Blackberry Q10, Sucks!

10Pernah merasa sebel menunggu proses restart BB? Melihat jam pasir berputar-putar di screen BB kita sementara kita lagi buru2 mau mengirim pesan atau menelpun? Atau selagi enak2 chatting tiba2 jam pasir nongol tanpa diundang, terus berjoget sesukanya tanpa bisa diinterrupt? Atau yang lebih menyebalkan lagi, tiba2 semua keyboard tidak bisa berfungsi, dan satu2nya cara adalah melepas pasang baterai kemudian menunggu proses reboot yang serasa seabad??

Kalau pembaca sudah merasakan semuanya, tentu saat ini sudah tidak sabar menunggu diluncurkannya Blackberry Q10 yang juga saya nanti2 sejak berbulan-bulan lalu. Betul tidak?

Kalau iya, mungkin perlu membaca tulisan saya dibawah sebelum benar memutuskan untuk ikutan antri membelinya :). Tulisan saya ini sangat panjang, bahkan setelah saya membuang beberapa bagian, dan memutuskan tidak menulisa beberapa bagian lagi, jadi sabar2 ya membacanya :).

Sebelum Q10 diluncurkan, sang kakak Z10 telah diluncurkan sekitar 2 bulan yang lau. Keduanya mengusung Operating System Blackberry 10 yang dijagokan BB sebagai penyelamat kejatuhan BB dari serbuan smartphone lain. Namun saya sama sekali tidak tertarik untuk ikut2an membeli Z10. Kenapa?

Simple, karena Z10 menggunakan virtual keyboard. Jenis keyboard ini, entah kenapa, sejak perkenalan pertama saya dengan virtual keyboard dari iPhone generasi pertama hingga product Samsung terakhir Galaxy Note 8, tidak membuat saya comfortable menggunakannya. Saya sering sekali saya pencet yang membuat saya frustasi. Saya masih lebih suka keyboard fisik seperti di product2 BB generasi lama.

Sehingga ketika BB berencana mengeluarkan dua jenis handset baru, Z10 dan Q10, saya sama sekali tidak melirik Z10. Saya menantikan dengan sabar kehadiran Q10 sembari menahan kejengkelan setiap kali si jam pasir berputar-putar di layar BB Touch saya pada saat2 yang tidak diharapkan.

<script async src=”//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js”></script>
<!– Leaderboard –>
<ins class=”adsbygoogle”
style=”display:inline-block;width:728px;height:90px”
data-ad-client=”ca-pub-1329756993040704″
data-ad-slot=”9084225473″></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>

Penantian berakhir

Penantian itupun akhirnya berakhir juga, ketika saya sedang berada di Amerika tiga minggu lalu. Salah seorang teman saya mengabarkan bahwa Q10 sudah diluncurkan ‘unlocked’ di US. Dia minta tolong kalau bisa dibelikan dua unit warna putih.

Saya sempat tidak percaya, kok saya tidak membaca berita apa2 mengenai launching Q10, kok tiba2 teman saya sudah minta dibelikan? Kok saya bisa sampai ketinggalan jaman begini, padahal biasanya teman saya itu yang selalu saya update gadget2 baru. Hmm…apa bener sih?

Tanpa menunggu lebih lama lagi, saya langsung mencari informasi di website website AT&T, TMobile, Verizon dll. Say abaca satu persatu, saya lihat detail websitenya, tapi kok gak ada. Aneh bener. Saya tanya kembali teman saya, emang lihatnya dimana? Ehh ternyata malah di Amazon.com, lha aneh toh.

Segera setelah saya temukan di Amazon.com, saya baca2 informasi penjualnya, kok bukan seperti Operator resmi, tetapi virtual shop tidak jelas, yang membuat saya ragu2 melakukan pemesanan. Setelah menyampaikan keraguan saya ke teman saya mengenai virtual shop ini, akhirnya beliau membatalkan pemesanannya dan mencoba mencarinya di Jakarta.

Dua hari kemudian saya memperoleh berita bahwa dia sudah menggunakan Q10 berwarna putih seperti yang dia inginkan dengan harga yang jauhhh lebih murah daripada harga yang ditawarkan di Amazon. Hebat kan :).

