Tulisan iseng saya mengenai pilgub DKI Jakarta kemarin, ternyata memperoleh response beragam dari teman2 saya hari ini. Namun yang paling menggelitik dari semua response itu adalah pertanyaan ke saya yang menanyakan kenapa sih kok saya milih pasangan Jokowi – Ahok? Emangnya JB paling bagus? Kan banyak pilihan lain yg mungkin lebih baik? Hmm….kenapa JB ya? Apa ya alasannya?
Hehehehe…bingung juga jawabnya, tapi yang pasti, ternyata ampuh juga ya yang namanya blog ini, bahkan sampai2 temen yang udah lama gak pernah say hello pun sampai penasaran dengan pilihan saya.
Balik ke pertanyaan teman2 saya, kenapa ya?? Napa kok saya milih JB ya? Hmmm…terus terang saya tidak bisa menjawab langsung jawaban ini, karena sebenarnya saja saya tidak mengenal secara detail kedua orang kandidat calon gubernur dan wakilnya ini. Nah lho… ketahuan deh asal pilih wkwkwk…. Tapi nggak kok…berikut alasan saya milih pasangan kontroversial JB.
Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama
Sosok yang pertama kali saya kenal adalah si Ahok. Saya mengenal beliau secara kebetulan ketika beberapa bulan lalu selagi iseng mindah-mindah channel TV local, mata saya tertumbuk melihat ada seorang keturunan Tionghoa yang berbicara berapi-api seenak udelnya pada acara talkshow Kick Andy. Penampilan beliau yang lugas dan ceplas-ceplos itu menarik perhatian saya.
Alih-alih memindahkan ke channel lain, saya malah terpaku menatap acara Kick Andy ini. Saya bertanya-tanya dalam hati, siapa sih orang edan ini, kok berani sekali membicarakan mengenai kebobrokan pejabat-pejabat pemerintahan seakan-akan dia pernah menjabat saja. Jawaban2nya atas pertanyaan2 Kick Andy dilakoninya dengan gaya santai, tegas, ceplas-ceplos dan mengena. Setelah beberapa saat mengikuti acara ini barulah saya tahu kalau wong edan inilah si Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok, bekas Bupati Belitung yang pernah samar2 saya dengar sepak terjangnya.
Saya ketika itu hanya sempat mengikuti sebagian acara Kick Andy, namun dalam waktu yang cukup pendek itu, saya terkesan dengan gaya bicaranya yang bebas lepas, logika berpikirnya yang masuk akal, cara pandangnya yang memiliki visi ke depan, keberaniannya (atau kenekatannya?) mengeritik pejabat dan teristimewa keberpihakannya pada rakyat kecil.
Sejak saat itu saya sesekali mulai menyempatkan diri untuk mengikuti pemberitaan mengenai Ahok ini, hingga kemudian tiba2 muncul issue2 bahwa beliau akan dicalonkan/mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI.
Heh… yang bener aja pikir saya, Gubernur DKI?? Keturuan Tionghoa mau menjadi Gubernur DKI??? Apa gak salah ini orang? Takabur bener, emang dia pikir siapa kok berani mimpi menjadi Gubernur kota paling sok se Indonesia ini??
Kemudian setelah itu saya beberapa kali menerima email maupun message mengenai pengumpulan fotocopy KTP sebagai syarat bagi beliau untuk bisa mengajukan diri sebagai sosok independen cagub DKI.
Saya hanya tersenyum saja membaca email atau message itu, sembari mbatin dasar orang2 gak ada kerjaan. Saya sama sekali tidak tergerak mengikuti gerakan orang2 edan ini, yang menurut saya terlalu berlebihan, termasuk didalamnya adalah undangan untuk mengumpulkan KTP sebagai bentuk dukungan pencalonan beliau sebagai Cagub DKI. Welehh pakk…. ngapain lah ikut2an orang gak ada kerjaan, bikin capek aja :). Begitu sikap sok tahu saya ketika itu.