Tulisan ini saya tujukan bagi teman2/adik2 yang belum pernah mendengar, mencoba atau pernah mendengar tapi belum sempat mencoba olahraga seperti mancing, surfing, dan teristimewa diving. Tulisan ini panjang sekali, semoga betah membacanya. Tulisan ini merupakan repost dan rewrite dari Facebook’s Note saya.
Not recommended bagi yang sudah kawakan atau expert di bidang ini, karena tulisan ini ditulis oleh ‘rookie’ di semua bidang ini dan pasti akan sangat menggelikan bagi jagoan2nya membaca tulisan saya ini.
————————————————————————————————-
Pada beberapa kesempatan liburan terakhir, saya mencobai beberapa aktivitas yang tidak biasanya saya lakukan, yaitu mancing di laut lepas, surfing dan diving. Kegiatan olahraga seperti ini tidak bisa kita lakukan sehari-hari seperti jogging, swimming, basket, badminton dll. Oleh kerena itu hanya bisa dilakukan ketika sedang berlibur atau bepergian ke tempat2 yang menyediakan fasilitasnya.
Sebenarnya kalau ada kesempatan pingin juga sih mencoba wind surfing, bungee jumping, hang gliding serta beberapa olahraga tidak umum lainnya. Maklum masa kecil suram dan saat ini umur sudah semakin memuncak, jadi selama masih bisa leluasa menggerakan tubuh pingin juga melakukan hal2 tersebut :).
Saya menuliskan pengalaman saya ini dengan harapan agar teman2 atau adik2 yang mungkin pernah tertarik tetapi tidak tahu bagaimana mulainya, bisa segera memulainya, seperti yang saya alami juga. Semoga melalui tulisan ini ada yang berkesempatan mencobanya selagi masih muda, selagi badan masih mudah ditekuk-tekuk, selagi masih bersemangat ‘pencilakan’ dan ‘pencolotan’ wkwkwkwk….
Saya sendiri baru menyadari betapa telatnya mengenal ketiga kegiatan itu. Seandainya saja saya melakukannya dari sedari muda, saya rasa ketiganya akan menjadi hobby saya. Namun karena umur sudah tidak memungkinkan untuk macam2, maka dari ketiga kegiatan itu ternyata hanya diving yang nyantol di hati. Oleh karena itu saya akan menulis lebih detail mengenai Diving.
Mari kita mulai dengan kegiatan pertama lebih dahulu, ok.
Mancing
Kegiatan mancing pernah beberapa kali saya lakukan ketika masih kecil dulu, ketika saya masih tinggal di kota kelahiran saya Kotabaru, Pulau Laut. Kota yang terletak di sebuah pulau kecil di ujung tenggara Pulau Kalimantan ini, persis terletak di pinggir laut, sehingga kegiatan memancing banyak dilakukan oleh anak2 disana.
Karena letaknya yang persis di pinggir laut, saya biasa bermain-main di rumah paman saya yang tepat dipinggir laut. Ikan2 kecil hingga sedang bisa kita lihat berseliweran jika kondisi air lagi jernih. Namun, ketika itu kegiatan mancing hanya asal2an mancing ikan2 kecil yang tampak di permukaan saja :).
Sedangkan orang dewasa di kota kelahiran saya, tidak banyak yang mancing karena mungkin sudah sedemikian bosannya melihat ikan yang menjadi makanan sehari-hari ketika itu. Kami bahkan sangat jarang makan daging ayam, sapi atau babi yang merupakan bahan makanan langka dan harus ‘diimport’ dari Surabaya. Bahkan karena begitu seringnya makan ikan dan keluyuran di pasar ikan, saya hingga kuliah tidak pernah tahu artinya bau amis. Saya baru mengenal bau amis setelah puluhan tahun meninggalkan kota kelahiran saya, dan tidak lagi pernah ke pasar ikan :).
So ketika beberapa tahun lalu saya dengan anak2 berkesempatan mengunjungi kota kelahiran saya itu, saya ingin memberikan pengalaman ke mereka dengan mengajak mancing di laut. Mereka pernah mencoba beberapa kali memancing di kolam ikan di Jakarta, tapi belum pernah di laut lepas. Jadi begitulah, setelah mempersiapkan peralatan yg diperlukan, menyewa perahu motor beserta pawang ikan (begitu istilah bagi org yg mengetahui keberadaan ikan), maka kamipun siap untuk memulai petualangan memancing.
