Beberapa minggu terakhir, saya mulai secara pelan2 meninggalkan Group Chat yang saya buat atau saya ikuti. Mengapa? Kenapa kok leave Group Chat? Ini pertanyaan teman2 saya yang datang bertubi-tubi gara saya meninggalkan Gropu Chat, sampai saya sibuk menjelaskan satu persatu.
Saya pikir teman2 dan mungkin pembaca perlu tahu sebabnya. Siapa tahu pembaca juga sudah perlu mengurangi atau bahkan meninggalkan Group Chat yang pembaca ikuti saat ini.
Saya mengenal yang namanya Instant On Instant Messaging (IOIM) secara tidak sengaja, bukan karena saran atau rekomendasi teman2, namun karena pengalaman yang cukup menarik saya ceritakan disini. Yang saya maksud IOIM disini adalah Instant Messaging seperti BlackBerry Messenger (BBM), WhatsApp (WA) atau LINE yang akhir-akhir ini sangat popular di kalangan pengguna Mobile Device.
Jauh sebelum mengenai BBM dan Instant Messaging lainnya, sebenarnya saya sudah menggunakan bermacam-macam Instant Messaging seperti Yahoo Messenger, MSN atau Google Talk, namun pemakaiannya hanya pada waktu2 tertentu saja, jika saya merasa perlu menghungi seseorang. Sangat berbeda setelah mengenal BBM, WA atau LINE yang Instant On, yang begitu kita menghidupkan HP atau Tablet, langsung siap digunakan tanpa harus clack click dan login segala macam, saya seperti terperangkap tidak bisa melepaskan diri.
Perkenalan dengan Instant Messaging yang Instant On ini berawal ketika saya pada tahun 2009, tepatnya 20 Maret 2009, mengikuti peluncuran iPhone 3G pertama kali di Indonesia oleh Telkomsel. Nah apa pula hubungannya dengan Instant Messaging? Gak ada! Hehehehe….emang nggak ada secara langsung, tetapi secara tidak langsung ada. Mohon sabar ya membacanya.
Jadi jauh sebelum diluncurkan, saya sudah mengikuti perkembangan iPhone di berbagai media luar negeri. Hampir setiap berita mengenai iPhone ini saya ikuti, terutama tentu rumor2 mengenai rencana peluncurannya di Indonesia. Sampai akhirnya beberapa bulan sebelum diluncurkan, Telkomsel membuka pendaftaran pre-order iPhone yang akan diluncurkan 20 Maret 2009 itu.
Tanpa pikir panjang, saya melakukan pre-order dan kemudian seperti halnya dengan ribuan penggemar gadget baru lainnya dengan tidak sabar dan penuh harapan menantikan tanggal yang dijanjikan tiba. Seingat saya ketika itu pre-order dilakukan 3 bulan atau malah mungkin lebih lama sebelum tanggal peluncuran. Jadi bisa dibayangkan betapa tersiksanya menanti si doi sampai di tangan kita.
Ketika pada akhirnya tanggal yang dinantikan tiba, saya berdua dengan teman saya segera menuju Pacific Place, tempat diluncurkannya iPhone itu. Deretan panjang antrian sudah mengular ketika kami sampai, Kurang lebih 1 jam kemudian, saya tiba di depan counter untuk mendapati kekecewaan yang luar biasa. Harga yang ditetapkan oleh Telkomsel luar biasa mahalnya, kalau tidak salah 12.5 juta rupiah untuk harga sebuah HP yang diluar negeri hanya sekitar separonya.
Saya terkejut sekali. Meskipun saya penggemar gadget, tetapi saya juga masih memperhitungkan cost and benefit sebuah gadget. Gila apa membeli HP seharga Notebook? Menurut saya harga itu amat sangat keterlaluan mahalnya. Saya gemas sekali dengan kelakuan Telkomsel dan Apple yang sepertinya mau nggebuk customer seenaknya. Saya tanyakan apakah bisa dicicil? Bisa, asal pelanggan Telkomsel, katanya.
Sayapun pindah ke antrian untuk pelanggan Telkomsel. Setelah tiba di depan counter, ternyata hanya pelanggan lama yang boleh mencicil tanpa bunga. Saya katakan saya bersedia menjadi pelanggan Telkomsel agar supaya bisa menikmati fasilitas cicilan tanpa bunga yang ditawarkan, meskipun harganya tetap juga 12.5 juta. Ehh gak bisa, katanya, harus yang sudah lama berlangganan baru boleh.
