Tulisan saya ini saya tujukan bagi siapa saja yang percaya bahwa jodoh itu berada di tangan Tuhan. Dan doa dari orang yang percaya, didengarkan olehNYA.
Tiga minggu yang lalu saya bertemu dengan seorang sobat lama semasa SMA dalam suatu acara reuni yang ke 30 di Trawas, Jawa Timur. Sejak berpisah dari lulus SMA, saya sempat bertemu sekali ketika reuni ke 25, lima tahun yang lalu. Dalam kurun waktu 30 tahun itu, kami tidak pernah memperoleh kesempatan untuk berbicara lebih dari beberapa menit saja.
Namun entah kenapa, pada malam terakhir reuni kami terakhir itu, justru saya berbicara panjang lebar dengan dia, sebut saja X, ketika seluruh teman2 saya lainnya sedang asyik berjojing ria dan tertawa terbahak2 di dining hall di bawah sana.
Malam terakhir dari rangkaian reuni saya dengan teman2 adalah acara bebas. Sehabis makan malam, teman2 saling berbagi pengalaman selepas SMA, dan kemudian dilanjutkan dengan bernyanyi dan berdisco ria diselingi mencicipi wine yang telah disediakan panitia. Saya yang tidak terbiasa minum minuman seperti itu, setelah mencoba 1 – 2 sloki merasa muka menjadi merah dan kepala menjadi berat.
Setelah mencoba bertahan beberapa saat tidak juga membaik, malah kepala seperti dijedukin tembok dan cenut2, maka saya memutuskan untuk kembali ke barak saya. Ya pembaca tidak salah baca kalau saya katakan barak, karena kamar yang kami tempati berisi 22 ranjang single dengan kasur busa yang keras.
Ketika saya tiba di barak saya, saya hanya seorang diri saja, sementara dentuman music disco dan buraian tawa teman2 membahana seantero lokasi reuni kami. Setelah membuka pintu, saya sejenak ragu2 untuk memasuki ruangan yang kosong melompong itu. Sunyi sepi hanya ada 22 ranjang kosong dengan koper dan pakaian berhamburan dimana-mana.
Hmm..apa balik lagi ke dining hall aja ya? Masa temen2 pada cekakakan saya malah mendekam di kamar sendirian? Tapi…kepala yang terasa berat dan telapak kaki yang seperti dibetot-betot karena harus berjalan dan berdiri seharian membuat saya mengurungkan niat turun kembali ke dining hall tempat berlangsungnya keriuhan di bawah sana.
Saya akhirnya memutuskan untuk melipat pakaian dan merapikan barang2 untuk saya masukkan ke koper, dan kemudian tidur2an di ranjang sambil membaca beberapa messages yang belum sempat saya baca selama 2 hari terakhir.
Selagi sedang membaca messages, tiba2 saya mendengar pintu ruangan dibuka dan si X nongol sendirian. Rupa2nya dia juga tidak bisa menikmati hingar bingar dentuman music dan cekakakan teman2 lain yang lagi mengeluarkan segala jurus disco mereka.
Saya hanya menoleh dan menyapa sekedarnya sembari terus asyik membaca messages di BB saya. Belum habis saya membaca seluruh messages, tiba2 dia nyeletuk:”Aku dulu juga mengalami kisah hidup yang dramatis seperti sharing kamu tadi”, katanya. Dia mengatakan demikian karena pada saat sharing, saya menceritakan sedikit pengalaman pahit saya sebelum memulai usaha yang saya dalami saat ini. (Mudah2an suatu saat nanti saya berkesempatan menulisnya)
“Oh ya?”, langsung bangkit rasa ingin tahu saya mendengar celetukan dia. Saya yang tadinya rebahan di ranjang, mulai menyenderkan badan di kepala ranjang. Setelah ngobrol sana sini mengenai keluarga, diapun menceritakan hal yang membuat saya duduk tegak dengan bulu kuduk berdiri. Cerita ini hanya sebagian dari kisah hidupnya yang paling menarik saya untuk saya tulis disini.
