Ketika menghadiri undangan seminar singkat yang diadakan oleh Bank Commonwealth mengenani Ekonomi & Politik di Tahun 2013, Peluang dan Tantangannya, hari Rabu lalu tanggal 20 January 2013, di Ballroom Hotel Mulia, saya tidak menduga malah akan memperoleh bahan tulisan yang sangat menarik mengenai Om Jokowi.
Seminar singkat malam itu sebenarnya dibawakan oleh pengamat politik dan ekonomi Eep Saefullah dan Michael Tjoajadi, Direktur Utama PT Schroders Asset Management Indonesia. Eep mempresentasikan situasi politik Indonesia pra-pemilihan umum 2014, sedangkan Michael menampilkan chart2 dan grafik2 pertumbuhan ekonomi dan pasar bursa dari berbagai Negara.
Saya tidak akan membahas bahan presentasi Michael yang penuh dengan istilah dan tinjauan teknis yang tidak saya mengerti :). Jadi daripada sok tahu, malah pembaca tertawakan, mending gak usah saja ya :). Saya juga tidak akan membahas hasil analisa optimis Eep mengenai kondisi politik Indonesia yang akan memanas tahun ini hingga pemilihan umum 2014, karena saya juga tidak tertarik dengan politik.
Namun saya sangat tertarik ketika Eep mulai menampilkan wajah capres2 kita yang dia katakan calon 4L, Lu Lagi Lu Lagi. Sebagian besar capres yang ditampilkan sudah bisa kita tebak seperti Megawati, Jusuf Kalla, Aburizal, Wiranto, Prabowo, sedangkan yang lain adalah beberapa wajah muda yang antara lain termasuk Jokowi. Yang paling menarik adalah chart hasil polling yang dilakukan oleh PollMark, lembaga survey yang didirikannya, mengenai the Jokowi Factor.
Polling dilakukan oleh PollMark mengenai tingkat kepopuleran Jokowi sebelum dan sesudah terpilih sebagai Gubernur DKI dan dari berbagai kota, mulai dari kota besar hingga kota yang saya sendiri belum pernah mendengarnya seperti kota Murung Raya.
Hasilnya? Bisa pembaca lihat sendiri di bawah ini:
Jika kita lihat chart di atas, secara Nasional, suara untuk Jokowi terpaut sangat jauh dibandingkan dengan peringkat kedua yang dipegang oleh JK. Perbedaannya amat sangat jauh, 24.8 vs 9.8%. Di kota Palangkaraya lebih luar biasa lagi, 51.1% vs 8.2% yang dipegang oleh Megawati. Bahkan di kota kecil Murung Raya, yang terletak di Kalimantan Tengah, yang katanya merupakan basis PDI, Jokowi masih sanggup merebut peringkat pertama dengan 21.1 vs 6.4% suara Megawati.
Padahal….nah ini yang paling menarik, Jokowi tidak mengeluarkan sepeserpun untuk biaya promosi, untuk memasang spanduk, umbul2 apalagi beriklan di televisi. Namun semua media masa baik cetak maupun elektronik, dan bahkan media abab (mulut ke mulut :)), seakan-akan berlomba-lomba meliput si mas Joko yang sudah tidak Joko lagi ini :).
Eep mengatakan, tidak pernah ada seorang pejabat pemerintah, yang setiap hari, yahhh SETIAP HARI, muncul pemberitaannya di SEMUA stasiun televisi di Indonesia. Semua dengan senang hati mengikuti kemanapun mas Joko pergi, bahkan kalau Jokowi menghilang tanpa agenda, para wartawan malah marah2 karena tidak diberitahu :). Bahkan katanya banyak warga yang menanyakan kemana si Jokowi kalau sampai absen di TV :). Amazing.
Kepopuleran Jokowi ini bukan tanpa kritik, banyak kritikan yang muncul karena Jokowi terlalu sering muncul di televisi. Salah satunya yang paling akhir adalah kritikan dari Cak Imin, ketua PKB, yang mengatakan bahwa Jokowi terlalu sering masuk TV. Cak Imin berharap agar warga Jakarta mendorong Jokowi untuk tidak hanya mengedepankan opini, tetapi kerja nyata yang terstruktur. (http://nasional.kompas.com/read/2013/01/23/14264121/Sering.Masuk.TV..Cak.Imin.Kritik.Jokowi).
