Sebulan sepuluh hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 18 dan 19 Mei 2013, saya dan istri saya akhirnya berkesempatan menyaksikan prosesi wisuda putera pertama saya, Ivan, beserta dengan 3.900 wisudawan lainnya. Prosesi wisuda kali ini untuk pertama kalinya sejak tahun 1969 diadakan di California Memorial Stadium, yang berlokasi di dalam areal kampus UC Berkeley.
Saya sebenarnya agak ragu2 untuk memposting tulisan ini, karena kesannya kok sok ‘belagu’ amat pake show off segala :). Berkali-kali saya tulis kemudian saya hentikan, karena keraguan saya itu, hingga terlambat hingga sekarang ini. Namun setelah saya pikir2 lagi mungkin banyak anak2 atau ortu2 lain yang juga sama seperti saya bingungnya menghadapi situasi yang akan saya ceritakan nanti, yang mungkin perlu mengetahui pengalaman alay saya, maka akhirnya saya putuskanlah untuk menulis dan mempostingnya.
Oleh karena itu bagi yang sudah pernah mengalami wisuda di negara si Paman Sam, tulisan saya ini tidak cocok. Namun bagi yang belum pernah menghadiri wisuda di Uni di Amrik, atau yang lagi bingung kurang kerjaan, silakan diteruskan membacanya 🙂 …
Semoga tulisan ini berguna….California Memorial Stadium, UC Berkeley
Ketika pertama kali saya diberi kabar bahwa acara wisuda akan diadakan di sebuah Stadium, sedikitpun saya tidak menduga jika acara wisuda sarjana bisa sedemikian ramainya, sedemikian besarnya, sedemikian ‘grand’nya. Saya kira seperti dulu saya diwisuda, di ruangan tertutup dengan total wisudawan dan pengunjungnya hanya beberapa ribu saja :).
Dengan total wisudawan 3.900 orang dan total pengunjung sekitar 21.900 orang yang terdiri atas para orang tua, anak2 dan sanak keluarga serta teman2 para wisudawan, Stadium yang berkapasitas 65.000 orang dan menempati lahan seluas 6 ha itu, hampir terisi separuhnya. Benar2 pemandangan yang luar biasa.
Menyadari betapa besarnya stadium yang akan digunakan sebagai tempat acara wisuda itu, saya membayangkan tentu pada hari H nya nanti, akan berduyun-duyun orang yang akan berebut masuk dan mencari tempat duduk. Oleh karena itu sehari sebelum acara dimulai sayapun mencoba berkeliling-keliling mencari pintu masuk mana yang akan digunakan, dan sekaligus memilih lokasi tempat duduk yang paling sip untuk mengambil foto.
Berikut adalah foto2 hasil investigasi saya sehari sebelum acara dimulai hehehe….kayak detektif aja. Untuk memperoleh foto2 di bawah saya harus ‘menyelinap’ masuk dengan memanfaatkan wajah Asia saya yang dikira adalah panitia acara wkwkwk… Namun rupanya penyamaran saya tidak berlangsung lama karena akhirnya salah satu petugas security yang curiga kok saya potret sana potret sini menghampiri saya dan … mempersilakan saya minggat dari dari lokasi karena tidak punya badge sebagai petugas atau panitia wkwkwk…
Tampak depan stadium dengan mascot beruang di depannya
Lapangan rumput sedang dipersiapkan untuk menjadi tempat duduk wisudawan
Dua tahun lalu, ketika saya mengunjungi putera saya, stadium ini masih belum jadi, masih tampak berantakan, namun sekarang sudah sangat indah dan megah. Ini adalah foto dua tahun lalu yang ketika mengambil foto ini saya juga sempat ‘didepak’ keluar :). Foto2 ini mungkin tidak banyak lho yang punya, kecuali photographer nganggur 🙂
Kira-kira begitulah tampak Stadium yang akan digunakan untuk acara wisuda besok harinya.
Sehari sebelum acara wisuda
Sehari sebelum acara wisuda adalah hari yang paling heboh bagi kami, karena ternyata aksesori untuk wisuda yang dimiliki anak saya belum lengkap. Selain itu juga saya tidak tahu dress-code bagi orang tua pada acara wisuda disana seperti apa, apakah sebaiknya pakai jas formal atau… bagaimana batik 🙂 ? Saya memang sengaja membawa batik karena cinta saya pada produk Indonesia ini..jiahhh… Selain itu, meskipun sudah mengetahui lokasi Stadium, saya tidak bisa menemukan pintu masuk utama yang akan dipakai besok harinya.