Saya hampir tidak percaya, saya pikir dia bluffing saja untuk menggoda saya. Namun ketika saya minta tolong teman saya ini untuk dipesankan juga, ternyata betul ada Q10 warna putih, bahkan saya memperolehnya dengan harga yang lebih murah lagi. Hebat…benar2 hebat Negara ini, semua barang elektronik paling gress bisa diperoleh lebih awal dari negara super power seperti Amrik.

So, begitu saya kembali dari US seminggu lalu, tepatnya hari Sabtu dua minggu lalu, maka saya segera mengambil pesanan saya ke teman saya. Ehhh…sudah ngiler2 membayangkan bakal mengutak-atik Q10 yang sudah saya nantikan berbulan-bulan, ternyata beliau lagi ke Surabaya dan baru kembali hari Minggu malam. Haizz…dasar apes.

Hari Minggu yang lalu, tepat pukul 22:00 malam, akhirnya Q10 saya diantar ke rumah. Ketika itu saya sedang berjuang untuk mengatasi Jetlag yang diakibatkan oleh perbedaan jam dengan US. Saya sedang berusaha untuk memaksa tidur sesuai jam tidur Indonesia agar tubuh saya mengikuti siklus siang malam di Indonesia. Ehh lah kok ketika saya sudah hendak berangkat tidur bell pintu berbunyi dan Q10 saya muncul :).

Hmm…disimpan dulu atau dibuka ya? Coba kalau pembaca jadi saya milih tidur atau diutak-atik? Pasti tidur ya hehehehe… Saya ini kebetulan orangnya gak tegaan, jadi saya tidak biasa membiarkan ada tamu tergeletak begitu saja tanpa dilayani :). So, saya pikir, malam itu saya transfer saja semua data saya dari Torch ke Q10, yang mungkin hanya perlu 30 menit, kemudian saya charge baterainya, saya tinggal tidur, dan pagi2 Q10 saya sudah siap saya obrak-obrik. Kira2 begitu planning saya malam itu.

Blackberry Link

Slow but sure, saya buka dosnya, saya ambil unitnya, dan segera saya buka tutup baterainya. Saya ingin tahu Q10 menggunakan normal simcard atau micro simcard, ternyata betul micro simcard seperti dugaaan saya. Tanpa pikir panjang, saya buka Torch saya, saya cabut simcardnya yang berukuran normal dan saya potong menggunakan alat pemotong simcard yang kebetulan sudah saya pinjam dari kantor. Saya tancap di Q10 dan saya hidupkan baterainya.

Proses ‘booting’ (proses dari keadaan mati hingga hidup) tidak selama Blackberry Torch saya, apalagi setelah berisi berbagai aplikasi, Torch saya perlu hampir 5 menit baru standby untuk dipakai. Seringkali ketika tiba2 baterai Torch saya drop, dan terpaksa saya menggunakan baterai cadangan, waduhhh menunggu proses rebootingnya ampun dehh.

Proses booting Q10 kurang lebih 60 – 80 detik hingga muncul layar utama, dan Blackberry Hub (dulu namanya Messages) baru bisa digunakan setelah 120 – 140 detik dari sejak tombol power ditekan. Masih jauh di atas Android yang hanya perlu sekitar 30 detik hingga layar utama nongol, dan plus sekitar 10 detik kemudian sebelum semuanya bisa digunakan. Tapi dibandingkan dengan Torch, Q10 jauh lebih cepat.

Setelah layar hidup, Q10 meminta kita mengisi beberapa informasi termasuk Blackberry ID (nah ini biasa kita suka lupa). Hanya dengan menggunakan BB ID ini, data2 contact BBM kita sudah langsung muncul berikut group BBM kita. Kita tidak perlu susah2 melakukan proses switch device segala. Jadi basically Q10 sudah langsung bisa kita gunakan, hanya saja semua data Address book, Notes, setting2 masih tertinggal di BB lama.