Sebagai hasil dari komentar Cak Imin ini, tulisan di kompas.com itu dipenuhi dengan hingga hampir 900 an komentar dari pembaca kompas.com yang… tentu saja mencaci maki si Cak Imin wkwkwkwk…. Beberapa di antara komentar atau cacian itu kreatif2, lucu2, tentu bagi kita yang sudah jengkel dengan komentar pejabat yang asbun itu. Oleh karena itu kadang kala membaca komentar pembaca di kompas.com atau detik.com bisa melepaskan kita dari stress lho, karena komentarnya membuat kita terpingkal-pingkal saking lucunya :).
Komentar pedas atau bahkan makian pedas pembaca juga akan langsung berhamburan keluar jika ada orang apalagi pejabat sirik yang berani mengkritik Ahok hehehehe… Jadi jangan coba2 meng-counter komentar itu dengan komentar lain yang membuat pencinta Jokowi – Ahok itu meradang :).
Jokowi dan Ahok benar2 diprotect habis2an oleh warganya sekarang. Mereka berdua seakan-akan sudah menjadi orang tanpa cacat di mata masyarakat, terutama DKI. Kritikan apapun terhadap mereka, akan langsung disambut oleh reaksi pendukung Jokowi – Ahok yang sudah cinta mati ke mereka. Beberapa komentar yang mungkin dituliskan oleh warga dari daerah lain menyatakan kiirian mereka terhadap warga DKI yang memiliki pempimpin yang diimpikan oleh seluruh warga Nusantara ini.
Kehausan kita sebagai warga masyarakat akan seorang pemimpin yang jujur, lugu, tampil apa adanya, gak pake Jaim-Jaiman, mau terjun langsung ke bawah, menyapa warganya tanpa jarak, blusukan, berani nabrak tembok ‘birokrasi’ seakan-akan terpenuhi melihat Jokowi dan juga Ahok bekerja all out, bahkan pada hari Sabtu dan Minggu.
Blusukan gaya Jokowi ini juga rupanya merupakan acara favorit masyarakat dan apalagi media masa, karena katanya setiap kali acara kunjungan Jokowi yang pasti didampingi pejabat lapangan dari mulai lurah, camat hingga walikota, masyarakat menjadi berani mengungkapkan isi hatinya. Mereka yang berkerumun rame2 itu jadi berani bersuara, seperti: “Pak Jokowi, apa itu kerja Walikota, gak pernah turun ke lapangan. Pecat aja pak!!”, atau “Pak Jokowi, lurahnya jarang di kantor, ganti aja pak!!”.
Huahahaha…. kapokmu kapan. Coba bayangkan kalau kita yang diteriaki masa itu, mau mendelik gak brani apalagi mau marah, cuma bisa menunduk sembari menahan malu dan mencegah aliran darah ke wajah supaya gak dikira kepiting rebus hahahaha…. Masyarakat, sekarang jadi memiliki corong, dan corongnya ampuh pula seperti tindakan Ahok yang memecat kepala rusun Marunda itu. Hohohoho…. senangnya :).
Kita rindu pemimping seperti ini, pemimpin yang meskipun belum tampak hasilnya secara fisik, namun sudah bisa kita rasakan secara psikologis. Pemimpin yang pro-rakyat, pemimpin yang mengatakan “KELERU” instead of “KELIRU” dengan wajah polos :). Pemimpin yang berani bertindak, karena tidak ada kepentingan pribadi yang harus mereka beban. Marilah kita doakan mereka selalu dalam lindunganNYA, karena pasti banyak orang sirik yang ingin mencelakakan mereka, orang yang maunya enak2 tapi tidak mau kerja.
Akhir2 ini sudah tidak terdengar lagi kritikan miring dari pejabat, kalaupun ada saya yakin motivasinya hanya ada dua: pertama karena iri hati, tidak punya cermin di rumah serta tinggal di bawah tempurung. Kedua karena ingin numpang popularitas. Yah bener, kalau ingin popular, maki2 aja Jokowi – Ahok, maka saya yakin bakal ikutan popular :).
Jokowi sendiri, menurut Eep, jengah dengan semua pemberitaan yang dia peroleh. Saya percaya itu. Meskipun saya tidak pernah bertemua langsung dengan beliau, namun melihat kesungguhan, raut muka, cara beliau menampilkan diri, saya kok percaya dia memang benar tulus melakukan semua pekerjaannya. Dan bagi orang yang tulus di dalam mengerjakan apapun juga, mereka tidak peduli dengan segalam macam publikasi itu. Malah membuat jengah dan pekerjaannya menjadi sangat terganggu.