Aksesori standard untuk wisuda hampir sama dengan yang dulu saya gunakan, yaitu toga (hat) dengan kotak hitam (Mortarboard) berhiaskan rumbai2 yang saya juga baru tahu istilahnya adalah Tassel, berikut jubah hitam dan stola (stole). Namun ketika membaca selebaran yang dibagikan ke calon wisudawan, ternyata ada lagi yang perlu dibeli, yaitu honor cords.
Ketika hal ini saya tanyakan ke putera saya apakah dia tahu kalau perlu membeli honor cords ini, dengan santai dia katakan tahu. “Lho terus kenapa nggak dibeli?” tanya saya. “Nggak ah, malu2in aja pakai begituan, kayak mau sok2an aja”, katanya sambil berlalu tanpa bersedia menjelaskan kenapa. Loh…kok…
Sayapun jadi penasaran seperti apaan sih honor cord itu? Maka dengan kuasa seorang papa (dictator critanya), saya minta dia cepat2 antar ke bookstore untuk membelinya, karena ketika itu sudah sore dan saya takut keburu tutup. Eh ternyata tidak bisa sembarang beli, harus dia sendiri yang membeli. Saya segera meminta dia untuk antri dibookstore, di cek dulu di list apakah namanya tertera dan boleh membelinya, dan kemudian membayarnya.
Sayapun dengan tidak sabar segera melongok isi kantongan plastic yang dia bawa. Seperti apa sih si honor cords yang membuat saya sampai tergopoh2 ke bookstore sore itu karena takut sudah tutup? Setelah saya ambil isinya ehhhh ….lok kok cuma begini. Loh…kok… Saya sendiri ketika itu bingung mau marah mau tergelak melihat benda di tangan saya, nggak tahu deh bagaimana melukiskannya. Yang pasti krasa ndeso bener, super ndeso deh. Ketika saya katakan ke Ivan:”Cuma gini tok??”. Dia tanpa ekspresi mengatakan:”Lha maunya gimana lagi, pa?” hehehehe.
Pembaca tentu penasaran juga kan dengan yang namanya honor cords itu? Nah ini lho yang namanya honor cords itu, yang hanya boleh dibeli oleh orang2 yang ada di list di bookstore itu:
Rupanya tidak lebih dan tidak kurang dari dua untai tali yang disimpul ditengah-tengah. Coba nyebelin gak, udah buru2, ngebut ke bookstore yang parkirnya jauh pula, hanya untuk membeli dua untai tali seperti di atas wkwkwk… Can you imagine wajah saya ketika menarik tali ini dari tas plastik yang dibawa putera saya? Haisss….saya kira apa gitu kek 🙂
Sekembali di apartment putera saya, saya segera mencari informasi apa yang dimaksud dengan Honor Cords ini. Inilah penjelasannya:
Honors Cords
Summer 2012, Fall 2012 and Spring 2013 B.S. and B.A. degree candidates who have an overall UCB GPA that ranks them in the top 20% of students in the College of Engineering will be eligible to purchase honors cords at the Cal Student Store for the 2013 commencement ceremony. (UC Berkeley Engineering)
Hmmm…saya baru tahu kenapa putera saya mengatakan: malu-maluin dan kayak mau sok-sokan saja. Rupanya dia nggak enak hati petentang petenteng pakai tali itu atau berfoto bersama teman2nya yang mungkin tidak berhak menggunakannya :). Saya bangga juga dia ternyata cukup sensitive dengan perasaan teman2nya, namun menurut saya pada moment seperti itu sah-sah saja kita tampil terbaik. Betul tidak pembaca?
Akibat perasaan gak enak ini, ada stole dan honor cords dari Tau Beta Pi yang tidak sempat terbeli, padahal dia berhak untuk itu. Saya baru mengetahuinya ketika pada saat berfoto bersama teman2nya ada yang mengenakan stole dan honor cords berwarna putih.
Apa pula itu Tau Beta Pi?
The Tau Beta Pi Association (commonly Tau Beta Pi, ΤΒΠ, or TBP) is the oldest engineering honor society in the United States and the second oldest collegiate honor society in America. It honors engineering students who have shown a history of academic achievement as well as a commitment to personal and professional integrity. (Wikipedia)
Satu2nya stole dan honor cords yang dia beli sendiri berasal dari honors society Eta Kappa Nu (HKN). Entah kenapa kok hanya stole dan honor cords dari society ini yang dia beli, saya tidak berniat menanyakannya :).
