Saya hampir saja lupa kalau memiliki blog yang sudah lama tidak saya tengok, hingga hari ini. Sudah lama juga saya tidak menulis karena berbagai macam kesibukan dan kenikmatan yang sangat menyita waktu saya. Eiitt..jangan salah tangkap dulu perihal kenikmatan itu, yang saya maksud adalah kenikmatan menonton tv, browsing, dan terutama sekali chatting dengan teman2 dll ☺.
Pagi hari ini, setelah membaca berita utama Harian Kompas, yang berjudul “Warisan Buruk Rezim SBY”, rasanya saya tidak tahan lagi untuk tidak menumpahkan kegalauan hati saya memperhatikan ulah segelintir “anak2 TK” (meminjam istilah bapak kita terhormat Gus Dur) yang sejak dua hari lalu sangat membuat gundah rakyat Indonesia.
Kita semua tentu tahu betapa hiruk pikuknya proses pemilihan umum yang baru saja kita lalui. Ketika itu berkali-kali saya ingin sekali menumpahkan kekesalan saya akan move2 kelompok tertentu yang menurut saya dan juga masyarakat umum sangat tidak etis, baik dengan melakukan perusakan karakter maupun gerakan2 lain. Namun ketika itu saya masih bisa menahan diri, karena saya pikir semua itu hanyalah strategy, strategy untuk memenangkan pertarungan yang kadang ada yang baik, kadang buruk.
Namun dua hari lalu ketika DPR menggelar sidang untuk menentukan Pilkada melalui DPRD atau langsung, yang hasilnya langsung berimplikasi terhadap saya dan kita semua, saya sudah tidak tahan lagi.
Saya rasa kekecewaan, kejengkelan, kegemasan, kebencian dan segala macam kegundahan hati yang saya rasakan, juga dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, mau itu kelompok KMP ataupun bukan. Kok sok tahu??
Gampang kok… Coba baca ribuan komentar di media2 online seputar hasil Pilkada ini atau coba tengok FB dan Twitter. Saya rasa kita semua sudah mafhum jika Twitter saat ini sudah menjadi mainan sehari-hari anak2 muda kita, yang…tentunya berani mengutarakan isi hatinya. Melalui twitter kita bisa tahu bagaimana suara anak muda, atau anak tua yang sudah mengikuti jaman termasuk bapak2 pejabat yang terhormat itu.
Kekecewaan, kejengkelan dan segala kegundahan “masyarakat” ini tampak dari cuitan di twitter yang sampai menjadi trending topic kelas dunia. Sekali lagi , levelnya dunia. Hingga kemarin malam saya monitor, hastag #ShameOnYouSBY tetap menempati urutan pertama world trending topic di twitter.
Saya yang selama ini tidak pernah ikut2an ngetweet, untuk pertama kalinya juga ikutan mengungkapkan kekesalan hati saya. Kenapa?
Jika pada Pemilu yang lalu, Jokowi, jagoan saya, sampai kalah. Ya sudahlah, banyak factor yang menyebabkan dia kalah, dari leletnya PDIP menentukan Jokowi sebagai calon Presiden, kekompakan koalisi PDIP yang kedodoran, hingga strategy pihak KMP (Koalisi Merah Putih) yang luar biasa aggressive dan terencana dengan baik.
Namun sidang pemilihan Pilkada langsung tidak langsung ini baik dari latar belakang maupun pelaksanaannya, sangat tidak masuk akal dan menyakitkan hati.
Alasan pihak pendukung Pilkada melalui DPRD bermacam-macam, kita bisa membaca sendiri alasan2 itu di berbagai media masa, namun siapapun tahu, termasuk saya yang bodo ini, alasan utamanya adalah untuk menjegal pemerintahan Jokowi – JK. Wis lah pak… mau pake sejuta alasan apapun juga semua tahu lah Pakkk….