Eep mengatakan bahwa Jokowi pernah mengatakan dia sebenarnya tidak ingin tingkahnya naik tangga untuk mengecek kuda2 bangungan di sebuah SD yang ambruk atau kelakuannya memasuki gorong2 di Thamrin disorot kamera dan “masuk” TV. Namun, dia mengatakan bahwa dia harus melakukan itu. Dia harus melihat apakah kuda2 yang ambruk itu dibuat secara benar, apakah gorong2 di bawah jalan Sudirman itu cukup besar untuk menampung limpahan air hujan yang sedemikian banyak.
Malangnya, begitu Jokowi mencari tangga, mulai menaiki tangga, semua kamera dari semua stasiun TV langsung berebut menyorot wajahnya dan memberitakan dengan seheboh-hebohnya bahwa Jokowi NAIK ATAP, atau Jokowi NYEMPLUNG KE GORONG2 🙂 hehehehe…. Terus, orang2 sirik, langsung berkomentar… Ah cari muka lu, ngapain sih pake naik2 tanggal segala, ngapain sih pake masuk gorong2 segala. Kan ntar guwe juga disuruh rakyat begituan tuh….:). Alamaakkkkk….
Dan, ternyata betul kan? Bahkan, SBY juga sampai ikut2an blusukan, meskipun hal ini berkali-kali ditampik oleh jubir kepresidenan. Beberapa kepala daerah lain yang dulunya ongkang2 kaki, sekarang juga terpaksa harus menggulung celana dan lengan bajunya, turun mendekat ke rakyatnya jika tidak ingin digulingkan atau tidak dipilih lagi. I think inilah yang disebut dengan The Jokowi Factor.
Harian Kompas minggu lalu, sayang tidak saya potong artikelnya, memberitakan bahwa iring2an pejabat ke suatu lokasi di Jakarta Timur diteriakin masa Jokowi … Jokowi… padahal ketika itu Jokowi sedang menemani SBY dalam suatu kunjungan. Wakakakak….
Now, pertanyaannya, dengan tingkat kepopuleran yang sedemikian “mengerikan” itu, apakah pembaca setuju jika Jokowi dijadikan capres 2014 nanti? :).
Ayo dong komentarnya? Setuju tidak jika Jokowi di capreskan?
Cat: foto dan chart adalah hak cipta Eep Saefulloh
Tulisanya sangat menarik atau mas Joko nya yg menarik. Saya pikir 2019 lebih pas buat Mas Joko kalau berhasil membenahi jakarta dengan baik maka 2019 Jokowi akan menang mutlak dan bisa berbuat apa saja demi kesejahteraan bangsa dan negara. Kalaupun menang di 2014 pasti tidak menang mutlak, banyak politikus genit yg akan mencibir serta masih perlu koalisi partai dan membentuk kabinet gendut yg isinya orang orang. Partai yg tdk berkompeten.
Yg akhitnya gepiyak udeng blangkon “sama jugak, sami mason” kayak Pak BY.
Jadi mark kita dukung Mas Jokowi untuk menang mutlak 2019, trus kita libas para cecunguk politik dan koruptor dari bumi pertiwi. Ini nulis kok sambil gregetan beginning ya…? Udah ah mau ambil air wudhu biar ga emosi. Salaamm
So pasti karena mas Jokonya yang menarik untuk diberitakan mas Juki :).
Jadi mas Juki lebih senang si doi mberesin Jakarta dulu ya, sampai dia memperoleh blank cheque untuk diisi sesuka dia ya :).
Itu nulis sampe gregetan, artinya komentar mas Juki diketik dengan penuh perasaan…perasaan gemesss pingin ngruwes2 pejabat yang gak kompeten ya 🙂 hahaha…
Very good comment :), thank you mas.
Salammmm
hehe.. saya senyum2 sendiri begitu baca hasil statistiknya 🙂 sudah bisa ditebak bagaimana “rame”nya hal ini nanti, tapi di Palangkaraya memang sedari dulu mendukung Megawati. mau siapapun rivalnya, Megawati selalu menang disana. alasannya sih karena beliau adalah putri Pak Soekarno, selebihnya no one knows. hehe.. tu kan, saya jadi senyum2 lagi, thanks for sharing Pak 🙂
Mas Didi, kalau mau lebih dari tersenyum, sempetin baca itu komentar2 di kompas.com dan detik.com yang beritanya suka mendiskreditkan Jokahok :). Niscaya bakal awet muda 🙂
Setuju 2019 lebih tepat buat joko biar kita liat dulu bener2 hasil kerja nya pak.. kalo jakarta yg ruwet gini berhasil dibenah dengan baik sih, ga mustahil 2019 joko bisa nembus 50%+ jadi RI-1.. kalo 2014 uda nyalonin diri ntar banyak yg tambah iri lg, lom lg rakyat jakarta yg ntar malah merasa ditinggal setengah jalan trus jd mengurangi suaranya..
sekian opini saya.. lama ga nulis pak, sibuk ya hehe..
wah setelah saya cek, ternyata saya yg jarang berkunjung kesini hahaha.. brb baca2 dulu mengejar ketinggalan..