Untuk mentransfer semua data2 saya di Torch, saya ambil notebook saya, menjalankan Blackberry Desktop Manager (BDM), menancapkan Torch saya. Yang pertama saya lakukan adalah membackup data saya, itu paling penting. Saya pernah mengalami ketika melakukan transfer device, ditengah-tengah proses tiba2 berhenti dan data saya hilang semua. Oleh karena itu proses backup itu wajib hukumnya.

Setelah membackup data yang ternyata cukup lama, mungkin sekitar 10 – 15 menit, saya segera melakukan proses transfer device. Saya click pilihan itu, dan aplikasipun sekali lagi melakukan proses backup seperti yang saya lakukan sebelumnya. Sayapun harus menunggu lagi 15 an menit sebelum akhirnya (BDM) meminta saya menancapkan device baru. Saya segera menancapkan Q10 ke computer dan menunggu. Saya tunggu lama sekali tidak bereaksi. Saya tunggu beberapa menit juga tidak bereaksi, sampai akhirnya karena tidak ada apa2, saya cancel.

Saya ulang sekali lagi, saya tancapkan Torch, BDM mengulangi proses backup, menunggu lagi 15 an menit, mata sudah mengantuk, sudah pedas. BDM meminta device baru, saya tancap, saya tunggu, tidak bereaksi lagi. Errrghhhh… kenapa ini?

Saya ulang lagi, dengan proses yang sama persis. Sama pula hasilnya. Kenapa??? Kenapa kok begini?? Aneh bener.

Akhirnya karena sudah saya ulang berkali-kali tanpa hasil, terpaksa saya minta bantuan Mr. Google dan saya baru tahu ternyata harus menggunakan aplikasi Blackberry Link (BL). Arrghhh…gila bener. Kenapa pula si BDM tidak langsung aja ketika mendeteksi Blackberry 10 ditancapkan, memberitahu bahwa untuk switching device kudu pakai Blackberry Link. Begitu kek. Errghh…gregetan bener. Sudahnya tidak sesuai plan saya yang cuma 30 menit, mata saya semakin pedas pula.

Pembaca tentu menyalahkan saya, lha salah sendiri kok gak baca manualnya. Haisss…siapa sih yang jaman sekarang masih baca manual2 geetooo? Semua juga tinggal tancep dan jalan, ya gak?. Semua juga sudah plug n play. Cuma saya lupa kali ini kok gak plug and then pray dulu :). Maka dari itu saya tersiksa.

Akhirnya saya downloadlah si Blackberry Link, menunggu lagi proses download yang lelet banget. Setelah saya download, saya install, dan dimulailah proses transfer device dengan…BACKUP lagi. Wah puas saya dengan proses backup malam itu… wakakak… Saya sampai gemesss banget begitu melihat proses ini, udahnya pingin segera tidur, prosesnya klunuk-klunuk pula.

Setelah selesai proses backup, BL meminta saya menancapkan new device. Saya tancap pelan2, saya tunggu sebentar sambil berdoa kali ini dikenali …. Walllaaa … muncul. Saya ikuti instruksinya dan proses transferpun berjalan seperti yang saya harapkan. Entah berapa lama proses transfer itu, yang pasti saya baru selesai mencabut Q10 setelah pukul 2:30 dini hari.

Fiuhhhh…. Akhirnya saya bisa tidur…dengan nyenyaakkk…:)

Masih sanggup untuk terus membaca? SIlakan click disini

9 thoughts on “Blackberry Q10, Sucks!

  1. Kasihan deh yang telah membeli BlackBerry Q10. Meskipun telah berubah dari seri 7 ke seri 10 pengguna BB tetap pusing dengan BB yg lelet, jam pasir dan pusing dengan keanehan fiturnya. Menurut info Android pada bulan Agustus 2013, setiap smartphone dengan Android Jelly Bean akan gembira karena akan menikmati kecangihan Android dan bisa menggunakan fasilitas BBMessenger.

    Jika ini benar, BlackBerry akan menurun penjualannya, pasti akan beralih ke Android dan perangkat lain yang juga menggunakan BBM.