Yang lebih memuakkan adalah prosesnya. Tadinya saya sudah pesimis kelompok PDIP akan menang karena ketidakjelasan sikap Partai Demokrat. Saya pikir ya sudahlah, paling juga Jokowi – JK bakal lebih susah dan berbelit-belit menjalankan pemerintahannya.
Namun Kamis malam ketika sampai rumah, saya iseng menonton acara sidang ini eh kok ya kebetulan sedang penyampaian sikap fraksi, dan kebetulan juga Partai Demokrat sedang menyampaikan sikap partainya. Saya terkejut kok PD dengan mantap mengatakan sikap partainya sangat mendukung pemilihan langsung, meskipun dengan embel2 10 syarat.
Saya langsung duduk tegak….wah hebat iki…pikir saya…luar biasa juga pak SBY, benar2 sesuai dengan pernyataannya di tipi2… Mulai muncul harapan suara saya tidak dirampok oleh “anak2 TK” itu.
Sejak saat itu, saya lalu mengikuti acara persidangan yang ditingkahi interupsi sana sini itu. Secara teori jika PD bergabung dengan koalisi PDIP, maka RUU Pilkada tidak akan mengalami perubahan, atau Pilkada akan tetap dilakukan secara langsung seperti 10 tahun belakangan ini.
Namun hingga saya terkantuk2 belum selesai juga. Mempertimbangkan situasi yang kondusif itu, acara sidangpun saya tinggal tidur dengan nyenyak.
Ehh… ketika kemarin saya bangun pagi, mengambil ipad dan membaca berita di internet, saya terkaget-kaget….benar2 kaget… ternyata kelompok KMP yang menang, atau berarti Pilkada dilakukan melalui DPRD. Lho kok isoo???
Saya baca dengan lebih detail….Haiizzz…ternyataaa…aduhhh…rasanya pingin melempar iPad saya. Ternyata, penyebab utama kekalahan ini adalah hal yang sebelumnya tidak saya sangka itu tadi, Partai Demokrat. Partai yang tadinya saya anggap Demokratis, partai yang saya pikir bakal menjadi penyelamat demokrasi … akhirnya menjadi penentu kehancuran demokrasi juga… Duhhh … menyesakkan sekali…
Kemarin itu, dari pagi hingga malam mau tidur, mulai dari rapat di kantor, ketemu dengan teman2, dan di group2, semua sama. Semua menyesali keputusan itu sembari tidak lupa memaki-makin Partai Demokrat yang tidak Demokratis. Errrghhhh …. mendingan dari awal gak usah pakai acara mbletat mbletot seperti itu.
Saya pikir akan lebih elegant jika PD sejak awal menentukan sikap mendukung Pilkada melalui DPRD seperti halnya koalisi KMP. Lebih jantan. Lebih tegas. Ini lha kok pake sok-soknya mendukung Pilkada langsung, sok2nya demokratis, sok2nya peduli rakyat…ehhh…di tikungan terakhir langsung berbalik dan menabrak rakyat yang mendukungnya. Duh…
Namun semua hal tersebut tidak ada apa2nya dengan apa yang akan saya uraikan berikut ini.
Dari antar ratusan ribu tweet yang berisi cemoohan, keprihatinan, kegalauan itu, salah satu tweet mengatakan begini: “Dulu kita2 anak muda ini disuruh untuk memberikan suara, jangan golput. Harus peduli dengan nasib bangsa, jangan diam saja. Sekarang suara kami dirampas, dihilangkan, disuruh golput”
Saya terhenyak…termenung membaca kicauan ini, iya ya…apakah bapak2 dan ibu2 itu sadar akibat tindakan mereka itu? Apakah mereka sadar jika tindakan mereka itu panjang dan lama sekali impactnya?
Dalam lingkup yang lebih kecil, di keluarga kita sendiri saja, coba bapak2 dan ibu2 DPR yang terhormat pikirkan (mudah2an ada yg membaca atau memforwardkan tulisan saya ini), benarkah tindakan menutup mulut anak2 kita, pada jaman sekarang ini?????
