You are NOT alone!

Tulisan ini saya tujukan untuk adik2 yang merasa tertekan dan merasa sendiri, you are NOT alone!

Salah seorang calon karyawan yang mengikuti pelatihan Basic Mentality yang saya adakan di kantor menanyakan pertanyaan sederhana ini: “Pak, bagaimana caranya supaya tidak stress ??”.Hehehe…pertanyaan sederhana, tapi jawabannya rumit.

Bagaimana supaya tidak stress, bagaimana menghilangkan stress?? Apa pake penghapus karet atau tip-ex ya ? :). Hmm jika saja saya sendiri tahu jawaban matematisnya, saya sudah menjadi manusia paling damai sedunia hohoho…

Namun dari pertanyaan sambil lalu itu saya baru sadar, selama ini saya sebenarnya sering sekali menghadapi anak2 muda yang stress tetapi tidak tahu menghadapinya. Sering sekali.

Yang paling parah dari semua itu adalah mereka yang tidak menyadari bahwa mereka sedang stress. Atau menyangkal diri bahwa mereka tidak stress, baik2 saja, padahal orang bodoh sekalipun tahu kalau dia sedang stress berat.

Kok tahu? Ya taulah… kalau kita cukup sensitive, kita bisa merasakan dari body language, cara bicara, sorot mata, tarikan nafas, cara berjalan dll. Belum lagi kalau mendengar keluhan-keluhannya. Apalagi sayapun juga sering stress, jadi ya tahulah.

Memang ada juga yang sangat pandai menyembunyikan perasaannya sehingga dia sendiri juga tidak sadar kalau sedang stress. Orang seperti ini kalau tidak segera ditolong, tiba2 bisa langsung minta dibeliin Baygon Rasa Jeruk wkwkwkwk…

Nah kembali ke pertanyaan tadi: Bagaimana caranya supaya tidak stress??

Hmmm…bagaimana ya? Saya rasa ada beberapa cara supaya tidak stress lagi:

  1. Pertama, kalau sudah selesai menikmati Baygon rasa jeruk itu tadi wkwkwk… Just kidding.
  2. Kedua, kalau sudah tidak ingat lagi siapa dirinya alias edan, wkwkwk…ini juga kidding ya…hahaha…jangan marah dulu supaya gak stress.
  3. Ketiga, kalau sudah tidak lagi menginginkan apa2 di dalam hidupnya dan menerima kuasaNYA sepenuhnya. Kan kasihNYA tidak terbatas, sehingga bisa menutup nafsu manusia yang juga tidak ada batasnya. Contohnya adalah para biarawan atau Mother Theresia yang terkenal itu, inipun belum tentu ada yang bisa menjamin beliau tidak pernah stress.
  4. Keempat, deal with it, sadari dan hadapi. Saya hanya akan membahas yang terakhir ini.

Jadi kalau dilihat dari jawaban di atas, sebenarnya tidak ada cara instant menghilangkan stress. Lohhh…kok tidak ada?. Ya, tidak ada caranya, karena menurut saya, yang bukan psikolog/psikiater ini, stress tidak bisa dihilangkan  tetapi di “manage”. Selama kita sadar bahwa setiap orang bisa stress, dan tahu me’manage’nya maka stress tidak akan merusak, bahkan kadang stress bisa bermanfaat :).

Sudah berulang kali para peneliti meneliti pengaruh stress terhadap kesehatan kita, coba aja di googling, pasti muncul ribuan link yang membahas hal ini. Rata2 mengatakan gangguan yang ditimbulkan bukan hanya secara psikis namun bahkan juga fisik. Bermacam-macam penyakit katanya disebabkan oleh stress seperti misalnya penyakit jantung, susah tidur, gangguan pencernaan, alergi tanpa sebab, atau mungkin mata kedip2 seperti ngedipin cowok atau cewek cakep wkwkwk….

Stress ada di setiap detik hidup kita, di setiap helaan nafas kita, stress akan menemani kita selamanya. Stress ada di setiap tingkatan hidup kita. Bahkan anak2 sekarangpun sejak kecil sudah bisa stress. Saya sering mendengar anak2 masih SD sudah ikut2an bilang: “Stress ni ma/pa. Masa disuruh kerjain PR hari libur? Banyak pula. Stress bener dehhh”. 🙂

Semakin tinggi tuntutan / harapan maka akan semakin stress kita. Coba bayangkan, anak2 sekarang ini, yang masih ngompolpun, sudah diharapkan bisa matematika, bahasa Inggris ceplas ceplos (pdhl ortunya gak ngerti), main piano, biola, gitar, jago renang, karate dslb :(. Lha bagaimana anak2 gak stress.