🙂
Good comment 🙂
Wah udh lama nih gak komen ditulisan2 pak Guntur.
Saya lebih setuju Jokowi 2019 pak. why?
1. Karena kalo dia berhasil membuat JakartaBaru maka itu bisa jadi patokan dan modal dia nanti waktu jadi Preiden.
2. Saya rasa siapapun presidennya 2014, tentu mereka bakal terus dibanding2kan dengan Kinerja Jokowi (Semoga Kinerja Jokowi ok) dan akhirnya mau gak mau ya harus berusaha sebaik mungkin (Jokowi Factor lagi) Soale Jika ternyata Kinerja RI1 terpilih thun 2014 itu dan Kinerja Jokowi OK, maka menurut saya hampir dipastikan pemilu 2019 Jokowi bisa melaju dengan tenang jadi RI1.
Terima kasih atas komentarnya. Saya belum mengeluarkan pendapat, supaya fair, tdk mengarahkan pembaca ya 🙂
Saya setuju mas Jokowi disimpan dulu utk tahun2019,
Terima kasih atas komentarnya 🙂
Saya coba komen ya Pak dari sisi orang yang ga ngerti soal politik2an.. 😛
Sebenernya sebelom nama mas Joko ni mencuat, saya sama sekali ga pernah tertarik siapa yang mau mimpin ni ibukota yang katanya lebih kejam dari ibu tiri. Tapi lama-lama karena semua ngomongin mas Joko saya jadi tertarik dan secara otomatis, cuma dari hasil baca-baca di internet doank, saya secara pribadi mendukung mas Joko dan Puji Tuhan berhasil sudah dia duduk jadi DKI 1.
Akhir-akhir ini saya juga setiap membaca berita di internet, rata-rata judulnya seakan-akan mas Joko ni bakal maju buat nyapres, ntah karena wartawan nya ni makin hari suka bikin judul yang kontroversial atau gimana, tapi yang jelas si hampir tiap hari beritanya soal elektabilitas Jokowi melampaui semua capres 4L. Kasian benernya Jokowi ni jadi korban media.
Kalo saya sangat berharap pasangan Joko Ahok bisa menyelesaikan dlu masa jabatannya sebagai pemimpin Jkt. Supaya rakyat tu bener2 bisa liat, berhasil ga benerin Jakarta, seperti apa Jakarta Baru, yah anggap lah ni prototype sebelom Indonesia Baru. Andai malah nyapres nti seakan-akan membenarkan bahwa Mas Joko ni cuma demen ngeloncat-loncat, dari walikota, gubernur lalu presiden. Seperti salah satu capres yang ngaku2 paling muda, ganteng dan konon taon ini mau jadi gubernur gorontalo lalu taon depan mau jadi presiden. (maap ya Pak, ni oknum 1 ni agak mbencekno, bikin saya sering naik darah sendiri gara2 sebel sama dia 😛 ).
Andai Jakarta ini bisa terbukti berubah jadi Jakarta Baru, saya juga yakin bahwa Indonesia nantinya boleh berharap bisa berubah menjadi Indonesia Baru. Andaikan Mas Joko nanti di 2019 juga tidak maju jadi capres saya yakin rakyat Jakarta masi mendukung Jokowi jadi Gubernur 😀
Analisa yang bagus sekali dari orang yang tidak mengerti politik :). Boleh mulai merintis jadi pengamat politik nih Pep 🙂
Wuisss, mantep banget pak artikelnya, yang emang sesuai fakta kalo bacain komen2 di detik n kompas…wakakakaka
I vote for Jokowi RI1 and Ahok RI2 in 2019 😀
Alasannya yang pertama so pasti karena Jokowi punya “hutang2” kepada rakyat Jakarta, yang kemungkinan besar belum dapat terealisasi sepenuhnya pada pertengahan 2014. Dari perkataan2nya di pemberitaan (yang sok-sok saya simpulkan) yg menjadi prinsip kerja Mr Jokowi adalah : belanja masalah, pikirkan solusi, eksekusi, dan awasi. Mungkin pas pencapresan 2014 step 1-3 udah bisa dilakukan, tetapi step ke4 ini yang kayanya sih gak akan selesai dalam 1-2 tahun, misalnya pembangunan monorel, MRT, deep tunnel, dan proyek2 utk penanggulangan banjir. Dan saya yakin bener Pakde Jokowi bukan orang yang suka mengerjakan stgh2 dan ga ampe tuntas.