Errghhhhh….gila bener pikir saya. Sudah harganya menggorok leher, susah pula menjadi pelanggannya. Benar2 keterlaluan nggebuknya. Tanpa ba bi bu, saya langsung cabut dari lokasi dengan hati penuh kekesalan dan kekecewaan. Bayangkan sudah menunggu sekian bulan, sudah antri sekian jam, kemudian pulang sia-sia tanpa membawa apapun di tangan saya. Haiizzz…
Hal penetapan harga yang luar biasa mahal ini ternyata kemudian menjadi bahan pembicaraan ramai di internet. Banyak sekali penggemar produk Apple yang marah dan kecewa seperti yang saya rasakan. Banyak sumpah serapah bertebaran di jagat maya, dan kemungkinan ini pula awal kegagalan penetrasi produk iPhone di Indonesia, meskipun tentu saja tidak ada yang mengkonfirmasi hal ini.
Saya sendiri yang sudah kecewa sampai ke ubun-ubun akhirnya memutuskan balik ke kantor saja. Namun di tengah perjalanan, saya kok masih tidak terima pulang dengan tangan kosong. Pikir punya pikir akhirnya saya memutuskan untuk mampir ke pusat HP terbesar di Indonesia, yaitu Roxy Mas.
Sayapun berkeliling melihat-lihat HP2 yang baru beberapa bulan terakhir diluncurkan, yang sebagian besar didominasi HP China dan BlackBerry. Hmm… BB lagi BB lagi pikir saya. Saya paling sebel dengan orang yang bawa2 BB ketika itu karena selalu omong mengenai push-mail push-mail mulu. Seakan-akan tanpa membaca email bisa mati aja.
Saya yang setiap hari menerima puluhan hingga ratusan email, sama sekali tidak tertarik dengen fitur push-mail ini. Lha buat apa coba? Membaca email di kantor dengan menggunakan PC saja sudah mabok, kok masih disuruh baca dimanapun dan kapanpun di layar BB sekecil itu? Saya pikir email tidak se-urgent sms atau telpun yang perlu segera dijawab, email bisa menunggu saya tiba di kantor untuk saya baca dan balas, tidak perlu setiap detik harus dikejar-kejar email.
Oleh karena itu, saya tidak pernah tertarik untuk membeli BB. Apalagi beberapa orang yang membeli BB saya tahu bukan jenis professional yang sedemikian sibuknya sampai perlu membaca email setiap saat dan dimanapun juga. Saya pikir mereka cuma terbawa arus saja, cuma buat nggaya doang supaya dianggap canggih pake BB :).
Namun ketika saya di Roxy Mas saat itu, emosi saya lebih mendominasi daripada logika saya. Saya tanya kebeberapa toko, semua menawarkan BB. Pilihan lainnya adalah HP2 dari China dan beberapa merk lain yang kurang menarik.
Hmm…beli nggak ya? Saya tanya ke penjaga toko, apa untungnya beli BB, jawabannya sama, bisa push-mail pak! Haiizzz itu lagi itu lagi.
Hmm…beli gak ya?
Beberapa saat saya ragu2 menimang BB Bold di tangan saya. Saya call partner saya, apakah dia juga mau coba pakai BB? Dia juga concern yang sama, buat apa pakai BB, cuma push-mail doang fiturnya? Namun rupaya saya yang sudah pingin utak-atik gadget anyar berhasil juga meyakinkan dia, dan akhirnya saya pulang dengan membawa 2 BB Bold baru yang sudah di aktifkan :).
Sesampai di kantor, saya segera mencoba semua fitur2 yang ada termasuk push mail dan BBM. Hanya dalam beberapa jam menggunakannya, saya langsung tertarik dengan fitur BBM yang selama itu tidak digembar-gemborkan RIM (sebelum kemudian berubah nama menjadi BB). Yang selalu digembar-gemborkan adalah push-mail dan securitynya yang luar biasa hebat.
Saya coba-coba push-mail berhasil dengan baik dan saya tinggalkan. Saya coba-coba BBM, juga berhasil dengan baik, dan….saya lengket. Saya coba invite beberapa teman saya. Saya coba create Group Chat, dan saya kaget akan potensinya. Sorenya saya beli lagi dua, satu untuk istri saya dan satunya untuk istri partner saya. Selanjutnya saya belikan anak2 saya. Kami coba chat dan Group Chat, luar biasaaa…. Gila menurut saya.