Sekarang kita bayangkan apa yang kita alami selama hidup ini. Pada saat kelas 1 SD kita stress untuk bisa naik kelas 2, karena tentu saja ortu kita menuntut supaya naik dengan nilai yang bagus. Pada saat SD kita stress untuk bisa masuk ke SMP yang terbaik. Selama SMP stress lagi supaya bisa dapat SMA terbaik. Ketika SMA kembali stress lagi supaya bisa diterima di Universitas terbaik.

Selesai?? Belum….

Lulus kuliah, stress pula supaya dapat pekerjaan di perusahaan terbaik dengan gaji terbaik juga. Sudah dapat kerjaan bagus, gaji tinggi, stress pula belum punya pasangan hidup. Sudah punya pasangan yang cantik menarik menawan hati, bingung lagi bagaimana supaya dikaruniai anak yang cakep lahir batin, pinter, berbakat dll. Sudah dapat anak, bingung nanti anaknya bisa masuk di SD yang terrrbaik.

Anaknya sudah sekolah di SD yang terrbaik, stress lagi apakah nanti anaknya dapat SMP yang baik…. Kok perasaan seperti berulang ya…wkwkwkwk…. Ya memang benar berulang, ntar sampai anaknya sudah bekerja dan berkeluarga, masih stress pula kalau anaknya belum beroleh anak (cucu). Kalau anaknya sudah punya anak (cucu), stress pula apa cucunya sehat lahir batin, cakep, pinter dlsb dan apakah bisa bersekolah yang baik …. hahahahahahahaha……

Coba saja tanyakan ke orang tua kita, ke opa oma kita, apakah mereka pernah khawatir kalau kita mengalami masalah atau gagal di dalam hidup kita? Apakah mereka bisa tenang2 saja kalau kita mendapat musibah atau apakah mereka tidak senang kalau kita berhasil??

See, coba bagaimana caranya menghilangkan stress kalau dia selalu nempel di setiap helaan nafas kita??

Selama kita masih punya goal, tuntutan, nafsu duniawi…rasanya sudah menghilangkan stress.

Pinter stress, goblok juga stress. Kaya stress, miskin juga stress. Cantik stress, jelek juga stress… Makanya Tuhan bingung melihat tingkah manusia ini 🙂

Saya pernah dengar seorang bintang film terkenal kelas dunia yang stress berat, gara2nya…kucingnya tidak mau makan. Hahahahaha……edan…

Jadi saya pikir stress itu mirip air, selama ada celah dia akan masuk. Akan menyisip kemanapun kita memberikan ruang kepadanya.

Menghadapi stress dengan sadar jauh lebih penting daripada menganggap kita tidak stress, padahal kenyataannya lagi stress. Kuncinya adalah SADARI bahwa SEMUA orang siapapun juga pasti mengalaminya, sehingga kita tidak merasa sendirian. YOU ARE NOT ALONE!!!

Nah kalau kita sudah menyadari bahwa kita bisa stress, dan tidak sendiri, maka selanjutnya adalah bagaimana me’manage’ stress itu. Me’manage’ stress bisa berbeda bagi tiap2 orang, kita harus belajar untuk itu.

Ada yang melampiaskannya dengan berteriak, ada yang dengan berkaraoke, atau menulis, atau bahkan makan (awass ndut ya :)), bisa juga berolah raga dll. Kenalilah caranya dan belajarlah untuk memanage harapan/keinginan diri, maka saya yakin stress bisa ditangani. Somehow harus belajar cuek juga :).

Kalau adik2 sudah bisa mengamini bahwa stress adalah teman seumur hidup kita, dan belajar me’managenya’, maka sebagai penutup, saya kutipkan email yang menurut saya bagus sekali, yang saya peroleh dari salah seorang teman:

Hidup itu mirip seperti memacu mobil di jalan tol, kita selalu ingin mendahului mobil di depan kita. Tetapi setelah berhasil, selalu ada mobil lain di depan kita.

Kita berusaha menyalip lagi, berhasil…tetapi kemudian ada lagi mobil di depan kita. Demikian seterusnya, tidak akan pernah habis.

