu, setelah masuk di posisinya, baru diputar balik 270 derajat untuk disekrup.
Kadang ada juga yang urutan pemasangannya tidak boleh terbalik. Sudahnya kita capek2 nyekrup sana sini, eh ketika kita hendak memasang komponen terakhir, ternyata gak bisa dipasang. Setelah diteliti lagi, ternyata bagian ini harus dipasang terlebih dulu sebelum bagian lainnya dipasang. Errghhh… jadilah kita copoti lagi satu persatu.
Sekrup2 satu persatu dikembalikan ke plastiknya, komponen2 juga dikembalikan ke plastiknya seperti semula… dan mengulang lagi dari awal… padahal badan dan mata sudah capekkkkk sekali…
Kadang kita juga harus menggunakan tangan kiri untuk menyekrup, kadang harus berbaring di lantai untuk menyekrup dari bawah ke atas, kadang kita harus melonggarkan sekrup ke lobangnya terlebih dahulu sebelum komponen lain dipasang supaya ketika ditempelkan sekrupnya mudah dikencangkan. Seruuu dahhh… :)…
Kadang saya duduk terpekur puluhan menit hanya memelototi manualnya, garuk2 kepala sembari ngomel2 karena tidak jelas maunya apa. Setelah menemukan apa yang dimau, rasa senengnya seperti baru berhasil menebak jawaban teka teki rumit gitu… bwahahaha…. menarik kan…
Di antara sekian aktivitas yang saya alami, salah satu yang paling sulit adalah ketika memasang spion Dukati. Perlu waktu lebih dari 2 jam hanya memasang 4 buah sekrup spion itu, bahkan mungkin karena banyak yang konsumen yang mengeluh kesulitan, produsennya sampai membuat video tutorial khusus cara memasangnya.
Untuk memasang sekrup spion ini, posisi sekrup harus dipasang dari bawah ke atas. Masalahnya ruang untuk obeng sangat sempit, sehingga untuk memasukkan sekrup ke lobangnya saja harus berjuang setengah mati.
- Pertama, sekrup harus kita letakkan diujung obeng dengan kemiringan sekitar 45 – 60 derajat (lihat foto di bawah). Kemudian secara pelannnnn pelannnnn sekrup mulai kita dorong ke atas menujung lobang. Nah karena sekrup dan ujung obeng kecil sekali, jadi bagian sekrup dan ujung obeng yang menempel sangat sedikit, akibatnya jika tangan bergetar sedikit saja, sekrup akan lepas.
Perhatikan posisi sekrup di atas. Dan perhatikan ruang untuk memutar obang di bawah ini.
Kalaupun tangan tidak bergetar, namun ketika memasukkan ke lobangnya tidak benar2 tepat, menabrak pinggiran lobang, sekrup juga lepas.
Punnn… jika sudah tepat nih masuk di lobangnya, namun ketika hendak memutar obeng, jari kita tidak bisa digerakkan, karena ruangannya sangat sempit (lihat foto dibawah, perhatikan posisi jari untuk memutar obeng, hanya sedikit ujung jari yang nempel di obeng)… sekrup lepas lageeeee… ergghhhh…
Saya mencoba hampir satu jam lebih, tetap tidak berhasil, mulai dari sabar overdosis sampai ngamuk oversupply… wkwkwk… Bener2 mbencekno polll… nggregetno… errrghhhh…
Istri saya yang memperhatikan saya dari mulai duduk diem, tekun hingga ngomel2 panjang pendek, akhirnya ikut turun tangan. Kami berdua mencoba berbagai cara, gagal juga. Hingga Dukati kami balik menghadap atas, gagal juga. Duhhh…
Lagi seru2nya masang sekrup ini pembantu saya intip2 pingin tahu, saya suruh bantu juga. Sudah bertiga mengeroyok… gagal jugaaa…
Setelah beberapa kali mencoba bertiga, akhirnya saya nyerahhh… sudah benar2 lelah lahir batin…
“Udah deh saya lem saja”, kata saya sebel bener… Pake jalan pintas aja…
Namun istri saya rupanya masih belum mau menyerah, akhirnya berdua dengan pembantu saya mengutak-atik spion Dukati itu… Saya sendiri… minggat nonton TV… menenangkan diri…wkwkwk…
Sekitar setengah jam kemudian, ternyata dua ibu2 itu berhasil memasangnya… luar biasa…. Emang ibu2 jauh lebih sabar dan teliti daripada bapak2… Jempolll…
Itulah satu2nya bagian yang melibatkan campur tangan pihak ketiga… wkwkwkwk…
Hari Minggu, saya bangun jam 7, tetapi kali ini terasa agak berbeda, bukan hanya badan yang terasa remuk tetapi kepala juga ikut2an terasa melayang-layang… gliyang gliyeng… rasanya pikiran tidak penuh…
Saya hanya pergi ke gereja, dan segera kembali untuk duduk meneruskan pekerjaan gila saya. Sama seperti kemarin, saya bekerja dari pagi hingga larut malam hanya istirahat ketika makan dan ke kamar kecil… kejar tayang…
Beberapa modul sudah semakin kelihatan bentuknya. Dari berbagai modul seperti di bawah ini…
Radiator…
Rangka & Tanki Bensin…
Digabung dengan modul engine seperti di bawah ini:
Digabungkan lagi dengan modul2 di bawah ini:
Menjadi seperti ini:
Bagus nggak pembaca? Keren yahh… apalagi kalau diraba, diangkat… wahhh mantap beneran… Semakin tampak bentuknya… hmmm… semakin tidak sabar sayanya…
Memang aneh… meskipun badan remuk redam… kepala gliyang gliyeng… plus beberapa aktivitas yang bikin naik darah, namun saya tidak turun semangat tuhhh… malah semakin semangat… Kenapa?