Dua minggu setelah itu, seluruh Board of Management perusahaan saya sudah saya minta menggunakan BB. Dua bulan kemudian, Core Team di perusahaan saya juga sudah menggunakannya. Belum lagi anak2 dan sanak saudara yang saya racuni untuk menggunakannya.
Sejak saat itu Group Chat saya bertambah dengan cepat, paling banyak tentu untuk urusan kerjaan. Saya memiliki group Board of Management, Board Of Directors, Core Team, Project Manager serta project yang kami sedang kerjakan. Belum lagi group SMP, SMA, Kuliah, Keluarga Besar, Keluarga Istri, dll dll, sampai total ada 27 Group.
Saya benar2 terpesona dengan kemudahannya mengatur pekerjaan. Saya bisa melakukan virtual meeting sekaligus untuk beberapa project. Saya bisa melompat dari satu chat ke chat lain. Keputusan2 penting tidak lagi perlu menunggu semua BOM hadir, semua keputusan yang tidak harus tatap muka, kami bereskan dengan dengan Group Chat. Luar biasa sekali.
Semua adalah karena fitur Instant On. Saya selalu yakin, selama orang yang saya hubungi menghidupkan BBnya, pasti bisa dihubungi. Dan saya tahu apakah message saya telah terkirim atau telah telah terbaca. Luar biasa sekali.
Orang tua sekalipun dengan mudah bisa berkomunikasi dengan anak atau cucunya, tanpa harus susah2 login dan isi password seperti halnya YM, MSN atau GT. Kita tinggal belikan mereka BB, kita belikan SIM Card, buatkan Group Chat, dan kirimkan ke mereka, maka mereka sudah bisa berkomunikasi setiap saat. So easy.
Kemudahan ini ditambah dengan kegemaran masyarakat Indonesia yang doyan ber-sms ria membuat BB tumbuh luar biasa. Dimana-mana kita temukan orang menteng-nenteng BB, mulai dari anak2 kecil hingga Opa Oma. Beberapa tamu bule saya terbingung-bingung dengan fenomena ini, mereka bingung kok anak2 kecil juga bawa2 BB, ibu2 juga bawa2 BB, kakek nenek juga bawa BB, karena di negaranya BB hanya digunakan kalangan professional saja, ya itu tadi untuk berkirim pash push mail tadi.
Saya sempat menanyakan hal ini ke teman2 saya yang hidup di Amerika mengenai pertumbuhan sms dan chat disana, ternyata menurut mereka tidak terlalu heboh. Saya tanyakan kenapa? Karena menurut mereka tidak efficient pake sms atau chat2an. Mereka lebih senang langsung angkat telpun atau kalau perlu detail pakai email. Ngapain buang2 waktu ketak ketik, katanya, telpun aja, beres.
Saya sempat berdebat mengenai effective dan efficient nya Instant Messaging, teristimewa Group Chat ini, tetapi rupanya pandangan mereka terhadap chat sangat berbeda. Saya bahkan pernah bertemu dan berdebat dengan salah seorang executive Nokia yang ketika saya katakan kenapa kok tidak membuat aplikasi semacam BBM di Nokia, dia dengan sombongnya mengatakan bahwa buat apa reinvent the wheel, kan sudah banyak aplikasi serupa seperti YM, MSN dlsb. Buat apa membuat aplikasi semacam itu.
Saya kemudian menunjukkan ke dia betapa luar biasanya BBM dan terutama BBM Group, sembari menunjukkan Group saya, terutama group keluarga dan keluarga besar saya. Saya tunjukkan betapa orang awam sekalipun bisa terjerat di jaringan ini, serta betapa mudahnya berkomunikasi antar Negara. Kebetulan ketika itu putera saya satu di US, satu lagi di Singapore dan satu di Jakarta.
Saya tunjukkan betapa mudahnya berdiskusi dengan project team saya, management saya, serta teman dan kerabat saya. Betapa enaknya mengirimkan foto, dan berdiskusi mengenai produk yang ditampilkan di Group.
Terakhir saya jelaskan betapa gila dan luar biasanya multiplier atau viral effect dari BBM ini. Satu orang merekomendasi keluarganya, keluarganya merekomendasi teman2nya, yang kemudian merekomendasi keluarga teman2nya dst.
