Worth trying activities you should try before you die: Surfing (2/6)

Surfing

Kegiatan kedua yang juga perlu dicoba adalah surfing. Saya rasa tidak perlu lagi saya jelaskan apa itu surfing kan? Semua pasti tahu dan mungkin juga tergiur untuk mencobanya. Rasanya asyik bener bisa menunggangi ombak yang bergulung-gulung itu ya kan, ahhhh…rasanya pingin nyoba juga.

Kesempatan mencoba surfing muncul tanpa rencana ketika kami sekeluarga berlibur ke Bali. Ketika tiba di kamar hotel, iseng2 saya lihat brosur2 yang bertebaran di meja kamar dan saya menemukan ada kursus kilat surfing di Double Six, kawasan Legian, Bali.

Tanpa pikir panjang, saya ajak anak2 untuk mencobanya, ehhh…dasar anak2 sekarang, mereka malah kalah antusias dengan bapaknya :). Anak2 sekarang lebih betah di kamar hotel, asal ada PS3 atau game lainnya, tempat lain sudah tidak menarik lagi. Jadi dengan sedikit bujuk rayu dan banyak ancaman wkwkwkw…akhirnya kamipun berangkat juga.

Sesampai di lokasi, di Double Six, kami segera mencari tempat kursus surfing ini. Kami mengisi formulir (pernyataan bahwa kami dalam keadaan sehat, mereka tidak bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi bla..bla..bla) yang segera kami tanda tangani dan membayar biaya kursus singkat ini. Kami diminta mengganti baju dengan yang telah disediakan, dan segera menuju pantai yang hanya berjarak beberapa puluh meter di depan tempat kursus.

Setibanya di pantai, ternyata sudah ada sekitar 20 orang yang duduk di pasir di pinggir surf board masing2. Kami segera memilih surf board yang sesuai dan ikut duduk mendengarkan penjelasan instruktur sembari mengikuti gerakan2 yang diajarkan. Setelah hanya sekitar 20 menitan diberikan kursus kilat, kamipun segera disuruh membawa surf board masing2 ke bibir laut, dan mulailah kami bersurfing ria.

Saya mencoba beberapa kali menunggangi ombak yang kalau di televisi tampak mudah itu, namun harus saya akui ternyata sudah tidak sesuai lagi untuk orang seusia saya, terlalu aggressive :). Olahraga ini mungkin akan saya senangi jika saja saya berkesempatan mencobanya sepuluh atau lima belas tahun lalu. Jadi bagi teman2 yang masih muda atau berjiwa muda, coba deh surfing sekarang ini, jangan menunggu kalau sudah seusia saya. Kalau umur sudah menjelang senja seperti sekarang ini (aduh melo banget), dan tubuh sudah tidak bisa lagi diajak berkompromi untuk “bedigasan” atau “pecicilan”, maka surfing menjadi terlalu sulit bagi saya.

Lha coba bayangkan, kita harus bisa berdiri secara cepat dari posisi tiarap di atas surf board dengan kedua telapak tangan di kanan dan kiri pinggang, ke posisi berdiri dengan sedikit membungkukkan badan. Melakukan hal ini di darat sih masih ok-ok aja, namun demikian setelah disuruh berlatih kurang lebih 10 kali, melompat dari posisi berbaring ke posisi berdiri, maka nafas sayapun tersengal-sengal juga.

Kemudian setelah melakukan beberapa kali latihan di pinggir pantai, kita harus menggotong sendiri surf board yang gede dan terasa berat itu, ke bibir pantai. Sesampainya di bibir pantai kita masih harus mendorong surf board tersebut ke tengah laut ditingkahi tamparan ombak yang menuju pantai, bagaimana nafas tidak tambah ngos2an lagi.

Setelah kita mencapai tempat dengan ketinggian air laut sedada, barulah kita berhenti dan menanti gelombang yang paling tinggi untuk kita tumpangi. Tidak semua gelombang pantas kita naiki, katanya harus yang paling tinggi supaya efeknya bisa sampai jauh ke pinggir pantai. Begitu gelombang yang kita anggap cukup tinggi datang, maka kita harus segera menaiki surf board, tiarap dengan tangan di pinggir pinggang, mengangkat kepala sedikit, kemudian secepat kilat melompat berdiri…huppp…. dan….jeburrrr….kecemplung laut…. karena belum bisa menyeimbangkan badan :).

Kemudian hal di atas kita ulangi lagi dengan mendorong surf board ke tengah laut, menanti gelombang yang ok punya, tapi sekarang kondisinya dengan nafas yang lebih tersengal-sengal dan beberapa kali minum air laut, menunggu gelombang yang tepat menghampiri kita, kemudian secepat kilat menaiki surf board, meloncat berdiri, dan jeburrrr lagi… untuk kesekian kalinya.

Setelah mencoba beberapa kali, tanpa hasil yang memuaskan, akhirnya saya sadar diri bahwa surfing bukanlah olahraga untuk orang yang sudah tidak prima lagi olah tubuhnya. Tambahan pula ketika itu, bibir saya sempat di tampol sama surf board karena tamparan gelombang, sampai bibir bawah berdarah dan mulut jadi monyong :).

Soooo…selamat tinggal surfing, tinggal satu lagi yang harus dicoba…yaitu diving :).

Continue…Diving

6 thoughts on “Worth trying activities you should try before you die: Surfing (2/6)

  1. wow, pak Guntur, keren banget foto2nya…
    sebenernya saya rajin baca blog ini, hanya saja sekarang saya tertarik untuk komen karena liat foto pak Guntur belajar surfing 😀
    saya hampir tidak percaya apa itu benar pak Guntur, ternyata oh ternyata, keren juga pak bisa berdiri dan sempat difoto ( ini yang penting pak, buat pamer 😛 ) di atas papan surfing

    dari apa yang saya lihat dan baca, ternyata belajar surfing tampak menyenangkan
    dan saya pasti akan coba deh suatu saat nanti sebelom “boyokken”…

    thx pak buat inspirasinya… 😀

    • Iya betul Pep, lumayanlah jatuh bangun tapi dapat foto buat pamer wkwkwk…:)

      Ayo kamu nanti ikutan surfing, ntar fotonya dipajang di kantor ya :).

      Sekalian juga bungee jumping ya Pep 🙂

      • huahahaha… pak dengan body yg semlohay ini…
        saya itu bukan ragu buat berani surfing menghadang ombak pak 😀
        tapi bisa ga ya saya tu dari tiduran lsg berdiri spt yg bapak ceritakan… hahahaha
        kayanya harus diet ketat dlu… 😛

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s