    Bagaimana Pak Guntur, apakah akan menghibahkan Q10 kepada saya atau salah satu pembaca yang beruntung pada bulan Agustus nanti? Kami nantikan kabarnya lho

    PS: Silahkan kunjungi: http://www.ehowtoptips.com/

  2. mengenai batere, pak guntur bisa update ke OS terbaru nya saat ini yaitu versi 10.1.0.2309, bakal kerasa lebih hemat batere nya..sy juga uda reduce brightness, gesture when locked di off kan, dari cas full jam 7 pagi, bisa sampe malam kok pak..smoga tips saya membantu..sy juga lumayan heavy bb user, saya rasa pak guntur juga begitu, krn batere pak guntur sy lihat habis dalam 6-7 jam an

    • Terima kasih masukannya mas Andry, pemakaian segitu itu sudah dengan versi 10.1.0.2309 :).

      Anda perhatikan tidak setelah diupgrade ada bugs yang menjengkelkan di autotext: misalnya kita ketik bb, maka automatic diganti Blackberry. Kalau versi sebelumnya, saya maunya bb, maka saya tinggal backspace, maka saya bisa dapatkan apa yang saya mau. Sekarang tidak bisa, apa yang sdh diganti autotext, tdk bsa kita rubah lagi.

      Kedua: kalau ada yg mengirim foto ke group, berikut keterangan foto yang panjang lebar, maka kita tidak bisa membaca komentar2 teman2 lain.

      Saya yakin designer Q10 tidak pernah pakai BBM makanya User Experiencenya jelek. 🙂

      Salam,

      • kalo udah upgrade dan cuma bisa pake 6-7 jam an brarti bapak ini super heavy user nih..haha..iya pak sy juga krasa bb dengan OS 10 ini masih kurang siap saat di launching..

        fyi untuk kendala bapak di autotext, skrg menu nya sudah berubah..bapak bisa akses di settings-language and input-prediction and correction-word substitution lalu hapus shortcut ketik bb menjadi blackberry..

        di sisi lain, mgkn batere bapak cepet habis lantaran ini bb baru, jadi bapak pengen ngecek terus & utak utek bb nya, jadi boros dah..ha ha ha..

        gbu dan smoga di OS 10.2 nanti smua unek2 bapak bisa terselesaikan..

        • Hi Andry,

          Ya saya cukup intensive menggunakan BB, karena ada 25 lebih group di BB dan 8 group di WA :). Kebanyakan saya menggunakannya untuk urusan koordinasi pekerjaan dengan rekan kerja maupun team project.

          Autotext sudah saya ketahui dimana, hanya peletakan fitur ini yang membuatnya tidak nyaman digunakan. Kembali ke User Experience :).

          Saya masih menunggu perubahan yang katanya signifikan di 10.2, semoga demikian.

          Salam,

  3. Pingback: Blackberry Q10, Sucks! (part 2) | Guntur Gozali

  4. Wah artikel th 2013 ini sudah layaknya di update… 😀 😀

    Setelah launch 2 tahun lalu baru sekarang bisa punya Q10 (karena Q20 masih diluar jangkauan dompet)… Sejak 2010 sy user bb pakai Curve dan Apollo.

    Saya baca postingan “Q10 SUCKS” pak Guntur cukup membuat saya ‘ jadi kecewa’ dengan Q10 (pas sdh beli baru baca blognya pa Guntur, sebelum2nya sudah search di mbah gugle, cm ndak nemu review yg sekomplit ini). Karena sudah “kadung” beli, ya sambil dag-dig-dug mencoba membuka diri dengan fitur2nya… begitu signal wifi dapat, langsung saya masukkan bb id saya, switch device, langsung semua data Apollo pindah ke Q10, dari phone contact, text message, bbm contact bahkan yg tidak diduga memo-pun ikut pindah (lumayan banyak catetan2 renungan kotbah… yg ga ke pindah cuma autotext…), selang 1 hari kemudian secara otomatis, OS10nya minta diupdate ke ver. 10.3… dan sejak diupdate, bbm-nya lebih friendly user, autotext juga ndak mengganggu, bahkan ada pilihan di bawah sebelum di aplikasikan ke bbm…

    Mungkin di th 2013 – 14 bb OS10 memang SUCKS seperti kata pa guntur… tapi yg saya rasakan saat ini, ternyata sdh jauh dari kata SUCKS…

    Salam

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s