Under the sea
Setelah dirasa cukup, mulailah kami menyelam ke laut yang lebih dalam. Tiga orang peserta gagal di penyelaman pertama ini, satu tidak bisa me”ngikkan” telinganya (istilah kerennya meng-equalize), dua lagi panic begitu kepala mulai masuk ke air. Satu yang pertama adalah Ivan, putera tertua saya, yang baru berhasil mengatasi hal ini pada penyelaman ketiga, tetapi berhasil memperoleh sertifikat karena setelah itu bisa menyelam dengan sangat baik. Sedangkan yang dua lagi gagal, sepenuhnya hanya karena factor psikologis, yaitu perasaan takut pada saat di kedalaman.
Saya sendiri dan putera kedua saya, Calvin, berhasil dengan selamat menyelami dasar laut hingga kedalaman kurang lebih 20 – 25 meter. Begitu mulai tampak karang2 yang berwarna-warni dan puluhan, ratusan bahkan ribuan ikan2 yang cantik2 berseliweran, WUALAAA….BIM SALABIM…. …semua sumpah serapah saya di atas sirna seketika, berubah menjadi kekaguman, keheranan, kegembiraan, entah keapaan lagi yang saya tidak bisa bisa melukiskannya.
Ruarr biasa sekali Tuhan kita itu, dia ciptakan kreasi yang sedemikian indah…
Perasaan ini sulit dilukiskan. Tapi perasaan ini mungkin mirip seperti kalau kita melihat foto Gajah, dibandingkan dengan melihat Gajah aslinya berada tepat di depan mata kepala kita, atau melihat foto artis siapa ya yang lagi ngetop, Michael Jackson misalnya, dibanding dengan melihat langsung orangnya tepat di sebelah kita.
Mungkin penggambaran saya not exactly the same, but…seperti itulah…coba kalau kita baru bertemu dengan Megan Fox, kita rasanya ingin menceritakan hal ini ke orang kan?. Ehh…gua baru ketemu Megan Fox lho… Dia tadi senyum ke gua lho. Dia tadi kedipin mata ke gua lho… Itu perasaan yang kita alami, sementara yang diceritain, cuman ngedumel “So what gitu lhoooo…”. Dia tidak akan bisa merasakan gregetnya, just like you friend , yang lagi baca tulisan saya ini, tull gak wkwkkwk….
I just don’t know how to describe this, tapi pada saat itu saya langsung jatuh cinta terhadap diving :). Begitu pula dengan Calvin dan Christian keponakan saya.
Pada saat kita sudah mulai bisa menguasai diri, bernafas dengan tenang, mengayunkan kaki dengan santai, menikmati keindahan dasar laut dengan beratus-ratus atau mungkin beribu-ribu ikan yang berseliweran disekeliling kita, plus karang2 dan mahluk laut lain yang luar biasa indahnya itu, kita merasa kehebatan Tuhan yang luar biasa sekali. Suasana di dasar sana, sedemikian tenang dan damai, selain gemelutuk bunyi buih dari udara yang kita hembuskan lewat mulut, plus bunyi “ngikkkk” kalau kita lagi equalized dengan menekan hidung kita. Semua sedemikian hening, indah sekali, indahhh … luar biasa.
Binatang laut yang kita lihat di dasar laut itu, sebenarnya tidak seberapa heboh dibandingkan dengan SeaWorld Ancol atau SeaWord di Sentosa Island Singapore apalagi kalau dibandingkan dengan Boston Aquarium sana, benar2 tidak seberapa. Di Seaworld Ancol, ikan2nya jauhhhh lebih beragam, dan indah2. Ikan hiunya jauh lebih gede daripada yang saya jumpai. Namun, perasaaan yang kita alami pada saat itu, jauhhhh berbeda when you are deep down there.
Saya bukanlah penikmat olahraga sepak bola, saya menonton bola secara sengaja, hanya sekali setiap beberapa tahun, yaitu ketika Final Sepakbola Dunia. Namun saya pernah sekali diajak nonton bola di stadion Senayan, antara kesebelasan antah berantah satu dengan yang lain, yang biasanya digratisin bonus berantem. Dan ketika berada ditempatnya, saya benar2 seperti pencinta bola murni. Saya berteriak-teriak seperti layaknya fan sejati kesebelasan itu, hanya bedanya saya dengan yang lain adalah saya tetap berteriak ,bernyanyi dan bersuit-suit mau bolanya ke gawang kiri atau kanan :). So, suasana memang sangat mempengaruhi.
Sekarang saya sudah seperti layaknya professional divers, sudah punya mask yang bagus, fin yang top markotop punya, BCD yang ciamik punya, meskipun baru 30 kali menyelam :). Compare dengan sobat saya Benny, yang sudah ratusan mungkin ribuan kali menyelam, saya tidak ada apa2nya. Namun soal gaya, saya gak kalah dengan beliau, selama di daratan maksud saya, kalau di dalam laut ya harus deket2 dia lah yauww….supaya selamat wkwkwkw..
Menurut saya, it is worth to try.
Absolutely worth trying before you die :).
PS:
Terumbu karang, biota laut atau apapun namanya memang mengalami kerusakan yang luar biasa. Sedih rasanya melihat kehancuran terumbu karang tersebut. Saya memotret dan menvideo kerusakan2 itu, baik karena pengaruh Global Warming maupun juga karena kegoblokan divers pemula seperti saya.
Saya beberapa kali menendang karang yang indah itu, seperti pula halnya dengan yang dilakukan secara tidak sengaja even by professional divers. Kadangkala sulit sekali mengendalikan gerakan di dalam air apalagi kalau lagi berarus atau menyelam dipinggir tebing dengan gelombang bergulung gulung di atas kita.
Namun dari beberapa kali penyelaman ini, saya pikir, kalau saya jadi pemerintah saya akan melindungi keindahan laut itu buat anak cucu kita nantinya, caileee…. Kalau saya jadi pemerintah, saya akan klasifikasikan dive site mirip seperti lomba Formula F1. Tidak semua pembalap bisa langsung ikut F1 kalau belum mengikuti kelas2 di bawahnya.
Nah kalau ini bisa diterapkan pada dive site kan ciamik punya, tull gak :). Sehingga dive site itu dibagi dalam kelas A, B, C, D atau apapun, kemudian menetapkan syarat untuk setiap kelas sehingga tidak semua divers boleh dive di tempat yang mereka maui kalau belum kelasnya. Misalnya kelas A hanya untuk divers pemula, kelas B yang telah menyelam sekian kali, B lebih canggih lagi, C lebih hebat lagi, sehingga dive site yang masih bagus tetap terjaga hingga puluhan atau ratusan tahun berikutnya. Kalau seperti sekarang ini, divers pemula seperti saya pasti merusak karang2 itu, PASTI, GUARANTEED, karena masih bodoh mengendalikan gerakan tubuh di dasar laut.
Gitulah mimpi divers pemula seperti saya :).