Hmmm…lama juga saya mempertimbangkan apakah akan lanjut atau meninggalkannya. Saya sempat duduk berdiri dan duduk lagi untuk beberapa saat, karena pada saat itu saya “merasa” belum memperoleh cukup informasi. Saya merasa perlu memperoleh informasi dari orang yang pernah mengalaminya, bukan hanya dari si dokter atau pihak klinik saja karena informasi seperti ini biasanya jauh lebih jujur daripada si penjual.
Namun saat itu, beberapa peserta sudah sibuk mengisi formulir, sudah saling ribut saja. Terus terang saat itu saya benar2 terombang-ambing, antara keinginan kuat untuk tidak berkacamata dengan akal sehat yang mengatakan bahwa saya belum explore lebih dalam lagi. Tetapi rupanya keinginan tidak berkacamata mengalahkan akal sehat saya, sehingga akhirnya sayapun merelakan kartu kredit saya digesek sebesar uang muka tadi. Dan dengan demikian saya memiliki waktu 1 bulan untuk melakukan pengecekan mata dan tindakan operasinya.
Setelah itu saya mencoba lagi menanyakan ke Om Google, sayangnya tidak banyak yang menuliskan pengalamannya, terutama pengalaman buruknya terhadap LASIK. Ada juga sih bercerita mengenai kegagalan operasinya, atau sangat menjelek-jelek LASIK ini, namun sangat tendensius, saya sendiri ingin cerita pengalaman yang fair.
Dua minggu setelah seminar itu, saya kemudian memutuskan untuk melakukan pemeriksaan mata. Selama kurang lebih dua jam, mata saya diobok-obok untuk mengetahui apakah memungkinkan untuk dioperasi LASIK. Kalau tidak salah ada 10 proses pemeriksaan, beberapa diantaranya adalah pengecekan plus/minus menggunakan computer (seperti di optik2 di mall itu), kemudian pengecekan secara manual (seperti di optic juga), kemudian pemotretan mata, lalu pemeriksaan ketebalan cornea dimana mata kita ditetesi obat bius mata sehingga jadi kebal dan bisa ditonyol-tonyol pakai alat untuk mengetahui ketebalannya, juga ada proses dimatana mata kita ditempelin kertas untuk mengetahui produksi air mata dan lain-lain.
Keseluruhan proses itu memerlukan waktu sekitar 2 jam dengan penanganan yang sungguh professional dan peralatan yang sangat modern. Setelah seluruh proses selesai, kita akan dipertemukan dengan dokter mata untuk membacakan hasilnya. Untuk kasus saya hasilnya adalah bisa dioperasi dengan catatan produksi air mata tidak banyak (indikatornya adalah 3 dari seharusnya rata2 8), artinya kalau saya menangis, air mata saya mungkin tidak akan banjir :). Namun intinya, mata saya memungkinkan untuk dioperasi, tinggal tanggal mainnya ditentukan.
Pada saat itu dokter juga secara professional sudah menjelaskan ke saya, kalau setelah dioperasi mata ada kemungkinan mata akan kering, namun katanya dengan teknologi yang baru ini sudah tidak lagi, dan saya harus berkacamata plus. Saya ulang bagian terakhir, dokter dengan nada datar mengatakan bahwa setelah ini saya pada saat2 tertentu mungkin akan menggunakan kacamata PLUS. Ini yang saya tidak menyadari impactnya. Ini yang akan saya ceritakan secara lebih detail nantinya.
Seminggu saya memiliki waktu untuk berpikir untuk melakukan tidakan operasi LASIK ini atau tidak, karena semakin dekat dengan hasil pemeriksaan, akan semakin bagus hasilnya. Hasil pemeriksaan itu yang nantinya akan digunakan sebagai parameter didalam meLASIK mata saya.
Setelah berpikir dan berpikir, namun tentu saja pikiran tidak akan berkacamata lagi lebih mendominasi otak saya ketimbang hal-hal lain, maka akhirnya saya tentukan tanggal dan harinya. Saya akhirnya menetapkan hari Senin, tgl 23 Agustus 2010 yang lalu, sebagai tanggal eksekusi. Tadinya sempat terpikir untuk dilakukan hari Jumat, tapi schedule saya kebetulan penuh, dan lagi setelah LASIK katanya besoknya ada pemeriksaan lanjutan. Lagipula menurut dokternya, sehari setelah operasi kita tetap bisa bekerja seperti biasa, jadi hari apapun tidak masalah.
So, tanggal 23 Agustus 2010, sekitar pukul 16:30 saya ke klinik tersebut, tanpa persiapan yang aneh2. Kemudian mendaftar ulang, dan kemudian disodori selembar atau dua lembar kertas disclaimer bahwa setelah operasi ada kemungkinan begina begini yang telah dijelaskan sebagian pada saat seminar, yang juga tidak akan mempengaruhi keputusan saya, dan tanpa banyak pikir saya tanda tangani.
Saya diminta masuk, menggunakan baju operasi, dan disuruh duduk untuk ditetesi obat bius mata. Detak jantung saya juga diperiksa, namun saat itu saya benar2 tenang, sangat percaya diri karena sesudah itu mata saya akan bebas kacamata …yeeyyy….. Hanya dalam hitungan menit, cornea mata kita menjadi melebar, pandangan menjadi silau, dan kita digiring ke ruang operasi yang memiliki kaca tembus ke ruang istri saya yang sedang menunggu.
Saya diperintahkan untuk berbaring menghadap langit2 diantara dua alat operasi yang kelihatan masih baru. Sementara asistent dokter mempersiapkan alat, dokter tiba dengan bersiul-siul, sangat santai dan professional.
Setelah seluruh peralatan siap, dan dokter menanyakan kesiapan saya, maka dokter mulai memasang alat untuk membuka kelopak mata kiri saya. Saya tetap bisa melihat namun karena sangat dekat sehingga tampak kabur, dan kemudian alat di mesin sebelah kiri ditarik, dipasang ke pembuka kelopak mata, kemudian alat ini mengisap cornea saya sehingga menjadi cembung dan dalam sekejap kemudian dokter mengatakan flap cornea saya sudah dibuka. Hal yang sama dilakukan untuk mata kanan saya.
To be continued…