Fly Like A Bird

P2V+Siapa yang tidak tahu drone? Saya yakin semua pembaca setia tulisan saya ini sudah pernah membaca atau bahkan memainkan drone, benar tidak pembaca?

Dulu istilah ini tidak banyak yang tahu, paling tidak bagi kalangan bawah seperti supir saya belum tahu artinya. Namun setelah Joko Widodo, yang ketika itu masih merupakan Capres, berulang kali mencanangkan penggunaan pesawat tanpa awak ini untuk menjaga territorial perairan Indonesia, maka istilah drone menjadi sangat terkenal hingga ke warteg dan warkop di pinggiran jalan.

Pada tulisan ini, saya tidak membahas mengenai drone militer atau komersial yang berharga puluhan milyar, namun personal drone yang dewasa ini ama sangat popular karena harganya yang semakin terjangkau dan juga karena kecanggihannya.

Saya akan mencoba membagi pengalaman dan kekhawatiran saya selama kurang lebih 6 bulan menggunakan drone yang paling popular di pasaran saat ini yaitu DJI Phantom 2 Vision+. Mulai dari apa yang menyebabkan saya menjadi salah satu pencintanya, kekurangan drone yang tampak sangat mudah dikendalikan itu hingga kekhawatiran saya akan perkembangan drone yang semakin lama semakin luar biasa ini.

Sekilas tentang Drone:

Istilah drone sendiri sebenarnya sudah cukup lama kita baca / dengar ketika Amerika menggunakannya pada perang di Timur Tengah, dan semakin popular ketika salah satu drone nya jatuh pada operasi penangkapan Osama bin Laden beberapa tahun lalu. Kemudian di kalangan pencinta gadget, semakin bertambah popular lagi ketika Amazon mengumumkan minatnya menggunakan drone untuk mengirimkan barang pesanan langsung ke rumah pelanggannya.

Coba bayangkan kita telat makan, sudah lapar banget, mau keluar makan malas, kemudian kita pesan lewat smartphone dan beberapa menit kemudian … wir… wir… wir… ada drone di halaman rumah kita mengantarkan burger pesanan kita masih panas mengepul….awww…betapa nikmatnya…ya nggak? ☺.

Kepopuleran drone meningkat dengan sangat luar biasa. Semakin banyak saja orang yang tertarik dan ingin memilikinya. Salah satu bukti adalah ketika beberapa waktu lalu, saya sengaja memberikan sharing ke karyawan saya mengenai drone ini, supaya mereka lebih melek technology. Pendaftaran peserta yang biasanya perlu beberapa hari agar kapasitas ruang terisi penuh (kami batasi 40 orang karena kapasitas ruangan), kali ini hanya dalam waktu kurang dari 20 menit saja sudah full terisi, karena banyaknya yang ingin menyaksikan saya mendemokan drone ini.

Salah satu media online, kompas.com, bahkan sekarang ini menggunakan istilah Drone Jurnalism di websitenya. Isinya adalah laporan perjalanan atau peristiwa yang diliput menggukan drone dengan sudut pengambilan gambar dari angkasa (aerial videography).

Hampir semua media massa elektronik sekarang ini sudah menggunakannya untuk peliputan berita. Dengan sudut pandang dari angkasa yang dulu hanya bisa dilakukan menggunakan helicopter dan dengan biaya dan persiapan yang rumit, kita tidak perlu lagi. Cukup menggunakan drone seperti di bawah ini:Phantom 2 Vision +

Apa yang membuatnya menarik?

Sedari kecil, ketika pertama kali saya naik pesawat terbang, saya tidak pernah menyangka akan melihat bumi dari sudut pandang yang berbeda. Saya tidak pernah menyangka betapa luar biasa pemandangan yang tampak di bawah sana, semua tampak kecil seperti mainan, rumah2, orang2, pohon2, mobil2 , sawah menghijau, gunung yang indah dan lain lain, semua seperti mainan. Apalagi kalau malam hari, lampu2 berkelap-kelip disana-sini ah indah sekali. Saya rasa banyak di antara pembaca yang juga merasakan apa yang saya rasakan itu.