Cerita ini sudah saya confirm ke beliau untuk boleh dishare ke pembaca, karena menurut saya ceritanya bisa memberikan inspirasi bagi yang percaya. Jadi bukan sayanya jadi ‘ember’ yang suka menceritakan kehidupan pribadi seseorang di blog saya ini.Hal ini perlu saya jelaskan agar pembaca tidak mengganggap saya tukang gossip lho 🙂.
Si X kemudian menceritakan mengenai susahnya kehidupan masa kecilnya, ketika pada usia masih 5 tahun sudah ditinggalkan oleh ayahnya karena perceraian, sehingga ibunya seorang diri harus menghidupi dia beserta dengan 5 orang kakaknya yang masih kecil-kecil juga.
Dia menceritakan betapa keras kehidupan yang dia jalani sehingga untuk bersekolahpun dia harus berjalan kaki sendiri selama sejam pergi dan sejam lagi pada saat pulangnya. Kemudian cobaan demi cobaan hidup dialami keluarga ini hingga ibunya pun juga meninggal dunia karena kanker payudara yang dideritanya selama beberapa tahun, ketika dia belum juga genap berumur 10 tahun.
Semua kekerasan & kesulitan hidup berulang menimpa mereka berenam. Hal ini terutama sekali dirasakan oleh si X karena dia anak yang paling kecil diantara 6 bersaudara. Kekerasan hidup ini bahkan pernah mengakibatkan dia tidak tahan lagi hingga hampir pernah berpikir untuk mencoba membunuh diri saja.
Beruntung, si Ibu yang luar biasa itu masih sempat menanamkan prinsip beragama Kristen yang kuat kepada ke enam bersaudara itu, sehingga mereka bisa melalui seluruh tantangan hidup hingga satu persatu boleh memperoleh penghasilan yang baik.
Kilasan kehidupan si X ini perlu saya ceritakan karena iman yang pegang selama hidupnya itu kemudian yang menjadi inti cerita bagaimana dia akhirnya memperoleh pasangan hidup yang sekarang menjadi istri tercintanya.
Mari kita teruskan.
Sejak SMA dia memang sudah mempunyai seorang pacar yang juga teman SMA saya. Hal ini sudah kami ketahui semua kecuali bahwa ternyata perjalanan pacaran mereka tidak berlangsung hingga ke jenjang lebih jauh lagi, namun kandas di tengah jalan karena dia merasa pasangannya ini bukanlah pilihan Tuhan baginya.
Tidak ada gejolak selama mereka berpacaran, tidak ada perselisihan pendapat yang berarti, namun dia yang dididik secara Kristen dengan baik, selalu membawa semua rencana hidupnya dalam doa.
Dia mempercayai bahwa Tuhan punya rencana untuk setiap anakNya dan Tuhan bisa berbicara kepada anakNya dengan berbagai cara, termasuk secara audible (berbicara langsung ke telinganya) mengatakan bahwa si gadis bukan merupakan pasangan hidupnya. Sehingga akhirnya mereka berpisah secara baik-baik.
Selama kurang lebih 4 tahun kemudian dia beberapa kali bertemu dengan beberapa gadis yang dia senangi namun Tuhan mengatakan bukan pasangannya. Beberapa kali dia merasa cocok namun masih juga belum memperoleh restu untuk menjadi pasangan hidupnya, sehingga dia sempat frustasi dan mengatakan bahwa jika Tuhan mengijinkan dia memperoleh pasangan, maka dia memohon Tuhan menunjukkannya, namun jika tidak dia akan memutuskan membujang seumur hidup.
Saya tersenyum mendengar ‘ancamannya’ ini, namun tetap setia mendengarkan ceritanya.
Suatu ketika, pada saat dia sedang terburu-buru menuju tempat kursus bahasa Inggris yang sedang dia ikuti, tiba2 adik perempuan teman dekat dia nongol tanpa ada janji sebelumnya. Si nona, sebut saja Y, ingin meminta tolong entah untuk apa. Si X yang lagi terburu-buru takut telat, tidak memperhatikan apa yang diucapkan si Y, namun langsung kabur begitu saja. Dia hanya sempat mengatakan:”Nanti ya Y, saya lagi buru2. Sejam lagi aja kamu balik ya, sorry”.
