Diving
“Diving ????”. Itulah kata2 yang keluar dari mulut istri saya, sembari ternganga setengah tidak percaya, begitu saya mengungkapkan keinginan saya belajar menyelam. Sayang sekali saya tidak membawa pocket camera untuk memotret wajahnya yang penuh tanda tanya itu :).
“Iya, diving. Emang kenapa? ” begitu kira-kira jawaban saya, tanpa bisa menjelaskan lebih jauh kenapa kok ide aneh ini melintas sekonyong-konyong di kepala saya.
Sebenarnya saya sudah sering sekali mendengar cerita diving ini dari salah seorang sahabat lama saya, Ben Astono. Beliau sudah sangat kawakan di dalam urusan mengobok-obok dasar laut tersebut. Sejak beberapa tahun lalu dia sudah beberapa kali menceritakan pengalamannya diving kesana diving kesini, tapi tidak secuilpun ceritanya yang menarik perhatian saya. Saya hanya mantuk2 dengan wajah seakan-akan penuh perhatian, hanya supaya dia tidak tersinggung :), tapi tidak banyak yang nyantol di kepala, karena saya pikir aktifitas ini terlalu banyak persiapannya, memakan waktu dan terutama biaya.
Namun beberapa bulan lalu, ketika saya menjadi panitia Graduation SMA Kanisius, tempat bersekolah anak saya, saya kok secara kebetulan mendengar teman sesama panitia, yang tidak bisa mengikuti rapat karena harus menyelesaikan sertifikasi divingnya. Karena kebetulan saya mengenal baik beliau, jadi saya tanyalah bagaimana sih caranya memperoleh sertifikasi diving tersebut.
Eh setelah diceritakan, ternyata gampang banget, at least tidak serumit yang saya bayangkan sebelumnya.
Setelah memperoleh informasi dimana saya bisa mengikuti kursus menyelam, maka besoknya saya telpun tempat kursus menyelam tersebut sembari menanyakan secara detail syarat, proses dan biaya kursus hingga sertifikasinya. Ternyata menurut perhitungan saya, saya masih bisa menjangkaunya, baik dari segi waktu maupun biaya.
Dari sinilah kemudian saya mengungkapkan keinginan saya tersebut ke istri saya, dan yang kemudian ditanggapi dengan nada setengah percaya setengah terkejut itu :).
Sebenarnya keputusan saya untuk mengambil sertifikasi ini bukan tiba2 muncul hanya karena informasi teman saya saja, tetapi juga karena beberapa minggu sebelumnya saya membaca berita di Kompas seputar dampak Global Warming terhadap biota laut.
Salah satu artikel menguraikan mengenai dampak kenaikan suhu air laut yang mengakibatkan kerusakan parah pada karang laut sehingga banyak sekali jenis biota laut yang punah (hal ini saya lihat dengan mata kepala sendiri betapa parahnya kerusakan karang laut di beberapa lokasi penyelaman).
Selain itu diceritakan mengenai keindahan beberapa tempat penyelaman di Indonesia yang beberapa diantaranya sangat terkenal di seluruh dunia yaitu Bali, Bunaken, Wakatobi, Raja Ampat atupun Pulau Komodo. Di salah satu tulisan itu mengatakan bahwa jika keadaan ini berlangsung lama, maka dalam waktu 5 -10 tahun lagi, kita sudah sulit menikmati keindahan laut yang tiada taranya tersebut.
Wahhh…saya pikir, kalau 5 – 10 tahun lagi punah, saya kan tidak kebagian menikmati bagian dunia yang selama ini hanya saya dengar ceritanya dari sana sini atau dari foto2 di majalah National Geographic atau film2 di National Geographic Channel. Hmmm…saya pikir, I have to do this before I die lah :). Jadi begitulah kemudian cerita saya ini akan saya awali.