Beranikah bapak2 dan ibu2 membungkam anak2 bapak2 dan ibu2 untuk selalu menurut apa yang kita mau? Makan kita yang pilihkan, minum kita yang pesankan, pakaian kita yang buatkan, pekerjaan kita yang tentukan, suami/istri kita yang carikan?
Masih bisakah?
Masih cocokkah jamannya?????
Kita tentu berharap anak2 memiliki “say”, berani beragumentasi, mengemukakan pendapat, di dalam koridor nilai2 keluarga tentunya.
Saya yakin bapak2 dan ibu2 DPR terhormat tidak mau anak2nya hanya menjadi Yes-man or Yes-woman, betul tidak?. Atau saya salah, jangan2 bapak2 dan ibu2 DPR yang terhormat, bahagia melihat anak2 bapak2 dan ibu2 di rumah hanya diam tidak mengeluarkan aspirasi / inspirasi / kreativitas, tapi diam seperti patung karena semuanya sudah dipilihkan / disediakan / ditentukan?????
Saya sering mengajar anak2 muda yang baru lulus dari SMA atau Perguruan Tinggi. Banyak sekali saya temui anak2 yang “luka batin” karena pilihan jurusan yang mereka ambil bukan karena pilihan mereka, bukan karena mereka suka, tapi karena orangtuanya yang memilihkan.
Pada beberapa kasus yang extreme, ada yang setelah lulus kuliah, menyerahkan sertifikat S1 atau S2 ke orangtuanya, untuk kemudian “dengan demonstrative” sengaja mengambil jurusan atau bekerja tidak dibidang yang dipaksakan oleh ortunya. Hanya untuk menunjukkan kekesalan hatinya karena selama ini hak2nya untuk memilih ditelikung. Dan…yang lebih menyakitkan hati… kemudian mereka memutuskan hubungan dengan ortunya…☹.
Sekarang, dijaman yang sudah ultra modern ini… bapak2 dan ibu2 anggota legislative yang terhormat, dengan segala argument yang luar biasa hebatnya, bapak2 dan ibu2 ingin memilihkan pemimpin untuk kami?
Memilihkan orang yang akan memimpin kami 5 tahun ke depan?
Menentukan apa yg terbaik bagi kami?
Sementara kami bahkan lebih berpengalaman dan lebih dewasa dari bapak2 dan ibu2.
Sadarkah bapak2 dan ibu2 DPR yang terhormat, yang tertawa-tawa saat walkout dari gedung DPR/MPR, bahwa kelakuan kalian itu sangat menyakitkan hati kami? Rakyat yang memilih kalian itu?.
Sadarkah bapak2 dan ibu2 DPR, bahwa banyak anak2 muda yang sekarang menjadi apatis, yang sekarang merasa tidak lagi perlu memperhatikan nasib bangsa ini? Tidak lagi perlu menjadi bagian bangsa ini. Lha buat apa, kan sudah ada wakil yang bisa memilihkan yang terbaik buat mereka?
Apakah bapak2 dan ibu2 senang mewariskan bangsa ke anak2 muda yang sudah tidak lagi mau terlibat memikirkan nasib bangsa kita ini?
Sadarkah bapak2 dan ibu2 DPR yang terhormat, bahwa kerugian moral yang diakibatkan oleh tindakan sok tahu ini, impactnya akan membekas sangat lama di benak anak2 muda itu? Dan nilainya sangat besar bagi pembangunan suatu bangsa yang besar.
Saya sangat sedih, gregetan, marah, benci dan lain sebagainya, seperti juga dirasakan berjuta-juta rakyat Indonesia, karena hanya kepentingan beberapa gelintir orang, beberapa gelintir orang yang tidak mau kalah secara sportif, mindset ratusan juta anak muda Indonesia dirusakkan.