Dia terdiam.
Saya jelaskan apa bedanya YM, MSN atau GT dengan BBM yang tidak perlu repot2 harus login dan ketik password. Belum lagi betapa susahnya bagi orang awam harus create account YM, MSN dan GT melalui website, serta kalau HP nya mati kudu re-login dan retype password. Plus kita tidak tahu apakah message kita sampai atau telah dibaca ybs.
Setelah beberapa saat terdiam, dia mengatakan:”I think I have to buy one”.
Saya sudah melakukan hal ini ke banyak bule dan orang Jepang/Korea yang sempat saya temui.
Ya memang luar biasa sekali Instant Messaging ini.
Saya bahkan, beberapa tahun lalu, sebelum WA muncul ke permukaan, selama hampir 9 bulan mengexplore secara khusus melalui kerja sama dengan satu perusahaan di Shenzhen, China, yang pada awalnya menjanjikan bisa mendevelop aplikasi persis seperti BBM di HP2 buatan China. Mereka telah menunjukkan prototype IOIM seperti yang saya mau sebagai preview. Dan kemudian kami bekerja sama dengan salah satu group perusahaan investasi di Indonesia menyetor 50K USD sebagai commitment fee.
Kami mengeluarkan dana total hampir 100K USD, namun gagal. Kegagalan yang disebabkan karena kesombongan pihak developer yang tidak mau benar2 memahami konsep dasar IOIM seperti yang dikembangkan oleh BB. Akhirnya setelah mencoba berulang kali, saya tutup project itu dengan ‘luka batin’ yang cukup lama saya rasakan :).
Nah sekarang pertumbuhan IOIM ini semakin luar biasa. Saat ini di pasaran ada Whatsapp, LINE, WeChat, QQ, IMO, dlsb. Salah satu yang paling popular adalah Whatsapp, yang pertumbuhannya benar2 luar biasa.
Pada tulisan saya mengenai Q10, saya mengkritik habis produk BlackBerry Q10 dengan Operating System BB 10 nya, yang saya katakan dikembangkan oleh orang yang tidak mengerti BBM. Hal ini saya katakan bukan tanpa alasan. Saya berani mengatakan hal ini karena saya cukup lama mempelajari fitur BBM ini untuk dikembangkan di HP China. Dan saya menaruh seluruh perhatian saya untuk project ini, hanya sayang gagal.
Saya juga mengkritik BB yang tidak secara besar2an mempromosikan fitur BBM yang memiliki multiplier / viral effect yang sangat dahsyat, malahan sibuk dengan fitur2 tanpa guna. Saya katakan begini, karena saya pernah memprediksi perkembangan fitur BBM ini akan semakin menggila di kemudian hari.
Sekarang, WA diprediksi telah memiliki 250 juta members dan keep counting up, sementara BBM yang sudah jauh lebih dulu dikembangkan hanya memiliki 50 juta members dan keep counting down :(. Sayang.
Pertumbuhan IOIM yang luar biasa ternyata membuktikan pendapat teman2 saya di US dulu juga salah. Pertumbuhan IOIM di kalangan anak2 muda di US, tumbuh luar biasa. Semakin banyak orang yang mau tidak mau terpaksa ikutan menginstall WA, LINE dlsb karena teman atau keluarganya melakukan hal yang sama. Semakin banyak yang comfortable menggunakan IOIM daripada telpun sekarang ini.
Group Chat saya di BB yang tadinya hanya aktif mulai dari pagi hingga tengah malam, sekarang dengan WA yang mengakomodasi beragam platform selain BB, aktif 24 jam sehari.
Salah satu Group WA yang saya ikuti, memiliki member mancanegara. Ada yang dari Indo, Singapore, Australia, Jerman, USA dan Canada. On 24 jam, nonstop. Mulai dari bangun pagi hingga saya tidur, dan juga ketika saya sedang tidur lelap hingga bangun lagi.
Salah satu group yang saya ikuti, dalam semalam, bisa menghasilkan ratusan hingga ribuan messages pada saat saya buka pagi harinya. Luar biasa sekali aktifnya. Sampai2 untuk membaca messages yang ketinggalan saja, hampir tidak mungkin, karena ketika saya membaca berita di atas, pada saat yang sama messages baru juga masuk bagai aliran sungai.
So, Why did I leave my Group Chats?