Kita bisa memilih untuk memacu mobil kita mendahului semua mobil di depan kita, yang tentu saja tidak pernah habis. Atau memacu mobil kita semampu dan senyaman kita, sambil melihat-lihat pemandangan di sepanjang jalan tol itu.

Itu adalah pilihan…

 

28 thoughts on “You are NOT alone!

  1. wah malem2 stress ni pak lagi SIT hari terakhir dan masi di kantor melihat error, mau refreshing sebentar malah kebetulan baca ulasan ini 😀
    memang manusia ni aneh koq pak. dlu kala kerjaan lagi lancar koq kayanya kurang menantang dan terasa bosen…
    sekarang tiap hari dikejer issue ma error, koq ya makin stress ternyata, sampe kalo diliat ni bentukan saya makin hari makin kucel dan kusut kaya sprei ga dicuci… hahaha…

    dan untungnya hari ini hari terakhir SIT, dan stress nya kebetulan rame2… 😛
    masalahnya pelarian stress nya ini pak, emank lari nya ke makan, nyemil tanpa henti, sampe menurut saya perubahan2 anak2 tim NC ini (khususnya saya) sudah cocok dijadikan maskot kemakmuran AdIns.. hehehe
    walau itu jg sebenernya pelarian dari keinginan ngomel2 dan teriak2… jd biarkan mulut ngunyah 😀

    thx pak buat pencerahan nya di tengah ke-stress-an ini…
    pasti selalu dicoba buat dihadapi segala macam stress yang setia menemani 😀

      • iya pak, masi rame ni, dari tim QA, dan sebagian tim NC, walau diburu issue dan error, tapi semua mukanya cengir2 dan senyum2 (ntah karena menemukan pencerahan atau sebenernya sudah pada edan) hahaha… 😀
        saya cuma berharap kalo SIT jangan lama2 pak..
        kalo SIT sampe stgh tahun mungkin lingkar pinggang saya ini bisa bertambah 10cm.. >.<

        • Cengar cengir itu artinya kalian bahagia :).
          Saya baru tahu kalau SIT bisa meningkatkan kemakmuran lho Pep, terbukti dengan semakin bertambahnya lebar pinggang kan ya wkwkwkwk…

  2. Betul bgt pak ulasan ttg stressnya. Sapa sih yg gk bs stress. Ngakunya gk stress tp badan gk bs boong. Klo sy stress bawaannya pengen ngomelin smua org. Awalnya susah ngontrol itu apalagi emang org itu layak diomelin. Tp ya kyk yg bpk blg. Rugilah klo gt terus. Deal with it. Dr awal sy dah punya worst case scenario. Jd klo misalnya rencana indah sy gagal, brarti kena di worst case, ya otak dah diingetin spy gk stess, gk marah2, gk esmosi.

    Msh ttp dicoba walopun sering gagalnya lrn ada faktor x laen yg tiba2 muncul. Begitulah manusia…

  3. saya sih untungnya termasuk jarang stres, hehehe, apa karena terlalu pasrah yah ?
    tapi pernah stres juga sih pak, untung obatnya mayan gampang, tinggalkan komputer sejenak, terus ambil napas panjang….hembuskan…..tarik lagi…..hembuskan….sambil ngliatin langit, berharap dapet wangsit 😀

    • Wah kamu mirip pak Harto, katanya tuh dulu kalau pak Harto mau ketemu Menteri2nya, yang tentu saja membawa banyak masalah, dia akan tarik nafas…hembuskan…terus nafas…hembuskan…mirip deh wkwkwk…
      Tapi betul, itu salah satu cara mujarab membuang beban pikiran kita utk diisi masalah/issue baru…

  4. Om Guntur, numpang komentar and sharing some insight. Saya masih belum banyak pengalaman juga dalam hal “lesson of life”, but I feel like sharing my thought a bit. So, kalau saya ada kesalahan, tolong di maafkan dan benarkan yah.

    Saya setuju dengan stress itu akan selalu ada dalam hidup kita. Saya juga setuju tentang upaya kita untuk lebih mengenal diri sendiri akan kegiatan apa yg bisa membantu kita menghadapi stress itu.