That’s it.
Namun ketika si X berbalik berjalan menuju kamarnya untuk mengambil sesuatu dalam keadaan terburu-buru sebelum berangkat kursus, tiba2 dia mendengar dengan jelas di telinganya, Tuhan mengatakan:”Inilah pasanganmu, perempuan ini yang akan menjadi istrimu”.
X yang sedang terburu-buru, antara percaya dan tidak, tetap melanjutkan perjalanannya ke tempat kursus bahasa Inggris, dimana kemudian dia sepanjang pelajaran hari itu sama sekali tidak bisa berkonsentrasi.
Berjuta-juta tanda tanya berkecamuk di kepalanya.
Si Y?? Heh?? Si Y????
Adik dari teman akrabnya yang sejak dulu tidak pernah dia perhatikan itu??
Adik temannya yang juga selama ini telah dia anggap sebagai adik juga??
Gak mungkin??!!
Tapi suara itu sedemikian jelas ditelinganya. Suara itu sedemikian tegas. Suara yang selama ini membimbing jalan hidupnya.
Arrrghhhhh….gak mungkin!!!
Gendeng apa??!!
Dia tidak pernah memperhatikan si Y ini, meskipun si Y ini cantik dan banyak yang mengejar. Selama ini hubungan akrab X dengan kakak si Y membuatnya tidak pernah memasukkan Y sebagai calon pacar apalagi pasangan hidup.
Duhhh…permainan apa lagi ini??
Hari itu si X sama sekali tidak bisa berkonsentrasi di dalam mengikuti kursus bahasa Inggris itu. Setelah pulang dan sampai beberapa hari kemudian, terjadi pergumulan hebat dalam diri si X . Dia berdoa memohon pencerahan akan apa yang baru dia baru dengar dan alami itu. Dia takut kalau-kalau kali ini dia salah “mendengar”.
Namun setelah beberapa hari dia berdoa, dia semakin yakin bahwa suara itu memang benar dia dengar dari Tuhan, bukan halusinasi atau semacamnya.
Untuk lebih meneguhkan dan memastikan hal itu, maka dia pergi ke seorang pendeta dan istrinya. Dia menceritakan semua yang baru saja dia alami dan dia minta pendeta itu dan istrinya berdoa untuk dia dan menanyakan kepada Tuhan, apakah betul Tuhan sendiri yang berbicara, bukan yang lain?
Dia juga sempat menanyakan dan menceritakan hal yang dia alami tersebut kepada seorang teman dekatnya yang dia percaya, yang kebetulan juga mengenal si Y. Anehnya teman dekat itu langsung mengatakan bahwa dia merasa bahwa itu sangat mungkin dari Tuhan.
Dua minggu kemudian, si X kembali menemui pendeta itu untuk menanyakan apa yang mereka dapatkan dalam doa mereka. Dia terkejut ketika beliau berkata “Setelah kami berdoa maka kami mendapatkan pengertian bahwa itu memang benar dari Tuhan”.
Merasa memperoleh konfirmasi dari pendeta dan kawan dekatnya, maka apa yang dia lakukan kemudian membuat saya tercengang.
Si X menelpun si Y meminta untuk datang ke rumahnya.
Y datang tanpa mengetahui apa yang akan mereka bicarakan.
Setelah tiba di rumah X, dan setelah mempersilakan Y duduk. Tanpa ba bi bu, si X langsung mengatakan:”Y, selama ini aku menganggap kamu sebagai adik. Namun aku memperoleh pendengaran yang aku percaya dari Tuhan, bahwa kamulah orang yang akan menjadi pendamping hidupku. Kalau seandainya kelak omongan saya ini salah, maafkan saya dan kamu akan tetap aku anggap sebagai adikku.
Tanpa ba bi bu, tanpa pemanasan, tanpa tedeng aling2. Si X melamar si Y di rumahnya. Hehehe…edann…beneran saya pikir ketika itu, teman saya ini emang udah gendeng wakakak… Hehehehe…saya tanpa sadar langsung berkomentar: “Edan, lu!”.