Kami ketika itu berangkat sore menjelang malam hari dan tiba di lokasi sekitar 2 – 3 jam dari pelabuhan. Setiba di lokasi langit sudah sangat gelap, cahaya yang ada hanya dari lampu kecil di kapal kecil kami, dan bintang2 yang bertaburan begitu indahnya di langt. Di tengah2 laut lepas di antara beberapa pulau itu, sang pawang beberapa kali memeriksa kedalaman, kekeruhan dan kecepatan arus dengan menggunakan bandul pancing.
Kami sempat beberapa kali berpindah lokasi sampai akhirnya sang pawang merasa puas dengan lokasi pilihannya, maka jangkarpun dilemparkan agar kapal kecil kami tidak hanyut oleh arus. Kamipun mulai mempersiapkan peralatan pancing dan mulai menancapkan berbagai macam umpan yang telah dipersiapkan oleh awak kapal.
Setelah dirasa siap, mulailah kami melempar pancing kami…huppsss…nyangkut di geladak kapal, ulang lagi…huppss…hanya terlempar beberapa puluh centimeter dari kapal…. Hehh…ternyata tidak mudah juga ya J, namun hal ini tidak mengurangi semangat kami memancing, hingga kami mampu melempar sejauh pemancing amatiran bisa melempar :).
Setelah pancing dilempar, tidak ada hal lain yang bisa kita lakukan kecuali menunggu umpan disambar oleh sang ikan yang lagi apes. Namun kerjaan yang tampaknya mudah ini, sama sekali tidak mudah, beberapa kali kami tertipu oleh gerakan arus air yang serasa seperti kedutan2 umpan dimakan ikan, ketika kami tarik tidak ada apa2. Atau tidak terasa apa2, ketika ditarik umpan sudah habis. Namun herannya, anak2 sedemikian excited, mereka berpindah2 lokasi dari ujung ke ujung kapal seakan-akan pemancing professional saja.
Ketika lagi konsentrasi merasakan kedutan2 di senar pancing, tiba2 ada yang berteriak “Yesss….dapat satu!!”, sebentar kemudian diujung lain lagi juga berteriak hal yang sama, begitulah sepanjang malam terdengar sesekali teriakan2 pancingan mereka disambar ikan bersautan dari sana sini. Hal ini membuat yang belum dapat semakin penasaran, dan semakin melek matanya, padahal jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi.
Anak2 sama sekali tidak tampak bosan atau kelelahan, heran bener, bahkan mereka tidur2an di geladak kapal, ada juga yang tidur2an persis dipinggir kapal dengan sebelah tangan memegang pancing dan satunya lagi memegang pinggiran kapal, semuanya hanya beratapkan langit hitam yang ditaburi bintang gemerlapan. Jika ada gelombang kecil saja, mereka bisa terlempar ke laut lepas, tapi mereka tidak peduli :).
Kegembiraan atau kepuasan yang mereka rasakan jika ada ikan terpancing benar2 membius mereka, mereka benar2 rela bergeletakan di geladak atau pinggir kapal untuk merasakan hal itu J. Hal ini berlangsung hingga matahari terbit dan kami pulang dengan membawa 2 box penuh ikan bermacam ragam, beberapa diantaranya ikan kerapu yang terkenal mahal di Jakarta.
Pengalaman memancing ini benar2 disukai anak2, mereka berkali-kali meminta saya untuk kembali ke Kotabaru hanya untuk mancing. Sementara saya sendiri setelah mencoba beberapa kali tidak juga memperoleh hasil, sayapun berkesimpulan enakan mancing pakai uang di seafood restaurant wkwkwkw…. Sudahnya pasti dapat ikan, bahkan pula sudah tersedia di atas meja wkwkwkwk…
Jadi, meskipun memancing merupakan kegiatan yang exciting buat anak2, tetapi tidak buat saya. Bagaimana dengan pembaca semua, terutama yang hobby mancing, apakah bisa share apa yang membuat memancing sedemikian menarik.