    Stress, kalau dalam bahasa inggris, artinya tekanan. Jadi kita sering bilang kalau diri kita stress, itu artinya diri kita sedang dalam keadaan tertekan, baik dalam hal emosi atau fisik. Sering kali, kita meng-asosiasi-kan stress dalam bentuk emosi/pikiran/perasaan. Ini tidak salah. Karena most of the time, itu adalah akar dari perasaan stress yg kita alami. Yang akhirnya berdampak pada fisik kita dalam bentuk kita merasa lelah, capai, dsb.

    Saya pernah mencoba untuk berpikir lebih jauh tentang akar stress yg kita alami. Dan saya pernah do some research juga (on myself) about stress, and this is what I would l like to share with everyone.

    Inti dari hasil research/experiment saya: stress itu ada karena harapan/ekspektasi kita terhadap suatu hal yg tidak terpenuhi. Saat ekspektasi kita ga tercapai, kita merasa gagal, kita merasa menjadi lebih kecil, menghancurkan rasa percaya diri. Akibatnya, kita menjadi merasa tertekan untuk meraih hal yg tidak bisa kita capai itu. Tentu saja, ada kasus dimana ada orang yg bisa mengatasi/melangkahi ‘stress’ (atau ‘tekanan’) itu, dan akhirnya meraih apa yg dia inginkan. Namun, kebanyakan orang sudah gagal duluan di tengah-tengah perjalanan yg dipenuhi tekanan itu. Kenapa? Saya merasa jawabannya adalah karena kita sering kali belum mengenal diri kita sendiri.

    Disini, saya ingin menekankan kalau kita harus constantly re-assess ourselves about what is our strengths and weaknesses. From these assessment, we know what we can do and what is our limit. And this is where we should derive our expectations and goals. Of course, having a perfect/ideal goal is necessary to keep ourselves improving. However, we often need to stop and self-reflect and look back for what we have done (past), then see what we have now (present), and re-identify our goal (future). By constantly re-assessing past, present, and future, subconsciously we are more accepting of what God has given to us and appreciate them. When we have this feeling of acceptance, I personally feel I have less stress.

    I found this very helpful in dealing with stress that comes from within myself. Of course, there are also other external factors where stress comes from, but maybe we can leave that discussion on other blog thread.

    Hope it helps. Harap maaf kalau saya bolak balik ke bahasa Indo dan Inggris, soalnya kadang lebih gampang ngejelasin pakai bahasa Inggris.

    Regards,
    Anton

    • Dear Anton, Om tidak tahu kamu umur berapa, tetapi Om sangat senang dan bangga kalau ada anak muda berani berkomentar, apalagi bisa memberikan insight. Proud of you.

      Om setuju, kita harus sadar diri. Kalau suara pas2an gak usah lah pingin jadi Celine Dion, kalau akting pas2an jangan nekat mau menyaingi Robert De Niro atau Al Pacino wkwkwkwk… If you know who you are, it is easier dealing with stress.

      Bravo…bagusss sekaliii…duh kalau pembaca Om seperti kamu2 ini, betapa bahagianya Ommm…

      Btw, keberatan tidak akalu komentar kamu Om jadikan topik posting Om, biar lebih banyak yang baca?

      GBU

      • Halo Om, saya tahun ini umur 28. Saya tidak keberatan kalau Om mau jadikan post saya sebagai topik baru, mungkin bisa juga menggelitik anak2 muda lain untuk lebih berani mengekspresikan dan membagi pikiran dan perasaan mereka.

        Saya sendiri sampai saat ini masih sering mempertanyakan ke diri saya: “Who am I?” . Kadang kadang, saya merasa balik ke jaman SMP/SMA dulu, dimana masih mencari jati diri. Kadang saya masih merasa, saya belum kenal diri saya sendiri. Kadang saya merasa takut akan diri saya sendiri (takut akan apa yg telah saya perbuat, dan yg bakal saya perbuat). Yang paling sulit untuk saya adalah menerima kelemahan dan kekurangan diri saya sendiri, karena saya cenderung untuk malu mengakui itu semua. Kalau kita belum bisa menerima kekurangan, kita akan sulit untuk menjadi orang yg lebih baik. Sebaliknya, dengan menerima kekurangan yang ada dalam diri kita, kita bisa lebih mengenal seberapa kurang kita dan apa yang harus kita isi, seberapa banyak yang harus kita isi, dsb.