Eta Kappa Nu (ΗΚΝ) is the electrical and computer engineering honor society of the IEEE, founded in October 1904 by Maurice L. Carr at the University of Illinois at Urbana-Champaign. The organization currently has around 200 student chapters and several thousand members.(Wikipedia)
Seperti ini modelnya:
Jika semua aksesori itu digabungkan akan tampak seperti berikut:
Mudah2an memberikan gambaran bagi para orangtua yang mungkin nanti akan menghadapi peristiwa besar ini. Semoga tidak mengalami kebingungan seperti yang saya alami :).
Setelah urusan aksesori putera saya beres, yang membuat saya bingung berikutnya adalah dress code. Hal simple yang mungkin juga perlu menjadi perhatian para orangtua.
Sebelum saya berangkat ke US, saya sudah melakukan pengecekan ramalan cuaca pada tanggal pelaksanaan wisuda melalui www.weather.com. Hal ini saya lakukan untuk mengira-ngira jenis pakaian yang akan saya kenakan. Secara umum temperature ketika wisuda sekitar 20 an derajat Celcius. Suhu yang sangat nyaman menurut saya.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya putuskan untuk membawa batik…jiehhh….mau beda nih ceritanya. Sayapun mempersiapkan beberapa baju batik untuk keperluan ini. Saya tidak membawa jas karena saya pikir cuaca cukup panas apalagi nanti bakal dijemur di ruang terbuka, dan juga perlu ruang khusus di koper saya untuk itu. So, sayapun hanya membawa 3 potong baju batik. Cukup, pikir saya.
Saya tiba di US beberapa hari sebelum acara wisuda, pada siang hari temperature sangat bersahabat, sangat nyaman. Namun saya lupa kalau temperature disana bisa berfluktuasi sangat extreme antara pagi, siang, sore hingga malam. Bahkan beberapa hari setelah wisuda ketika saya bepergian ke Lake Tahoe, suhu di pagi hari mencapai -3 derajat Celcius, dingin sekali. Padahal siang hari bisa 18 – 22 derajat Celcius.
Sehingga pada malam sebelum hari H, saya tidak lupa menyempatkan diri mengecek di weather.com suhu besok paginya, ternyata suhu di pagi besok diramalkan 12 derajat Celcius, busyett. Itu dingin sekali bagi saya, apalagi kalau sampai berangin, wahh bisa menggigil. Lha jadi gimana, padahal gak bawa jas. Saya sempat bingung malam itu, tetap pakai batik dengan resiko menggigil atau pakai sweater dengan jaket tebal saja? Waduh…
Bagaimana sih orang berpakaian ketika acara wisuda itu? Formal atau tidak? Haizz…saya cari2 informasi mengenai dress code ini, tidak ada. Sampai saya malam itu terpaksa mencari2 di youtube acara wisuda tahun2 sebelumnya, hanya untuk mengintip bagaimana dress code para ortu yang berbahagia itu :).
Namun sayang yang disorot hanya panggung dan keynote speakernya, bukan penontonnya… Lha emang perlu apa juga menyorot penonton ya? Hahahaha….geli juga kalau dipikir2, tapi saya ingin tahu bagaimana sih para ortu berpakaiannya.
Setelah browse sana browse sini tidak memperoleh info yang saya butuhkan akhirnya sayapun tidur. Que sera sera… lihat besok deh pikir saya…saya tidur ahhh :).
wah nanggung cerita nya pak.. eniwei, gratz buat ivan yah, salah satu lulusan terbaik nih berarti (top 20% is surely not bad at all).. ditunggu part 2 nya pak 😀
Terima kasih Eric, mohon sabar ya.
Sebenarnya menulisnya sih cepet, cuma memilih foto dari puluhan ribu foto saya selama di US, meresize foto2 yang rata2 di atas 5MB per file menjadi ratusan KB, terus menguploadnya ke blog saya, membuat saya judek juga wkwkwk…
Apalagi mata saya sekarang sudah semakin parah nih setelah di Lasik, gak kuat membaca / menulis lama.