Semoga hati nurani bapak2 dan ibu2 penguasa yang terhomat masih ada untuk memperbaiki calon bangsa besar di dunia ini. Dukunglah program2 Presiden terpilih Jokowi yang bagus, tetapi bantailah yang jelek2. Namun janganlah berencana untuk membantai / menggagalkan semua rencana beliau seakan-akan beliau musuh Negara, musuh Rakyat, padahal beliau menang juga bukan karena kehendak beliau, namun kehendak sebagian besar rakyat Indonesia.
Semoga bapak2 dan ibu2 terhormat, yang kemarin menari-nari seakan-akan menang (padahal menurut saya suara bapak/ibu dan juga keluarga bapak ibu turut dirampas), mau melihat lebih jauh akibat dari teriakan2 dan tari2an kemenangan sesaat itu.
Semoga Tuhan memberkatai bapak2/ibu2 terhormat dan Negara tercinta ini.
Saya sebagai orang yang percaya akan Tuhan hanya berharap bahwa rencanaNYA akan indah pada waktuNYA.
Amin…
Salam,
Guntur Gozali,
Jakarta, Kebon Jeruk,
Sabtu, 27 September 2014, 10:30
http://www.gunturgozali.com
Wow akhirnya ada tulisan baru pak setelah sekian lama saya tengak tengok tak ada post baru 😀
Kalo mengenai post bapak kali ini saya rasa kejengkelan dan kemarahan yang bapak rasakan juga kami pembaca rasakan hehehe
Jika memandang melalui sudut pandang korban yaitu rakyat memang betul pak menurut saya kalau seakan-akan hak kita dirampas begitu saja
Ditambah pagi ini berita menyatakan bahwa seorang ibu ( masi keturunan langsung trah cendana masuk ke dalam bursa calon ketua MPR ) tampaknya semua rencana dari pihak KMP sudah matang sekali untuk menjegal presiden terpilih di pemerintahan mendatang
Tapi kalau di mata saya sih sekarang ini justru ketika semua ini terjadi, kita sebagai rakyat bisa melihat jelas siapa-siapa yang merupakan tikus rakyat dan justru kejadian ini tampak menyadarkan sebagian orang yang tadinya berpihak ke KMP merasa menyesal dan kecewa atas pilihannya dulu walau tetap aja banyak orang-orang yang menurut saya ndableg dan ga bisa melihat “dagelan” negara kita ini
Yah semoga dengan terbukanya mata rakyat saya berdoa tikus-tikus rakyat tidak akan mendapat suara di pemilu mendatang sehingga tidak bisa mencalonkan jd kepala daerah juga hehehe
Yang jelas saya si percaya Tuhan pasti menolong negara kita ini dengan caranya yang ajaib pak
Terkadang seperti pohon anggur, supaya berbuah Dia pangkas dulu ranting-rantingnya, sama seperti negara kita, supaya Dia bawa negara kita jauh lebih baik maka kadang prosesnya di mata kita tampak semakin buruk bukan? Tapi nanti hasilnya pasti baik
~Amien~
Hi Pep, sorry baru sempat reply sekarang.
Iya nih keenakan cuti nulis, enakan nonton tv, apalagi ngechat sama temen2 hehehe….
Ini juga gara2 Pilkadal ini, kalau nggak juga mungkin keterusan cuti nulisnya :).
Hak kita sudah pasti dirampas Pep. Tapi impactnya kita lihat nanti, jangan2 atas kehendakNYA, Golkar, PPP dan PD berbalik mendukung PDIP sehingga keputusan yang tadinya sangat dirasa sangat menguntungkan KMP, akan berbalik…. sopo ngerti toh…ya nggak…
Untuk sementara biarlah kita anggap Tuhan sedang menguji keteguhan negara kita ini.
