Worth trying activities you should try before you die: Diving Equipment (4/6)

Tidak semudah yang dibayangkan

Sebelum pelajaran teori dimulai, kami (saya, putera saya Ivan dan Calvin, serta adik ipar saya dan puteranya) terlebih dahulu dikirimi buku Open Water Diver Manual – PADI. Kami diminta membaca manual tersebut terlebih dahulu sebelum mengikuti kursus.

Kemudian pada saat kursus dimulai, kami dijelaskan seluruh teori yang ‘belum’ sempat kami baca tersebut, plus setelah setiap bab selesai kami diminta mengisi quiz dan dinilai, mirip seperti sekolah dulu :). Namun bedanya dengan sekolah saya dulu, kali ini nilai saya tidak ada yang di bawah 8 lho…wkwkwkwk….

Ketika itu teori berlangsung sekitar 2.5 kali pertemuan antara pukul 18:00 hingga 21:00 di kantor saya. Hal ini bisa dilakukan karena kami semua enam orang, plus 4 orang teman lain, jadi total sepuluh orang, sehingga beliau tidak keberatan untuk datang. Kemudian confined water dive dilakukan di kolam renang milik instruktur, dan dilanjutkan dua hari berikutnya dengan open water dive di Tulamben Bali sebanyak 4 kali plus sekali Fun Dive.

Kembali ke topic teori, ternyata menyelam menggunakan tabung oksigen, tidak sama seperti kalau kita terjun dari pinggir kolam renang. Menyelam sambil bernafas menggunakan mulut di bawah air, jauh berbeda dengan menyelam sambil menahan nafas selama beberapa detik atau menit di kolam renang.

Dulu ketika masih kecil, ketika masih tinggal di Kotabaru, Pulau Laut, ketika masih kelas 1 SD, kami sudah biasa melompat dari pelabuhan laut ke laut lepas. Seringkali kami didatangi perahu2 bugis dari Sulawesi yang memiliki tanduk diujung perahu. Mereka biasanya mampir beberapa hari untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari sebelum melanjutkan perjalanannya.

Kami biasa menaiki perahu2 itu kalau lagi pas berenang, bermain-main dengan anak buah kapal orang2 Bugis dan sering juga diberi nasi jagung plus ikan asin :). Kemudian kami melompat dari ujung kapal itu ke permukaan air laut yang tingginya bisa mencapai 6 – 10 meter, dan menyelam hingga ke dasar laut yang dalamnya mungkin sekitar 6 – 12 meter tanpa menggunakan peralatan apapun.

Oleh karena itu, saya pikir tidak akan jauh berbeda dengan menyelam dengan menggunakan peralatan selam berupa tabung, mask dlsb. Namun ternyata, teori yang diberikan jauhhhh sekali bedanya dengan cara Tarzan yang saya lakukan. Tanpa mengetahui teori dasar menyelam, maka saya yakin hasilnya saya akan tetap tinggal di dasar laut untuk selama-lamanya :). Contoh saja mengenai istilah2 buoyancy, BCD, regulator, equalization, effect of increasing/decreasing pressure, perlunya buddy system dlsb dlsb. Pokoke semuanya baru bagi saya yang sok tahu ini.

Selain itu pula, confined water dive amat sangat penting dilakukan, dimana kita diajarkan bagaimana caranya kita mengatur nafas agar supaya bisa tenggelam, melayang, dan atau mengapung di air, sementara peralatan yang kita gembol alias gendong beratnya luar biasa menempel di tubuh (total hampir 20 kilogram terdiri atas regulator untuk bernafas, plus baju selam dan BCD, plus tanki udara syang mungkin sekitar 12 – 15 kilogram sendiri, belum lagi ditambah pemberat supaya bisa tenggelam yang tergantung berat badan si diver sendiri, antara 3 – 6 kilogram).

Kita juga diajarkan bagaimana membersihkan kabut di masker (sembari menyelam lho), melepas dan memasang regulator (alat yang kita gunakan untuk bernafas di mulut), bagaimana melepas dan memakai baju selam di dalam air, menggunakan regulator cadangan, melepas dan memasang pemberat, yang kesemuanya itu sangat mudah dilakukan di darat, tapi sulit di dalam air.

Apabila kita sudah cukup dengan latihan dasar di kolam, yang ketika itu kami lakukan hanya sekitar 4 jam di kolam renang, maka besoknya sudah siaplah diterjunkan ke laut beneran :).

Peralatan dasar menyelam

Sebelum saya lanjutkan ke pengalaman pertama menyelam saya, maka perlu saya singgung sedikit peralatan dasar yang harus kita miliki sebelum menyelam. Peralatan ini bisa disewa, namun karena sangat bersifat pribadi dalam artian ukuran dan penggunaan, maka saya sarankan membelinya sebelum memulai pelatihan.

Yang sebaiknya kita beli adalah:

1. Snorkel

2. Mask

3. Fin alias kaki katak

4. Boots alias sepatu karet

5. Wet suit alias baju selam

Keempat item 1 – 4 di atas saya beli satu paket pas lagi sale, yang kalau tidak salah sekitar 3 juta rupiah satu set merk MARES, sedangkan wet suit sekitar 1 juta rupiah merek BEUCHAT. Kalau memiliki dana yang cukup dan yakin akan menyukai diving, sebaiknya membeli yang bagus sekalian.

O iya sekalian glove, agar supaya tangan tidak menyentuh karang yang tajam atau biota laut yang beracun, selain itu juga glove bisa menahan dingin.

Selanjutnya kalau sudah benar2 menyukai diving perlu membeli: pisau, senter, diving computer kurang lebih 3 – 15 juta, terompet pakai gas (seperti yang biasa dipencet orang2 kalau new year eve itu), BCD (buoyancy control device) plus regulator yang kalau lagi sale sekitar 7 juta ke atas. Tidak perlu membeli tanki udara (sepertinya tidak ada divers yang membelinya :)), demikian juga dengan pemberat tidak perlu membeli juga.

Namun saat awal, cukup 5 item di atas plus glove saja sudah cukup. Sekali lagi, jika kelihatannya bakal suka, lebih baik beli yang bagus, karena dari pengalaman saya, beli peralatan murah hanya terpakai sekali dua setelah itu dijual rugi.

 Continue…My First Dive

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s