Yang kedua, saya meng-analogikan masa jabatan Jokowi adalah holiday time. Emang sih beliau awalnya beliau disuruh bu Mega untuk hijrah ke Jakarta, tapi saya kok yakin banget yah seiring berjalannya waktu Jokowi akan memimpin Jakarta bukan lagi karena kewajibannya sebagai kader partai tapi ya karena beliau mau mendedikasikan ketulusan dan keikhlas-annya untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat Jakarta, tanpa kepentingan dan tanpa beban, seperti yang dilakukannya di Solo.
So saya coba meng-ibaratkan beliau sedang liburan, misal di Singapura. Misalnya saat ini Jokowi baru jalan-jalan di Orchard (blusukan-blusukan) doang, belom ke Marina Bay atau USS. Eeh… pas lagi di perjalanan ke Sentosa Island (pengerjaan monorel, MRT, BKT) tiba2 beliau ditawarin paket wisata keliling Eropa (jadi capres 2014). Menurut saya sih mending abisin dulu lliburannya di Singapura, karena manusia sekelas Jokowi sih bisa kapan aja liburan ke Eropa. Bisa2 malah Jokowi ga keluar duit, karena rakyat Indonesia bakal patungan buat membiayai “paket wisata ke Eropanya”….hehee
Alesan yg terakhir, dari yang saya baca-baca sih beliau belum memikirkan sama sekali tuh untuk nyapres 2014, dan kayanya sih Jokowi agak jengah juga dengan pemberitaan2 itu dan hasil2 survei, yang mungkin sedikit mengganggu fokusnya untuk membenahi jakarta. Kalau orang udah ditawarin tapi ngga mau (bener2 ga mau ya, bukan kaya politisi yang malu-malu tapi mau ^^V), ya hargai dong 🙂
Berita pencapresan Jokowi juga kan bukan keluar dari mulut beliau, tapi dari hasil survei yang lalu di-explode besar2an sama media yang seneng banget ada berita ttg Jokowi yg pasti laris dijual.
Yah kira2 inilah opini2 saya yang beberapa di antaranya muncul di kepala begitu saja tanpa ada data-data yang valid, tapi kok saya yakin yah akan kebenarannya (gatau juga sih dapet keyakinan darimana)…hohoho
Mantepppp juga pak/bu komentarnya :). Boleh mulai menjajaki jadi pengamat politik yang sekarang lagi larisss manisss 🙂
Mungkin saya juga setuju seperti comment2 yabg lainnya. Alangkah baiknya jika membenahi Jakarta dahulu dan baru mencapres tahun 2019. Misalkan dia terpilih jadi president dan terpilih ulang du tahun 2024, berarti dia ada kesempatan untuk membenahi Indonesia sampai 2029.
Dan dengan waktu yang cukup panjang ini , sangat diharapkan pak Jokowi dan pak Ahok bisa mencetak bibit bibit bangsa yang kurang lebih mirip / bahkan lebih baik lagi 😀
buktikan dulu menangani jakarta, kita lihat bgmn hasilnya, baru sy bisa menilai. fair bukan?
Fair enough. Saya juga setuju, biar Jokowi berkarya dulu membuktikan apa yang sudah dimulainya dengan baik sehingga dukungan rakyat tidak setengah2 lagi, melainkan 1000% :).
dari semua yang tidak setuju, saya satu satunya yang setuju deh, coba liat siapa aja capres 2014, lu lagi lu lagi . + yang muka baru, Bang Rhoma???? ya lebih baik Jokowi donk yang dipilih.
Jokowi lebih baik masak pohon daripada masak diperam :). Tapi ya siapa tahu rencana Tuhan, kalau memang akhirnya dimajukan sekarang ya OK. Next Pemilu lebih OK lagi, asal pekerjaan rumahnya di Jkt beres. Maka nanti beliau bisa maju tanpa perlu dukungan partai politik, tidak ada utang politik. Maju sebagai Capres Independen, maka seluruh rakyat akan mendukung :).
Salam