Tapi mari kita teruskan.
Si Y, yang kaget tidak kepalang, entah karena malu atau tersinggung. Langsung berdiri dan pamit pulang. Tinggal si X yang tengar tenger seperti orang linglung.
Saya langsung bertanya ke X: apakah kalian pernah pacaran sebelumnya? Tidak! Pernah seneng? Tidak! Pernah pergi berdua? “Pernah sekali, tetapi dalam rangka mengantar dia ke kampusku, waktu itu dia lagi menimbang mau kuliah dimana. Tapii…kejadian itu hanya berlangsung 1 jam aja, terus saya antar dia pulang kerumahnya. Itulah pertemuan kami yang “terakhir” yaitu kira-kira 3 tahun yang lalu dan sejak itu tidak pernah lagi bertemu si Y sekalipun”, ujarnya.
Heh!!!! Benar2 edan!!
Selama satu bulan berikutnya, si Y tidak pernah lagi nampak batang hidungnya. Tinggal si X yang kebingungan hendak berbuat apa.
Beberapa waktu kemudian Tuhan mulai bekerja, DIA mengingatkan si Y bahwa dia pernah menulis permintaan pasangan hidup yang selalu dia bawa kehadapanNya selama beberapa bulan diwaktu yang lalu.
Si Y mulai mencari-cari catatan yang dia sendiri bahkan sudah lupa menaruhnya dimana, tetapi anehnya setelah mencari-cari ditempat yang tidak jelas juntrungannya, si Y dapat menemukan kembali catatan itu.
Setelah membaca catatannya yang ternyata berisi 20 karakteristik calon idamannya, si Y terkejut. 18 dari 20 point yang dia buat adalah seperti karakteristik si X. Hanya satu yang meleset dan satu lagi yang berupa “restu” dari sang mama, yang tentu saja sangat penting.
List seperti apakah yang dibuat si Y? Isinya kurang lebih mengenai calon pasangannya nanti orangnya begini, tinggi segini, hobby begini,dan tentu saja salah satu poinnya restu dari mama dll dll. Lha yang satu meleset itu apa? Tidak sabar saya rasanya J.
Yang satu itu adalah pasangannya kalau bisa adalah orang yang memiliki usaha sendiri. Padahal ketika itu si X masih bekerja di perusahaan orang lain. Syarat ke 20 ini baru sekitar 13 tahun terakhir terealisasi menjadi suatu bisnis yang juga atas petunjukNYA.
Saya melenceng sebentar menceritakan bisnis yang dia tekuni sekarang.
Saat ini dia memiliki bisnis yang sama sekali berbeda dari pengalaman kerjanya selama lebih dari 10 tahun terakhir yaitu membuat amplifier dan speaker, padahal ketika dia memulai bisnis itu dia sudah lama sekali tidak berkecimpung dengan kedua produk ini (dia hanya memiliki hobby tentang ampli dan speaker, kira-kira 20 tahun yang sebelumnya)
Berbekal kepercayaannya atas suara yang di dengarnya, dia belajar dan mengingat-ingat kembali apa yang sudah lama sekali tidak dia sentuh, yaitu mengenai resistor – kapasitor – transistor yang menjadi komponen dasar amplifier .
Mencoba merintis usaha ini dengan tidak mudah dibawah tuntunanNya, hingga sekarang produknya sudah beredar di hampir di seluruh Indonesia, yaitu dari Aceh sampai ke Jayapura. Dengan demikian kriteria ke 20 dari list yang dibuat oleh Y akhirnya terpenuhi J.
Kembali ke Y.
Ketika dia menemukan catatan lamanya itu, dia tersentak kaget. Dia hampir tidak percaya akan apa yang dia tulis sendiri dulu, dan dia kemudian teringat akan kejadian sebulan lalu ketika dipanggil si X ke rumahnya.
“Duhhh apa memang benar ya si X pasanganku? Kalau salah bagaimana?”, pikir si Y.