Peralihan dari BBM Group ke WA Group pada awalnya sangat menggairahkan bagi saya. BBM Group hanya mampu menampung 30 members dan karena penggunanya rata2 di Indonesia, hanya aktif selama kita bangun. Sedangkan WA, memungkinkan untuk menampung hingga 50 members, dan karena multi platform (BB, iOS, Android), membersnya dari Negara mancanegara sehingga aktif 24 jam.
Group BB yang tadinya ramai, yang membernya hanya teman2 dari Indo, sekarang satu persatu mulai mati ditinggalkan penghuninya pindah ke WA. Pertama, karena WA multi platform itu tadi, kedua karena kapasitas membernya lebih banyak dan ketiga karena akhir2 ini performance BBM super lelet. Hingga detik ini, performance WA jauh di atas BBM, meskipun secara fitur BBM masih di atas WA.
Saya pada awalnya sempat mempertanyakan kenapa kok BBM hanya membatasi 30 members, kenapa gak 50 atau 100. Meskipun secara teknis saya tahu akibatnya, namun saya yakin perusahaan sebesar BB bisa mengatasinya. Buktinya WA yang baru beberapa tahun nongol saja bisa menampung 50 members.
Namun setelah saya mengalami menjadi member dari group dengan 46 orang dari manca Negara, saya baru tahu ternyata group Chat bisa se chaos itu. Topik pembicaraan bisa ‘pating sliwer’ gak karu2an (apa ya terjemahanannya, coba cari di google deh :)). Topik bisa lompat kesana kemari sampai pusing ngikutinya.
Kita kalau mau jump in, harus benar2 jago mencet keyboard HP, kalau gak, belum disend topic sudah berganti hal lain. Atau jawaban kita menjawab pertanyaan yang sudah berbeda hahahahaha….
Pada awalnya seru sekali, very addictive. Saya yang akhir2 ini sudah mulai bisa bangun pagi pukul 5:00, setelah say Good morning sebagai isyarat saya sudah mulai ON wkwkwkw…maka kita akan langsung hanyut arus kata-kata yang mengalir bagai banjir. Kadang kala saya yang memulai duluan, kadang2 group sudah sibuk sebelum saya bangun.
Oleh karena itu, baterai Q10 saya, kalau pas groupnya lagi gila, paling juga bertahan sekitar pukul 9:30 sudah tewas J. Makanya kalau salah satu pembaca saya mengatakan saya intensive menggunakan IOIM, memang betul, teristimewa beberapa minggu terakhir ketika group WA saya mulai penuh sesak dengan member dan banjir posting.
Namun kemudian, kehebohan ini mulai saya rasakan berlebihan. Bunyi tang ting tung yang tadinya sekali2, sekarang berkali-kali, hampir tidak berhenti. Semakin saya ladeni, semakin gila. Sejenak saja saya tinggal, ratusan messages terlewat. Fiuhhh….
Mau diikuti, gak bisa kerja. Tidak diikuti, kok rasanya penasaran. Hmm…
Mau nulis blog jadi gak sempat lagi. Oleh karena itu sejak beberapa waktu terakhir setelah saya ngepost tulisan saya terakhir, saya sudah tidak lagi ada waktu untuk menulis. Boro2 menulis, melakukan hal lainpun juga mulai terganggu. Perhatian saya tanpa saya sadari tersedot ke screen HP saya. Saya benar2 mulai terganggu.
Saya yang tadinya senang sekali dengan group yang sedemikian ramai membernya menjadi bertanya-tanya. Apa saya sudah kecanduan? Apa manfaatnya kegilaan ini? Apa ruginya kalau saya berhenti?
Saya mulai memperhatikan topic pembicaraan yang bergulir di group chat yang saya ikuti. Topik yang paling sering dibicarakan adalah makanan karena kita makan 3x sehari, bayangkan bagi orang2 type exhibitionist yang tiap kali makan difoto. Makan apa saja difoto, termasuk saya juga J. Topik ini tidak memberi manfaat apa2 selain membuat ngiler aja.
Topik kedua sex dan semua perangkatnya hehehehe…apapun juga topic yang dibicarakan pasti akan disrempetkan kesana dan jadi bahan guyonan. Topik ini merupakan menu favorit untuk memancing semua member keluar dari sarangnya. Pada beberapa group yang sudah berpikiran dewasa, topic ini sangat seru dan juga saru, pada beberapa group jaim (baca: tidak dewasa) menganggapnya sebagai suatu hal yang berbau porno.