Amin…
Hahahaha betul pak mari kita masi berharap ada keajaiban
walaupun kadang saya juga kalo baca berita akhir2 ini jd suka meragukan keyakinan saya sendiri hehehe
mari kita tunggu drama apa lagi yang ada di negara ini yang diperankan oleh semua komponen negara ini dari presiden sampe rakyat kecil
Drama pertama kan judulnya Walk Out, seri kedua katanya All Out, berikutnya Knock Out….hehehehe…
Yak pak knock out dah terjadi semalam tadi
Rasanya ga mau nonton sidang paripurna penetapan ketua DPR
Tapi karena gatel pengen nonton akhirnya nonton
Dan ketika nonton bertambahlah rasa jengkel kesel marah dan malu sama wakil rakyat
Dari ketua sidang yang tidak mau mendengarkan selain anggota koalisinya
Hingga berujung ricuh dan diwarnai WO koalisi Indonesia Hebat dan secara otomatis ketua DPR dan 4 wakil ketua dikuasai anggota KMP
Suram oh suram apa ini yang namanya demokrasi ya pak hehehehe T__T
Mas Guntur, forget it, this country of ours are going down the toilet drain, sudah culture orang Indonesia untuk ‘gue dulu’….lah ngantri aja masih belum bisa gimana mau mikirin Pilkada dan mash ‘enggeh’ aja…….mahasiswa aja masih tawuran……their brain masih belum maturing…..tadi masih ada harapan Jokowi JK bisa benahin, eh belum apa2 sdh dijegal SBY padahal bulan depan sdh ngga berkuasa lagi, jadi ‘mumpung’ deh……ke USA menghamburkan duit negara…apa urusannya menguunjungi West Point?
Saya rasa semua anggota DPR/MPR lah 99% harus dipecat…lha aku ngga merasa diwakili atau mewakili mereka kok……kalau saya jadi Jokowi JK, saya akan mulai GRES dari baru, ogah mewarisi sisa2 SBY lah, Suharto lah, Habibie lah, terus terang dipilihnya JK aja ane ngga setuju, kan masih ada ‘bau’nya yg dulu2 juga…..ah sudah lag I give up sama Indonesia……ITS NOT GOING TO HAPPEN
Hallo,
Membaca komentar Anda, saya yakin sekali akan besarnya cinta Anda ke negara sinetron ini.
Memang kalau menurutkan amarah, aduhhh….errrghhhhh….gimana ya? Rasanya ratusan juta rakyat Indo ini dianggap bodohhh semuaaa… seakan-akan kita2 ini tidak punya otak semua, sehingga sekian ratus anggota DPR bisa menentukan nasib bangsa ini seenak jidatnya. Rasanya mau pindah aja ke luar negeri, but somehow jelek2 gini, disinilah kita dilahirkan. Inilah tanah air kita, yang harus kita dukung. Duhhh sok banget ya…
Saya tidak punya kekuatan politik apapun, boro2 kekuatan politik ngerti aja juga kagak, tetapi melalui tulisan saya ini, saya berharap entah bagaimana terbaca oleh sebagian bapak/ibu yang lupa diri itu, bahwa mereka sebenarnya bertanggung jawab atas kerusakan mental / kehancuran kepercayaan generasi muda bangsa ini. Semoga hati nurani mereka terketuk sehingga tidak hanya mementingkan kepentingan mereka sesaat.
Semoga Anda masih menaruh harapan atas bangsa ini.
Semoga…
Salam,
SBY maunya main aman, tapi didemo di hotelnya di Washington, plus dicerca di twitter. Kok calon bapak demokrasi ini ketakutan dgn Koalisi Merah Putih, atau dendam pribadi kpd bu Megawati? Seharusnya SBY tinggalkan legacy yg indah, minimal dalam urusan demokrasi langsung yang utuh, padahal Indonesia sdh dipuji sbg negara demokratis dgn segala pernak perniknya yg unik dan sering bikin bingung. Spy bapak ibu mendapat gambaran lebih lengkap tentang akting SBY dan Partai Demokrat, lihatlah artikel ini: http://realfree-indonesia.blogspot.com/2014/09/demokrat-walk-out-maka-sirnalah.html