Proses sertifikasi
Ternyata untuk bisa menyelam kita harus memiliki SIM (Surat Ijin Menyelam, ini istilah karangan saya sendiri lho) seperti layaknya kalau kita mau menyetir mobil. Kita tidak bisa seenaknya pergi ke lokasi penyelaman, menyewa alat selam dan kemudian nyemplung di laut seperti yang saya bayangkan.
Penyewaan alat selam tidak akan mau menyewakan peralatannya tanpa kita bisa menunjukkan kartu sertifikasi selam kita. Kira-kira begitulah kode etiknya, selain itu pula kalau sudah tahu sulitnya menyelam, memang tidak ada sih orang yang cukup gila mau menyewakan alat2 selam ke orang awam.
Namun akhir2 ini di Bali dan beberapa daerah yang memiliki situs penyelaman yang ramai dikunjungi wisatawan, banyak penyewaan alat selam yang berani menawarkan jasa penyelaman ke orang2 tanpa yang belum bersertifikat hanya dengan training seadanya. Saya pribadi sama sekali tidak setuju dengan cara2 seperti ini, karena melakukan penyelaman tanpa persiapan yang baik adalah amat sangat berbahaya. Saya amat sangat tidak merekomendasikannya.
Kartu SIM ini dikeluarkan oleh bebeberapa organisasi penyelam international yang bisa kita lihat di website ini http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_diver_training_organizations. Salah satu yang sangat terkenal dan terbesar adalah PADI (Professional Association of Diving Instructors). Asosiasi ini yang mengeluarkan standardisasi training secara tertulis maupun praktek hingga mengeluarkan kartu sertifikasi bagi kita, setelah melalui kursus tertulis dan praktek di kolam (water confined dive) maupun di laut (open water dive).
Kursusnyapun bermacam-macam seperti PADI Skin Diver (Snorkeling), PADI Junior Scuba Diver, PADI Scuba Diver, PADI Junior Open Water Diver, PADI Open Water Diver dll ( kita bisa melihat secara lengkap apa-apa saja sertifikasi yang diterbitkan PADI di site ini http://en.wikipedia.org/wiki/Professional_Association_of_Diving_Instructors). Saya sendiri mengambil yang PADI Open Water Diver.
Bagaimana syarat untuk mengikuti sertifikasi PADI ini? Syarat untuk mengikuti kursus ini sangat sederhana, pertama tentu saja harus berani menghadapi air alias bisa berenang lha yawww 🙂 dan kedua bersedia membayar biaya kursusnya hahahaha… Maksud saya, sangat straight forward lah.
Kursus terdiri atas 3 bagian, pertama teori: kurang lebih 3 kali pertemuan, kedua: water confined dive (menyelam di kolam) kurang lebih 3 kali dan ketiga, terakhir, open water dive (menyelam di laut) 4 kali.
Secara teori keseluruhan kursus ini bisa kita selesaikan dalam waktu kurang lebih 2 minggu, tapi bisa juga teori dan confined water dive dikebut hanya dalam 4 hari, seperti yang saya lakukan, kemudian menyusul 2 hari open water dive setelah menemukan waktu yang tepat tentunya. Just like that actually, mudah sekali kan?
Pada saat mengambil kursus dan sertifikasi ini, sangat penting memperoleh instruktur yang berpengalaman, karena mereka bisa menentukan bahan2 teori / praktek mana yang harus (mandatory) kita kuasai dan bahan2 mana yang optional. Demikian juga halnya dengan praktek di kolam renang, apalagi pada saat di laut.
Pada saat praktek di laut, instruktur yang berpengalaman adalah mutlak, karena setelah kita berada di bawah laut, dunia itu sudah bukan dunia kita lagi. Kita benar-benar tidak berdaya di bawah sana, dan kita akan amat sangat tergantung pada instruktur kita. Setelah selesai sertifikasipun instruktur berpengalaman akan sangat membantu memberi advise lokasi2 penyelamanan mana yang paling cocok buat kita. Jadi pilihlah instruktur yang berpengalaman.