Karena diluar kejadian2 yang melelahkan dan menjengkelkan di atas itu, saya juga tidak habis2nya berdecak kagum. Saya benar2 kagum terhadap produsen model kit ini, gila deh… sungguh gila tingkat kedetailannya, tingkat dewa…
Kadang saya gak habis pikir, kok bisa2nya memikirkan dan memproduksi komponen2 sekecil itu. Padahal setelah setengah mati merangkai modul yang sangat rumit, ujung2nya ehhhhh ditutup oleh modul lain… lha buat apa, coba?
Namun rupanya kemiripan dengan aslinya adalah tujuan utama pehobby kolektor mobil2an seperti ini, sehingga semua bagian, serumit apapun juga akan ditiru semirip mungkin. Contohnya modul lampu model kit Lamborghini Aventador yang akan saya ceritakan di bawah nanti.
Hari Minggu itu saya tidur sekitar pukul 24 malam lagi, namun saya sudah bisa menyadari bahwa Dukati yang saya mimpikan tidak akan selesai dan saya nikmati hari Senin, seperti kepercayaan diri saya sebelumnya. Saya jadi agak melonggar, tidak lagi dikejar target seperti sebelumnya, apalagi sekarang saya sudah bisa melihat bentuk Dukati saya seperti apa… dan saya amat sangat puas…
Beberapa malam setelah itu saya masih melanjutkan pekerjaan saya. Halaman2 belakang yang saya pikir semakin mudah ternyata tidak seperti perkiraan saya. Hal semacam menempelkan sticker saja, hal yang tampak sangat simple tidak semudah yang saya bayangkan.
Model kit ini menggunakan water decal (sticker air) sebagai ganti sticker biasa yang pakai lem. Water decal ini harus direndam dulu di air sekitar 90 – 120 detik hingga terkelupas dari kertasnya. Setelah itu baru ditempelkan dengan menggunakan… kuas…iya kuas… atau menggunakan pinset. Padahal sudah puluhan tahun saya tidak menggunakan kuas cat air itu.
Water decal…
Beberapa water decal masih bisa kita geser2 posisinya setelah kita tempelkan, namun ada juga yang langsung menempel hanya beberapa detik setelah kita letakkan, sehingga harus benar2 yakin sebelum meletakkannya. Kadang saya sampai tidak bernafas karena takut miring atau meleset, karena kalau miring atau meleset water decal itu langsung rusak… dan tidak ada cadangannya… Beli juga gak ada yang jual…
Yang juga jadi tantangan adalah bentuknya kecilllll buanget… sampai2 saya harus menggunakan kaca pembesar untuk melihat apa sih yang mau ditempel.
Coba perhatikan foto dibawah ini… besarnya tidak kurang dari seujung ballpoint.