        Regards,
        Anton

        • Hmmm…still very young, yet already wise :). Nasehat Om, don’t torture yourself too much ya wkwkwk…easy…enjoy whatever we have.
          Kadang kita harus juga stop thinking and keep doing, mengalir istilahnya ya… Tapi akan amat sangat bagus mengetahui who you are, asal nyarinya gak kelamaan, ntar tersesat wkwkwk…
          Good thought Anton
          GBU

      • Om Guntur, thank you for the comment. It really hits me. You are correct, I felt like I have been torturing myself by thinking too much. Thank you for the kind reminder for me to take things easy and enjoy life. I was too focused on thinking and start stressing my own self. =)

  5. Hi Anton, saya kira itu ide yg baik untuk mengukur kemampuan dan keinginan sebagai salah satu langkah konkrit untuk jenis stress tertentu… he he he… soal nya stress pemicunya kan macem2. Barca kalah saja bisa bikin stress. Ada yg bilang stress = a projection of future failure to present. Ada stress yg kelas bulu , kelas terbang, kelas berat = Depression. Dari pengalaman dan pengamatan dan bacaaan dll…. selagi orang masuk dalam state of depression, orang tsb sulit untuk mengendalikan dirinya… makanya depression itu biasanya makan waktu berbulan2. Ada kekuatan lain yg menguasai orang tsb. Kekuatan ini ada yg memberikan nama Elementals (ELM …. biar singkat ngetiknya). Yg menciptakan ELM itu adalah orang itu sendiri,…worry.. yg project siapa? ya orang itu sendiri. Namun gawatnya, ELM ini ternyata memiliki pribadi sendiri juga yg bertambah powerful, tambah kreatif dalam menakut nakuti orang itu. Setiap saat ELM ini play in your head, Orang yg dalam state of depression bukannya ngak tahu apa yg logic and apa yg illogical, cuman dia ngak bisa mengendalikan dirinya untuk menendang si ELM ini. Then how to get out? Biasanya bila orang tsb sampai pada state of total surrender or pasrah or cuek…alias silahkan deh gua udah cape, whatever yg mau terjadi…. I will not fight it. I take it as it is. Dengan tulus… bukan pura2 ya.. kadang kalau belum “saatnya” orng itu nipu diri sendiri juga. Setelah itu , mulai terjadi perubahan riil dari kesulitan yg sedang dihadapi nya .. this is when yg Mahakuasa turun tangan. Gradually…. jalan keluar terbuka 1…2…..3…4…….. etc…. bye2 elementals.

    Ed

    • Ahaaaa!!!! Bravooo!!!!

      Thank you so very much for your comment, Om Ed 🙂

      Bahagianya hati saya, this is what a blog should be. Sharing, argumenting, disccusing and debating. So that, we can get the best out of it.

      For Anton n Om E, really appreciate your comment bro.

      I LOVE IT !!!!

  6. Sedikit cuplikan soal Elementals dibawah ini :

    Every thought, emotion and desire creates and transmits an elemental – also called thought-form – that carries on an existence of its own.

    We create and regenerate two types of elementals :
    1. When negative emotion prevails over thought, we have created emotional thought-forms, or desire-thoughts.
    2. When our ideas, desires and emotions pass through reason and love, we create reasoned thought-forms, or thought-desires.

    An elemental can never be destroyed, only disenergized (when no longer fed with etheric vitality).

    Elementals of a kind collect to form powerful group elementals. If an individual, or a collection of individuals, are vibrating at the same frequency, they will attract such group elementals.

    Lalu,
    Ada yg mangatakan, be careful with what you wish…….
    Katanya film The Secret berhubungan dengan hal semacam ini… you get what you wish for. So project positive things from you , wish positive things. Be positive minded.

    • Halo Om Eddy,

      Saya setuju dengan posting Om tentang Elementals ini. Sebetulnya banyak nama dari elemental ini, ada orang yg menyebut: “Law of Attraction”, “quantum physics”, “”Psycho Cybernetics”, “Dyna Physics”, dll… apapun namanya dan teorinya, semuanya balik ke topik tentang energy positive/negative dari dalam diri kita sendiri. Dan di dalam film “The Secret” , ini disebut Law of Attraction.

      Saya percaya akan adanya energy ini. Tetapi kalau kita terlalu fokus sama hal ini, saya merasa kita cenderung menjadi lupa sama yang di-Atas. Personally, I feel that we still need to balance between the two. We can still implement this elementals concept, because it is a good positive things and attitude after all. However, we should never forget about our faith too. I feel that elementals and faith are the opposite of each other, yet the difference is only a fine line. As of, how much should I believe in either of them, that should be up to yourself (it will help identify your needs, once you know more about yourself).