I’ll try my best to finish it before this end of week, tapi gak janji wkwkwk…
Salam,
Congratulation Ivan ! Wellcome to the real world. Selamat ya Guntur & Maria…. I share your hapiness. (Eddy)
Thank you Om Eddy, really appreciate it. Soon will be yours too 🙂
Tumben Guntur cerita graduation Ivan ngak ngurut dari awal……. bisa tolong diceritakan Ivan itu belajar apa disana, sudah berapa tahun, lulusnya D1 or D2 or D3? Terus universitas apa namanya itu ….. UC Berkeley (UCB) dimana lokasinya , Univ itu terkenal untuk jurusan apa saja. Lalu kalau di bandingkan dengan sekolah di Indonesia, UCB itu, kualitasnya setara dengan STEI or Univ Pancasila, Univ Borobudur, UKI atau Satyawacana? Kenapa alasannya sekolah jauh2 di UCB , apakah gara2 ujian masuk universitas di indo ini terlalu sulit? Jadi para permirsa ini ngak binun…
Ngomong2….karena Guntur sudah ngasih informasi soal honors chords lengkap dengan foto2 nya…… apakah mungkin bisa dibuat di Indonesia untuk di jual disana dengan setengah harga? (buat market orang2 indonesia disana ….. sekolah nya ntah dimana tapi punya honors chords nya UC Berkely… kan kereeeennn… 🙂
Hohohoho….pinter aja mancing2 🙂
Tapi memang I have a plan to write that part, bahkan sudah ingin saya tulis 4 tahun yang lalu. Namun kemudian saya tunda, pertama karena saya belum tahu apakah Ivan bisa melalui tantangan di UCB, kedua perlu lebih serius menulisnya supaya ortu atau adik2 pembaca tidak salah info dan terakhir ini yang paling susah, I need a lot of time for it 🙂
Mudah2an Tuhan kasih kesempatan hehehehe…
Mengenai stole dan honor cords, ide bagus juga, kita buat stole motif batik ya, dan honor cordsnya pake buntut kuda wakakakak…
Salam,
Kalau ngak salah nih kebiasaan gradutation itu ….yg dapat honor di panggil untuk naik ke panggung, shaking hands sama few important gurus and di berikan piagam.
Yg bisa masuk ke UCB saja sudah tergolong orang2 pilihan dari kompetisi jenius sedunia yg rebutan mau masuk kesekolah itu…. lalu ada lagi yg mendapat honor dari orang2 pilihan itu. Buset dah.
Yang dipanggil ke podium itu yang kelasnya dewa :), gak cuma pinter tapi mereka juga berprestasi non-akademik. Jadi pinter aja gak cukup untuk naik podium, lagian prasaan disana semua pinter2. Sampe iri rasanya melihat sedemikian banyak anak pinter2, itu baru di satu Uni. Hiksss…
Kapan ya kita punya Uni2 sekelas begitu?
Kapan2 kali ya 🙂
UCB bisa buka cabang di depok sebelah UI.
Sudah ada kok dekat rmh saya, UMB – Universitas Mercu Buana wkwkwk.
Bagus Gun bisa share mengenai sekolah yg top ini , kita biasanya hanya denger saja tapi ngak tahu situasi kehidupan, kompetisi disana seperti apa. Typical sekolah biasa2 kan hanya sebatas belajar dari textbook terus ujian. Mungkin disana mesti membuat project2. Meaning, understanding the subject is not the issue since all the genius understand every chapter in the book. Yg dilihat is how the student can creatively implement the theory, make arguments or new concepts.
Wah saya harus menginterview anak saya dulu kalau begitu :).
Mudah2an nanti ada waktu ya Om Eddy meskipun topik seperti ini tidak terlalu menarik pembaca blog saya :). But I will try, doakan saja wkwkwk…
congratulation Pak Guntur untuk Ivan, very interesting experience.
yudianto
Terima kasih pak Yudi, akhirnya mampir juga di blog saya ya :). Nggak pake kesasar kan? 🙂
Salam,
Pak Guntur, lanjutane ojo suwi2 yooo… ra kuat ngentenane.. hehehe…
Hahahaha…saya sampe ngekel dewe :).
Iya nih maunya juga cepet2, tapi mata udah gak kuat nulis lama, terus saya takut dipecat kalau nulis di kantor. Jadi ya alon-alon asal kelakon 🙂
Salam,
Nicely written GG! di sini pada umumnya kalau acara resmi dan tidak ada dress code tertulis di undangan, biasane utk cowok ya pakai jas warna gelap. Malah kalau boss2 Silicon Valley demen pakai kaos hitam dan celana blue jeans, gara2 Steve Jobs.
Terima kasih atas komentarnya.
Sayang informasi mengenai dress code ini tidak saya ketahui sebelumnya :), kalau tahu begitu kan enak ya :).
Salam,