Catatan itu dibacanya dan dicross check dengan kakaknya yg merupakan teman baik Si X. Satu persatu point itu ditandai sebagai tanda benar, sampai akhirnya tanpa sadar sudah sampai ke point yang terakhir. Berulang kali dia baca catatan itu sampai akhirnya dia mulai mempercayai apa yang dikatakan X ketika itu.
Tinggal 1 point yang menentukan langkah Si Y untuk terus atau mundur, yaitu restu dari sang Mama. Restu dari Mama tentu merupakan hal yang paling penting dari seluruh list itu. Masalahnya adalah Mamanya masih mempercayai hal2 yang dalam adat China dimengerti sebagai “jiong/ketidak cocokan yg membuat kita tidak bahagia”.
Y sangat maklum kalau Mamanya sangat menentang pasangan yang berbeda 6 tahun, karena menurut beliau “jiong berat”. Lha kok kebetulan, perbedaan umur antara si X dan Y, pas 6 tahun?
Ragu-ragu antara percaya tidak, antara takut dianggap gila atau dimarahi, akhirnya Y mencoba mendekati Mamanya dengan pertanyaaan:“Ma kalau jodohku beda umurnya 6 tahun bagaimana ya?”
Si Y diam, deg-degan dan menunggu reaksi dari sang Mama, untuk akhirnya menerima kenyataan Mamanya benar2 menjadi marah dan berkata:”Kalau kamu nekat pacaran dengan orang yang beda umurnya 6 tahun, kamu harus keluar dari rumah ini”. Fiuhhh….
Si Y menjadi lemas dan pasrah kalo memang ternyata pada akhirnya si X bukan jodohnya, walaupun sudah hampir keseluruhan dari 20 point doanya sesuai. Yah, mau gimana lagi, meskipun semua sudah cocok, tentu restu Mama tidak bisa diabaikan hanya karena list yang kebetulan cocok.
Tidak lama setelah itu dihari yang lain, ketika si Y membantu membersihkan kamar Mamanya, si Y bercerita bahwa dia ketemu si X. Mamanya tiba2 berhenti sejenak, lalu menanyakan bagaimana kabarnya si X, karena sudah lama tidak mendengar kabarnya. Jawab si Y: “Ma kok aneh ya, kata si X aku ini jodohnya. Bagaimana menurut Mama?”
Mamanya terdiam.
Namun aneh, Y yang sudah ketakutan akan kemarahan Mamanya, malah terheran-heran melihat mata Mamanya berbinar dan senyam-senyum.
”Y, mama senenggg sekali mendengar ceritamu ini. Kamu inget gak tiga tahun lalu, waktu kamu diantar Si X untuk daftar kuliah?” tanya Mamanya.
Sampai disini nih bulu kuduk saya langsung berdiri, alih2 mengamuk, si Mama lha kok langsung melunak, kayak sinetron aja ya J. Yuk, mari lanjutt…:
Y mengangguk dan bertanya:” Emang kenapa ma?”
“Waktu kamu diantar balik si X, Mama sempat mbatin bahwa si X itu cocok dengan kamu. Mama hanya cerita hal ini ke cie-cie kamu yang pertama. Mama tidak menyangka doa Mama itu didengar oleh Tuhan”.
Hahaha…saya yang mendengar cerita ini hanya melongo. Hahh…begitu kebetulankah?
Lalu si Y mengingatkan Mamanya akan beda usia 6 tahun dengan si X yang dipercayai “jiong”. Tetapi aneh sekali, kepercayaan yang semula dipegang teguh oleh mamanya itu seperti hilang sirna sama sekali begitu Y menyebutkan nama si X. Hehehe…
Sebenarnya ketika itu, si X hanya dimintai tolong kakak si Y untuk mengantarkan adiknya ke kampus untuk mengambil form pendaftaran masuk kuliah, kemudian mengantar pulang kembali. Tidak ada yang istimewa. Hanya saja ketika dia hendak pulang, dia sempat berpamitan ke Mama si Y. Hanya itu.
Namun rupanya kejadian hanya beberapa detik itu cukup bagi sang Mama yang bijaksana ini untuk mengenali calon menantunya dan mungkin sepanjang malam dia berdoa kepada Tuhan agar si X boleh menjadi pacar si Y. Sayangnya saya tidak bisa mengkonfirmasi hal ini.