      Di paragraf ini saya ingin berbagi interpretasi saya tentang film “The Secret”. Menurut saya, inti dari Law of Attraction is by having a positive thought, we subconsciously bring ourselves to do some positive actions. In the other hand, negative thoughts, brings us to negative attitude. I truly believe on this, as I have experimented myself as well. However, what I notice is that I tend to only notice this elementals when it is in negative path. Because when I feel negative, I bring out all kind of thoughts and emotions, and my brain starts executing critical thinking. This makes the elemental more apparent to our perception.
      As for positive thoughts, we are already in happy mood/atmosphere, and we do not need to be thinking critically, because we don’t want this happy feeling to go away. Therefore it is hard to notice about this kind of energy when we are in positive path.
      So, whether we are in positive or negative, it is this energy that affects our behaviour, other people’s action, and human relation and interaction among each other.
      However, couple thing that needs to be emphasize and understand about this concept is that:
      1) when we are in negative situation, we subconsciously acted negative. So even without some effort, we have performed the ‘action’
      2) When we have our positive goals, this is where we need to put in some effort. Just by thinking or meditating positive things won’t do anything. Seperti yang saya bilang sebelumnya, saat kita ada pikiran positif dan lagi dalam kondisi happy, tanpa kita sadari badan kita tidak akan melakukan perubahan aksi. So, we still need to perform the ‘action’.

      Jadi, saya harap pembaca dan rekan-rekan bisa untuk berusaha agar jangan tenggelam dalam pikiran positif dan dunia mimpi yang indah, namun be aware of your goal and thoughts and put some efforts and actions that you will perform to reach your goals and dreams.
      Just for your reference, walaupun saya mengerti akan hal ini, saya sendiri sering cenderung lupa untuk berbuat apa yang saya sendiri katakan diatas. It is not an easy task, we can only learn bit by bit (slowly but surely). So, you are not alone!

      Sekali lagi mohon maaf kalau posting saya ini jadi terlalu panjang. Hope it helps.

      Regards,
      Anton

  7. Anton, your explanation make sense.

    Lebih kritis or peka when we do negative things mungkin sebagai awal akan “kesadaran of what we do”. From there, mungkin bisa membuat orang juga mulai peka akan positive things yg dia lakukan.

    Sering juga kan kita menyesali sikap kita yg ngak berkenan (marah2 misalnya) atau meledak2 akan hal2 yg semestinya bisa ditanggapi dengan lebih elegant. Sikap penyesalan itu sendiri bukannya juga sebuah teguran kepada diri sendiri? Perhaps next time, bisa lebih sabar dan appropriate.

    Terus terang, saya ngiri banget sama orang yg sabar.

    Prihal elemental cenderung untuk nyerempet dengan a believe. Mungkin karena elemental yg tidak terlihat ini masuk dalam ranah dimensi lainnya. Sedangkan fakta ada nya “monster” or “powerful energy” or elementals or whatever namanya, yg in control of sesorang yg dalam depression state, itu benar adanya. Kesadaran akan hal ini , mudah2 an dapat bisa memahami situasi apa yg sedang terjadi. Karena begitu hebatnya monster itu, kembali lagi, biasanya sih dengan doa yg rajin lah sesorang berharap agar hal ini jangan sampai terlalu lama.

    Saya pikir, setiap orang deserve to “experience” depression at least once in his/her life. It is not a nice experience, namun setelah keluar dari pengelaman batin itu, mata hati orang akan bisa lebih terbuka terhadap berbagai macam hal. Misalnya orang lalu bener2 menyadari, manusia itu sesungguhnya fragile, maka jangan sombong. Money is not everything, once you are in depression, money means nothing and can not do anything to help you. Dari situ saya lebih menyadari yg lebih penting itu adalah hidup dalam hati dan pikiran yg damai.

    • Om Eddy, I couldn’t agree more. What you said is true. Nice comment and well written.
      Saya sendiri jg masih merasa saya belum hidup dalam hati dan pikiran damai. Entah apa yang mengganggu di benak saya. I will pray and try to find peace within myself ( without stressing myself =) ).
      Thank you for the comment, Om. I have just learned something new from you.

      Regards,
      Anton

Leave a reply to Eddy Cancel reply