Topic ketiga masalah anak2, cewek atau cowok, umur berapa, sekolah dimana dll. Topic selanjutnya renungan atau motivasi. Selebihnya random, sekenanya yang memulai pembicaraan.
Ada juga topic unggulan, yang pasti akan memancing member2 yang suka mati suri alias silent member. yaitu: ucapan selamat ulang tahun dan ucapan berbela sungkawa. Siapapun juga, meskipun gak pernah nongol sekalipun, begitu ada yang mulai mengucapkan selamat ulang tahun atau berbela sungkawa, pasti nongol sebentar untuk kemudian menghilang lagi :).
Saya pernah secara sengaja mengucapkan ulang tahun secara ngawur ke salah satu member, hanya untuk mengetest hal ini. Tanpa pikir panjang semua mengucapkannya, padahal ybs baru juga merayakannya hahahaha…. Latah mode: ON
Setelah memperhatikan satu persatu group di luar pekerjaan saya, dan menganalisa pembicaraan yang bersliweran, saya pelan-pelan mulai meninggalkan yang menurut saya tidak membawa manfaat kecuali cekakak cekikannya.
Saya akui pada awalnya sangat berat, saya merasa kesepian, tidak ada lagi tang ting tung yang membuat saya meraih HP saya. Tidak ada lagi diskusi ngalor ngidul yang kadang membuat saya terkekeh-kekeh sendiri membaca komentar tak terduga dari teman2 kita. Tidak ada lagi sapaan selamat pagi, atau siang yang bertubi-tubi dari teman2.
Saya merasaka sepiiii, sunyiii, tetapi damai :).
Apakah saya kehilangan? Ya. Apakah saya menyesal? Tidak. Saya menyadari Instant Messaging merupakan teknologi bak pedang bermata dua: dia mendekatkan orang yang jauh, dan menjauhkan orang yang dekat. Benar tidak?
Coba perhatikan apa yang kita lakukan pada saat duduk makan di restoran atau di Starbuck Coffee. Begitu pantat menempel di kursi atau sofa, secara reflex kita akan mengeluarkan HP atau Tablet. Terus sibuk mengecek ada Chat atau FB atau Twitter atau apalah namanya. Saya juga begitu. Saya tidak munafik mengatakan tidak, saya begitu dan semakin parah setelah group WA saya semakin aktif.
So, saya harus memutuskan apakah saya akan tetap larut dalam air bah chatting yang tidak tampak akan mereda ini, atau saya naik ke permukaan dan meninggalkannya?
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya putuskan untuk meninggalkannya, sama seperti keputusan saya untuk tidak aktif lagi di FB. Satu persatu Group Chat saya mulai saya tinggalkan, hingga kini dari dua puluh sekian group hanya tinggal sekitar 15 an group tersisa, sebagian besar untuk urusan kantor. Diluar urusan kantor hanya tinggal 3 yang menurut saya, untuk sementara, masih patut dipertahankan karena banyak sekali informasi yang saya peroleh.
Saya merasa sangat kehilangan ocehan dan guyonan teman2 yang kadang kata2 atau kalimatnya sering tidak terduga. Namun, saya harus memilih. Saya bukan orang yang bisa tinggal diam jika membaca suatu topic yang menggelitik. Saya tidak bisa tidak berkomentar atas sesuatu yang saya setujui atau tidak.
Teman2 mengatakan, di silent saja, kan beres. Kalau ada waktu dibuka, kalau gak ya dibiarin. Hmmm…saya pernah mencobanya. Namun, seringkali rasa ingin tahu saya tidak terbendung untuk membacanya, dan kemudian ikut larut dalam percakapan yang tidak ada ujungnya hehehehe….
So, bai bai Group Chat….
Saya lebih memilih untuk ngoceh di blog saya ini saja deh meskipun pembaca saya sebagian besar adalah pertapa (silent mode:ON) hahahaha….
Semoga tulisan saya ini menginspirasi teman2 yang seperti saya, yang saya sangat yakin, banyak yang addicted to chat. Yang akhirnya lupa akan tugasnya sebagai pelajarkah, sebagai kekasihkah, sebagai ayahkah, sebagai ibukah atau sebagai anakkah.
Semoga berani memutuskan untuk tenggelam dalam air bah chat atau keluar darinya.
Semoga berani memilih untuk tetap cengengesan atau pekerjaan.