Mulai saat itu setiap kali saya naik pesawat saya selalu memaksa untuk duduk sebelah jendela….hehehe…ndeso ya. Ya jujur saja, saya seperti orang ndeso, yang meskipun sudah berkali-kali naik pesawat selalu saja terbelalak melihat pemandangan indah itu. Hingga kinipun jika saya memperoleh tempat duduk di area emergency exit yang jarak tempat duduknya lebar, saya selalu memilih di sebelah jendela ☺.

Namun apa yang bisa kita lihat di bawah itu hanya sesaat saja, beberapa menit pada saat take off dan landing, selebihnya kita hanya bisa melihat awan menutupi permukaan bumi. Bahkan kadang2 jika cuaca kurang bersahabat, malah tidak melihat apa2.

Ketika setahun lalu saya membaca mengenai drone yg bisa digunakan untuk aerial videography dan melihat hasilnya, saya benar2 terpesona. Saya cari2 di youtube, saya semakin terpesona. Wuahh…kok hasilnya bagus sekali ya…dan kelihatannya gampang sekali mengendalikannya.

Sejak itu saya mencoba mencari2 informasi mengenai quadcopters drone (drone dengan empat baling2) merk DJI buatan China itu. Beruntungnya saya tidak menemukan resellernya di Indonesia, kecuali di Singapore. Lho kenapa kok beruntung? Karena sekitar February 2014 lalu, saya membaca di majalah Popular Science jika DJI akan meluncurkan drone terbaru Phantom 2 Vision+ (P2V+) yang lebih canggih.

//

P2V+ 2

Begitu melihat video demonya saya benar2 terkagum-kagum. Luar biasa. Saya tidak pernah membayangkan ada quadcopter drone secanggih itu. Saya menunggunya diluncurkan pada bulan April 2014 lalu, dan…kemudian menerimanya berbarengan dengan liburan summer anak saya Calvin pada Juni 2014 tahun lalu.

Apa hebatnya drone?

Tentu pembaca sudah sering melihat mainan helicopter pakai remote yang sering dijual di toko mainan atau didemokan di mall2. Saya juga yakin pembaca sekali pernah tertarik atau bahkan mungkin membelinya.

Bagaimana pengendaliannya? Mudah? Atau susah? Secara umum tidak mudah mengendalikannya. Saya tidak pernah sempat menguasainya, karena sebelum bisa sudah hancur berantakan menabrak sana sini. Kalaupun sudah menguasainya, kita dengan cepat menjadi bosan karena baterainya cepat habis, dan ya hanya begitu2 saja.

DJI Phantom 2 Vision+, yang merupakan produk terakhir dari keluarga Phantom 2, memiliki kelebihan yang luarbiasa. Benar2 product yang innovative. Saya tidak melebih-lebihkannya, buktinya terpilih sebagai salah satu 36 Coolest Gadgets of 2014 versi CNN.

Hmm…penasaran ya dengan kehebatannya.

Ok saya akan uraikan satu persatu supaya kalau nanti pembaca ingin memilikinya paling tidak sudah memiliki bayangan seperti apa…

Pertama yang membuat saya tertarik adalah kestabilannya.

P2V+ memanfaatkan GPS (Global Positioning System) untuk menentukan posisinya. Jika drone ini bisa memperoleh data dari lebih 6 GPS Satellite, maka dia bisa melayang diam tanpa kita menyentuh remote controlnya.

Berikut sebagian videoclip mengenai P2V+ yang membuat saya kesengsem yang saya cuplik dari Edgadget.com:

Kedua, fitur Going Home.

Jika sebelum kita menerbangkkannya, P2V+ sudah menangkap dan menyimpan paling tidak 6 signal GPS satellite, maka dia mampu mengingat lokasi awal (Home). Apa fungsinya?

Fitur ini memungkinkan si drone kembali ke posisi awal, JIKA koneksi antara remote dengan drone terputus (saya akan share mengenai hal ini pada tulisan terpisah). Upgrade software terakhir, bahkan memungkin drone kembali keposisi kita berada, asal handphone yg kita gunakan memperoleh cukup signal GPS yg akan digunakan oleh drone untuk mendeteksi lokasi kita.

Home Point

Fitur kedua ini amat sangat vital fungsinya. Karena P2V+ mampu terbang hingga sejauh 500 – 700 (ini sesuai spesifikasi nya, namun saya pernah menerbangkannya hingga 800 m, dengan jantung berdetak keras ☺) dan hingga setinggi 500 m (by default ketinggian maksimum dilock 120m, kecuali kita overwrite menggunakan software).