Water decal ini kemudian ditempelkan di tempat2 yang juga mungil-mungil… Jadi koordinasi tangan dan otak :)… harus benar2 baik, jika tidak akan meleset kesana kemari…
Beberapa kali saya kehilangan sticker mungil itu, baik ketika jatuh di meja kerja yang kebetulan berwarna putih, atau terselip di ujung kuas atau pernah sekali nempel di tissue yang berwarna putih juga. Nyarinya tuhhh… bisa puluhan menit saking kecilnya…
Namun semua kesulitan dan kelelahan yang saya alami bisa terhibur jika melihat kegantengan hasil rakitan saya ini…
Nggantengggg… nggak pembaca???…
Saya rasa tampangnya cukup keren lah yaa…apalagi kalau pembaca memegangnya, terasa sangat real, berat, mantap dengan kedetailan tingkat dewa…
Saya merasakan kepuasan yang luar biasa, meskipun belum selesai seluruhnya …. Begitu banyak kombinasi perasaan yang saya rasakan hanya dalam beberapa hari itu…
Kegembiraan dan kepuasan saya inipun dengan tidak sabar saya bagi ke teman2 di group chat, siapa tahu ada yang tertarik juga untuk mencobanya juga…
Setelah saya post… eh gak ada response… diemmmm semua… Saya berharap ada yang menanyakan saya lagi bikin apaan? Tapi nggak ada yang komentar… diemmm… Hmm… mungkin lagi bingung mau komentar apa kali… Saya duga mereka pasti mikir :”Ini orang sudah gila kali, sudah setua ini masih juga main mainan anak2… “, hihihi…
Setelah beberapa saat kemudian baru muncul satu dua yang mengacungkan jempol, meskipun saya ragu apakah karena mereka benar2 kagum akan kekerenan Dukati saya, atau mengacungkan jempol atas kegilaan saya… hehehe… Namun dari komentar2 yang kemudian muncul, ternyata ada beneran yang berkomentar:” Pengangguran amat sih lu, sudah tua masih juga main mainan anak2 begituan”… wkwkwk… passs sesuai tebakan saya… karena sayapun mungkin akan berkomentar begitu kalau ada teman saya yang ngepost foto serupa… wkwkwk…
Pengangguran???… Mungkin benar, kalau kita tidak bisa meluangkan waktu secara khusus, gak bakal jadi rakitan ini. Kita harus benar bersedia mendedikasikan waktu kita untuk mengerjakannya. Nggak boleh nanggung2, atau sepotong2… bakal lupa atau komponennya tercecer…
Tapi kalau ini disebut mainan anak2???… Hmmm… menurut hemat saya ini bukan mainan anak2… sepertinya anak2 gak akan sanggup. Saya bahkan tidak recommend pembaca membelikan anak2, kecuali memang kita yakin anak kita akan sanggup merakitnya.
Mengapa?
Pertama, jika mereka, anak2 itu, memiliki uang untuk membeli model kit seharga high end smartphone seperti ini, rasanya mereka akan lebih senang membeli smartphone daripada membeli rakitan gak jelas ini. Betul tidak? Kecuali benar2 hobby dan ortunya mampu.
Kedua, perlu otot. Menyekrup sekrup2 kecil itu ternyata perlu tenaga besar lho, apalagi kalau lawannya metal. Plastik aja kadang alot sekali nyekrupnya. Kita harus mengeluarkan tenaga extra karena obeng yang digunakan berukuran kecil, demikian juga dengan ukuran kepala sekrup yang sangat mungil, sehingga harus benar2 kuat menekan supaya kepala sekrup tidak ‘dol’ alias rusak.
Selain itu tangan kiri kita juga harus kuat menahan komponen yang akan disekrup, karena bentuknya kecil dan tidak beraturan, sehingga tidak bisa ditopang ke meja atau dinding. Kalau kita topang/sandarkan ke meja, bakal patah aja. Saya rasa pembaca yang pernah menyekrup benda2 kecil tahu apa yang saya maksud… Saya sangat yakin anak2 tidak kuat, kecuali anaknya Superman… si Superboy… wkwkwk…
Ketiga, perlu otak. Pada beberapa bagian kita harus bisa menterjemahkan gambar yang tidak user friendly itu, kemudian memikirkan dengan baik langkah yang harus kita ambil. Kita perlu berpikir bagian mana yang harus disekrup atau dilem terlebih dahulu, modul mana yang terlebih dahulu harus dijadikan satu dengan modul lain.
Kadang saya mensimulasikan terlebih dulu sehingga tahu mana yang harus disekrup atau dilem terlebih dahulu sebelum benar memasangnya secara permanen. Jika salah akibatnya bisa fatal, terutama yang berhubung dengan lem-leman itu.