Dengan demikian maka mengertilah mereka bahwa ini benar-benar suara dari Tuhan, lalu merekapun jadian. Enam bulan kemudian, lanjut teman saya, dia melamar si Y. Dan setahun kemudian mereka menikah hingga kini usia pernikahan mereka telah menginjak hampir tahun yang ke 22 .
Mereka sekarang dikaruniai 2 orang anak yang telah berusia 19 dan 15 tahun.
They live happily ever after :).
Saya yang melongo mendengar cerita dongeng inipun langsung minta ijin supaya saya tuliskan, dan beruntungnya diberi ijin.
Tulisan ini sudah di-verify oleh yang bersangkutan, dan kami bagikan bagi pembaca yang mungkin hingga saat ini belum memperoleh pasangan hidup. Percaya dan berimanlah, niscaya DIA akan mendengarkan.
Salam,
Guntur Gozali
Jakarta, 13 Agustus 2013, 23:10
NB:
Jika pembaca memiliki cerita yang indah seperti di atas, alangkah indahnya juga jika dibagikan ke pembaca lain. Silakan mengirimkan ke saya untuk saya bantu edit (ggozali@yahoo.com) atau bisa langsung memberikan komentar.
ijin share ya pak…. hehehe… very inspiring story… and this one base on true story.
Monggo Pud, silakan. Semoga bermanfaat….Amin. 🙂
Bagus sekali ceritanya om. Youth Pastor di gereja saya di Jogja juga pengalaman serupa, dimana beliau mendengar secara audible suara Tuhan tentang pasangan hidupnya.
Hi Henry,
Sorry baru reply, agak sibuk beberapa hari terakhir.
Katanya memang ada yang bisa mengalami hal seperti, suatu karunia dariNYA yang sangat luar biasa :).
Salam
hehehe, cerita yang bagus sekali, sangat menginspirasi buat saya yang saat ini sedang pacaran sama laptop mulu 😛
semoga saya juga bisa mendengarkan tuntunan Tuhan dalam hidup saya ini 😀
Bantu doain saya yang kueeennnceng ya pakkkkk… 😀
supaya saya bisa bertemu dengan orang yang tepat, di tempat yang tepat dan waktu yang tepat yang tentunya atas rencanaNya 😀
Hi Pep,
Kadang Tuhan sudah memberikannya di depan matamu, tapi mungkin kamu saja yang tidak aware :), karena sibuk pacaran dengan laptop melulu :).
Saya doakan tapi gak berani kenceng2, nter dikirain org gila, lagian kalau kekencengan, terus yang mau pada ngantri, repot lagi lho :).
Tapi yang paling penting tetap percaya akan dikasih, ya nggak? Atau jangan2 kamu ni cuma pura2 doang hehehehe…
Salam,
hahaha, mana brani si pak saya ni pura2 donk 😛
ya bisa jadi aja si pak dah lewat di depan mata tapi ketutupan layar laptop 😀
saya si sabar menanti dan tetap percaya koq pak, apalagi dah dibantu doa pasti nanti dapat yang terbaik ,
Amin 😀
Saya doakan yang terbaik, paling cocok, paling sayang Peppy. Amiinnn. 🙂
Udah dishare sama Ivan sama mamanya Louis p wkwk
Yoi, tq Van 🙂
Menyentuh & menginspirasi Pak… ^^
Thank you Sir…
You are welcome, Nengsih.
Mas Guntur, You are a GREAT story teller. Thanks for sharing mas.
Hallo Harris,
Sungguh tersanjung sekali memperoleh pujian dari pak Kombes ini :), semoga benar adanya, terima kasih bro.
Salam,
Thanks for your sharing. It inspires me a lot to get closer to God since I’m sure the closer I am to God, the closer it is for me in knowing God’s love and my soulmate.
Godspeed.
Perlu dishare ke anak2 scholars nih
Top ceritanya Pak
Mirip jalan cerita hidup Patsy Oda
Calvin udah ada pacarnya kah..