Jangkauan sejauh itu benar2 diluar spefikasi mainan helicopter yang dijual di mall2 bukan? Luar biasa jauh untuk sebuah personal drone (dan mengerikan…nanti saya akan membahas ini secara terpisah). Jika tanpa fitur Going Home, seperti drone2 lain yang mampu melayang cukup jauh, maka begitu kita kehilangan control, kita juga kehilangan drone kita.

Ketiga, high performance camera.

DJI Phantom 2 Vision+ dilengkapi dengan camera yang mampu mengambil foto 14 megapixel dan video 1080p/30fps atau 720p/60 fps serta dilengkapi dengan 3 axis gimbal.


(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

P2V+ Camera

Memainkan drone kalau hanya untuk menerbangkannya kesana kemari, sebentar juga kita bakal bosan. Werrr….warrr…werrr… begitu begitu doang, ya bosan lah. Saya sempat beberapa kali menyaksikan pehobi aeromodelling (pesawat mainan dengan remote) mengendalikan mainan mereka, setelah beberapa kali datang, saya bosan juga. Ya begitu2 saja.

Lain lagi kalau kita bisa mengambil foto bahkan video, yang hasilnya sangat tajam dan stabil berkat 3 axis gimbal yang secara default sudah terpasang. Kita bisa melihat tempat/bangunan/obyek wisata yang kita samperin dari sudut pandang yang lain.

Berikut adalah kompilasi dari beberapa shoot yang saya lakukan di beberapa tempat, mohon maaf video editingnya benar2 seadanya, saya belum tahu cara menggunakan video editing. Dan resolusinya juga tidak sebagus aslinya karena harus saya downsize 2 kali supaya tidak terlalu besar filenya. Itupun juga masih sangat besar.

Jika koneksi internet pembaca kurang cepat, setelah menekan tombol play sebaiknya tekan tombol Pause agar video dibuffer terlebih dahulu, setelah itu tekan kembali tombol play supaya bisa menikmati video tanpa terputus2. Mudah2an cukup memberikan gambaran betapa indahnya pemandangan dari atas sana.

atau via Youtube:

Keempat, lama terbang.

Baterai 5200 mAH yang digunakan mampu menerbangkan drone ini selama maximum 25 menit sekali charge. Waktu yang cukup lama dibandingkan dengan drone atau helicopter remote lainnya di pasaran.

DJI Battery

Memang masih kurang lama sih ☺, apalagi kalau sudah asyik memainkannya, tiba2 si remote teriak2 mengeluarkan alarm pertanda baterai hampir habis ☺. Oleh karena itulah memiliki baterai cadangan mau tidak mau menjadi keharusan.

Kelima, autofly.

Kita bisa memprogram hingga 16 titik penerbangan, dan P2V+ akan secara automatic terbang ke titik-titik yang sudah kita tentukan. Fitur ini memungkinkan kita untuk lebih berkonsentrasi mengambil foto atau video tanpa dipusingkan dengan pengendalian drone. (Fitur ini sudah menghancurkan 1 drone say ☺, nanti saya akan tuliskan di posting yang lain).

AutoFly

Fitur2 di atas merupakan fitur innovative yang membuat DJI Phantom untuk sementara merajai pangsa pasar personal drone di seluruh dunia.

Jadi apakah fungsi drone hanya seperti itu saja? Nanti ya akan saya  lanjutkan di tulisan berikutnya…

Salam,

Guntur Gozali,
Jakarta, Kebon Jeruk,
Minggu, 25 Januari 2015, 22:15
http://www.gunturgozali.com

4 thoughts on “Fly Like A Bird

  1. Wah mantap tulisannya pak, masih saya tunggu tulisan2 lanjutannya…:) dronenya mampu terbang setinggi 500 meter dioverwrite menggunakan software apa pak?

    • Sabar ya…lanjutannya sdh saya tulis cuma foto2nya blm lengkap :). Drone memang bisa naik sampe 500 m tanpa di overwrite, tapi setelah itu tidak bisa naik lagi, nah untuk overwrite itu sy blm tahu bagaimana.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s