Kita juga harus ingat kita meletakkan apa dimana, jika tidak bakal banyak membuang waktu untuk mencari2. Hal2 simple seperti meletakkan obeng atau pinset aja bisa membuat kita meradang karena banyaknya pernik2 berhamburan di meja. Sementara badan dan pikiran sudah capek, obeng tertutup benda lain bisa membuat amarah meledak… wkwkwk…
Keempat, perlu kehati2an. Karena komponen2nya kecil2 dan ringkih, maka sangat diperlukan kehati2an. Termasuk juga pada saat memotong, kadang kita harus menghaluskan permukaan plastik itu dengan cutter, atau melepas komponen dari bagian lain pakai cutter. Duhhh kalau anak2 mainan cutter, salah sedikit bisa luka2…
Kelima, perlu mental yang benar. Wuiiikkk… pake mental segala. Iya lho, serius ini…
~ Pertama perlu niat yang kuat, kalau tidak setelah beberapa saat mengalami kesulitan, bakal tergeletak menyerah. Bisa gara2 kecapekan atau ketemu jalan buntu waktu memasang komponen yang gak jelas.
Saya sempat stuck selama hampir 1 jam lebih, hanya gara2 gambar yang tidak jelas di bawah ini…
Jika kita lihat sepintas coakan itu tidak berarti apa2. Secara gambar tidak ada yang istimewa. Secara komponen juga tidak. Pada batang shockbreakernya saya temukan coakan itu. Namun saya tidak tahu apa fungsi coakan yang saya kasih panah merah di atas.
Saya memasukkan batang shockbreaker ke lobang yang ada dengan lancar, kemudian mengeratkan sekrup D itu juga fine2 aja. Tidak adak penolakan massa gitu… hehehe… lancar jaya… Kemudian setelah itu saya melanjutkan dengan menyekrup ratusan sekrup berikutnya, serta melem beberapa komponen lain… lancarrrr… Sehingga terbentuklah seperti di bawah ini:
Cakep yahhh… hihihi…
Nah…. ketika hendak memasang stang / kemudinya… saya baru menyadari kalau coakan kecil yang tampak tidak ada artinya itu menjadi pegangan untuk rem dan gas supaya ketika disekrup tidak berotasi/muter sana sini…
Jiaaahhhh… kaget saya… lho kok gak bisa nempel??? Saya coba berkali2 gagal, saya coba akali dengan mengganjel kertas dll… gagal juga… Duhhh… masa harus dicopot lagi?
Saya masih berusaha berkali2 memasang modul komponen rem dan gas itu, tapi akhirnya nyerahhh… padahal itu sudah berjam-jam terlewati sejak saya memasang batang shockbreaker …
Duhhhh…
Terpaksa saya protoli satu persatu dengan lemas saya melepas satu persatu komponennya kemudian memasukkan ke plastic, melepas sekrup memasukkan ke plastic, melepas bagian yang sudah di lem dengan sangat hati2 spy tidak putus/patah dslb dlsb…
Setelah… itu memasang ulang lagi… hadeeehhh…
Tuhhh kaaaannn… tidak banyak anak2 yang mampu memenuhi kriteria di atas bukan? Kecuali anak tua seperti saya… wkwkwk…
Selama total hampir 40 jam saya habiskan untuk merakit model kit ini. Selama meraki it model kit ini, banyak hal yang saya rasakan. Ketika saya ceritakan ke sobat baik saya Eddy Harris yang selalu open minded jika berdiskusi dengan saya, dia mengeluarkan komentar yang pada akhirnya membuat saya menuliskan pengalaman ini:”Gila luuu…”, gitu pertama2 komentarnya (nambah atu lagi yang menggila-gilakan saya… wkwkwk… ), namun belakangnya: ”Elu kalo ngak nulis blog pengalaman remuk, waahh keterlaluan.”… gitu katenye…
Nulisss… hmmmm… sudah berbulan-bulan saya puasa nulis, enjoying my weekends untuk nonton bioskop, browsing, membaca dan kegiatan2 lain… rasanya malas sekali meraih laptop untuk mulai mengetik, padahal bejibun topik bersliweran di kepala saya.
Memang sempat terpikir untuk menuliskan pengalaman remuk saya ini, tetapi nanti… nantiii… kalau sudah waktunya deh…. Entah kapan, pokoknya nantiii… Namun komentar sobat saya ini membuat saya berpikir ulang.
Sudah lama saya tidak merasakan campuran dari berbagai macam perasaan seperti ketika saya merakit model kit ini.
Mulai dari penasaran (bisa nggak ya saya merangkai model kit yang sedemikian rumit manualnya itu?), tegang (ketika hunting model kit yang produsennya sudah tidak beroperasi lagi itu atau ketika sekrup atau komponen kecil itu loncat tidak tahu rimbanya :)), marah (kalau tidak ketemu komponen yang kita cari, atau manualnya tidak jelas maunya ngapain), senang (kalau berhasil merangkai bagian yang rumit), kagum (berulang kali saya berdecak kagum atas kedetailan produsennya), bangga (ternyata saya cukup sabar, teliti, memiliki mata yang cukup bagus, koordinasi tangan dan otak yang masih prima) dan lain2 perasaan lainnya… terakhir adalah puasss tak terkira ketika kita bisa mengatasi semuanya itu dan melihat hasilnya akhirnya yang memang cuantikkk dan…. tidak mudah dimiliki oleh orang lain karena tidak dijual jadi.
Cantekkkk ndakk???? 🙂
Dan ini setelah saya buatkan kandangnya:
Kereennn… 🙂 🙂 :)…
So if you want to have it… kudu mengalami semua yang saya alami di atas itu… kecuali mau gantin saya punya…
WANI PIRO???? Bwakakak…
So again, saya pikir saya berdosa kalau tidak membagikannya ke pembaca semua.
Saya pikir kegiatan gila ini bisa menjadi alternative kegiatan yang sangat baik bagi pembaca yang mungkin anak2nya sudah tidak lagi tinggal serumah (kuliah atau kerja di luar kota/negeri), atau bagi papa2 yang ingin memiliki kegiatan berkualitas dengan anak2nya (biasanya anak cowok ya, tapi tidak menutup kemungkinan bagi anak cewek juga), atau bagi anak2 yang ingin memberikan kegiatan bersama papanya (atau mamanya daripada nonton Korean Drama terus hehehe…) atau bagi para istri yang ingin menyibukkan suaminya yang malah ikut2an nonton drama Korea… hohohoho…
**Dua hari lalu, saya baru dapat WA dari teman saya yang sedang bepergian ke luar negeri, dia menanyakan ke saya:”Eh yang elu pasang2 itu model yang mana sih?”… Lohhh kaget saya, terus saya tanya:”Emang lu mau masang sendiri?”… Jawabnya santai:”Ya nggaklah, edan apa… mending nonton drama Korea…”… Tuh kira2 ibu atau bapak tuh yang beliin buat pasangannya… Ini real lho… swear… 🙂
Sekian sharing saya kali ini… terima kasih sanggup membaca hingga selesai…
Berikut beberapa foto tampang Dukati Panigale 1299 dan Lamborghini Aventador yang saya rakit:
Dukati 1299 Panigale S
Lamborghini Anventador Roadster LP 700 4
Salammmm…
Guntur Gozali,
Jakarta, Kebon Jeruk,
Jumat, 7 April 2016, 21:58
Wah top markotop….
Ini memang bukan mainan anak-anak pak. Saya aja pernah main puzzle 3D yg rakit 400an bagian bisa senewen dan mencak2, gemes, apa lagi ngebayangin cerita diatas… Salut buat pak Guntur…
Merakit beginian butuh determinasi, komitmen dan kesabaran
Btw itu bagian ke 4 nya kurang di bold pak,
Oia cerita rakit lamborghini nya mana pak?
Terima kasih Victor…
Masa cerita rakit Lambonya juga perlu dituliskan… hehehe… saya aja gak yakin pembaca sanggup baca tulisan saya yang sepanjang itu… apalagi masih ditambahin satu seri lagi… alamaakkk… wkwkwk…
Thanks juga atas koreksinya… luar biasa… berarti beneran baca sampai habis ya… salut… hehehe…
Rgds,
Justru saya nungguin lanjutan dari bagian yg ini pak:
“Contohnya modul lampu model kit Lamborghini Aventador yang akan saya ceritakan di bawah nanti.”
😀
kalo orang udah suka pasti dibaca pak… membaca blog pak Guntur itu udha macam refreshing… karena gaya penulisannya sangat “seru”
Terima kasih atas pujiannya… paling nggak ada satu yang memuji… hehehe…
Saya nulis topik lain aja ya… biar gak bosen… 🙂
Rgds,
Wow … Salute Kwadrat buat Guntur Gozali ……..Saya rakit lemari Ikea saja butuh meditasi 1 minggu dulu….alias nunggu sambil berharap mudah2an anak saya yg rakit 🙂 Ternyata saya nya yg masih mesti maksa anak ikutan rakit lemari , tujuan nya agar dia belajar hal2 yg Guntur cerita namun dalam skala penderitaan nano remuk.
Kayaknya setelah beberapa kali masang beginian bakal bisa menikmati proses, seperti minum kopi pahit. Pahit tapi enak…..
Terima kasih untuk sharing pengalaman nya Guntur….
Lamborghini experience is wellcome
Nah ini orang yang menyebabkan saya batal puasa nulis… wkwkwk…
Mungkin kalau IKEA anaknya gak tertarik, coba deh rakit Dukati… dia bakal enjoy deh… xixixi…
Rgds,