Semoga berani memilih untuk tetap cekikikan atau keluarga.
It is not easy, at first, but it is worth it.
Salam,
Guntur Gozali
Jakarta, 9 Agustus 2013, 22:55
hmmmm… kenyataan group chat itu bagai pedang bermata dua benar Pak…
rasa penasaran kita selalu ditantang… hehehheee….
Mungkin itu karena kita pada dasarnya adalah makhluk sosial Pak…
Menurut Fitri, point of view Bapak adalah bagaimana kita bisa membatasi diri dari kegiatan yg mengganggu efektifitas sehari-hari. 🙂
Bravo
I commend your action of disconnecting from the group.
While I am also a part of some of the same groups you are, I am not a slave to my phone. And definitely not addicted to social networks. I don’t let it become an addiction.
Quite honestly, all this need to let everybody know what you are doing 24 hours a day is mind boggling to me. I do not need to know that you had the best “Sop Buntut” every day and every time you eat. I am glad to hear that you have found a good restaurant that I might visit someday. So I use it only for my knowledge.
My daughter is on FaceBook, Instagram, Tumblr, Twitter, Skype and that does not include all the SMS, MMS that other applications she uses to send and receive information. I don’t understand the need to share so much information. People have become a bit narcissistic now. The next generation has become an open book with very little privacy and mystery in my opinion. But I do SMS her to see if she is OK at night.
I have not disconnected from any of my groups. But I choose to read what I want. If there are 500 new messages, I skim though it a little bit. Most of the time I go right to the bottom and delete the rest. I keep a small group for my very favorite people.
I am grateful that I can socialize with some very old friends. Some I haven’t seen in over 30 years. Which would not have happened without the help of WhatsApp and other services. So I participate when possible and go about my business.
Use the technology for your benefit, don’t let technology rule you.
Setuju Pa :)! Awalnya memang group chat enak, soalnya jadi ga kesepian. Tapi lama-lama, bahan pembicaraannya abis diliat-liat kebanyakan relatif lebih dangkal, soalnya kalau mau bicara bahan yang dalem-dalem pun orang gampang banget kedistract omongannya jadi topik lain. Udah gitu, kesannya rame, tapi sebetulnya komunikasinya ga personal banget, karena diarahkan ke group (broadcast) dibanding kalau ngomong sama orangnya secara langsung (unicast) 😀
Cerita nya panjang sekali Pak. Seru juga bacanya. Btw, thanks saya juga pernah mendapatkan fasilitas BB dari AdIns jd saya bisa berkomunikasi bukan hanya dengan teman seteam tp dipekerjaan saya juga bisa berkomunikasi dengan client di project. Sebelum saya baca blog Pak Guntur saya baru saja mengupdate status saya di BBM kalau saya berencana meninggalkan platform ini in the mid of august karena benar2 tidak ada kegunaan lain selain BBM dan intensitas nya sekarang makin menurun. Client2 dan kolega2 sekantor saya pun lebih banyak yang menggunakan WA daripada BB, bahkan tamu dari regionalpun malah memakainya iMessage. Saya setuju memang WA paling populer saat ini, tetapi saya melihat fitur WA masih jauh di bawah BBM. Even dibandingkan dengan multiplatform chat lainnya seperti LINE dan WECHAT, fitur WA masih lebih jadul. Saya totally setuju dengan kelebihan dan kekurangan chatting di group seperti yang Pak Guntur curhat kan. Saat ini saya msh bisa handle dengan mematikan notifikasinya saja, karena di antara segudang message seliweran gak karuan pasti ada informasi berguna walau pun kadang terlewatkan, contoh ada teman yg butuh bantuan, ada teman yg ulang tahun, ada kejadian penting di sekitar kita, dll. Yang penting sekarang biaya internet makin murah dan kualitas jaringan yang cepat dan stabil, biaya komunikasi makin menurun 🙂
yak. jadinya lebaran juga bisa ngeblog ya pak…. hehehe. aku juga udah meninggalkan beberapa group chat sich pak. thank you buat inspirasinya…
yak ternyata lupa masukin nama… PUDI nich pak. hehehe.
Halo Mr. Guntur oleh n pembaca setia artikel yang selalu mantap dari Bp. Guntur. Pantesan Bp Guntur tidak pernah komentar lagi di group BBM yang selama ini dibangun dan dibesarkan beliau, padahal kita selalu menantikan komen lucu dan cerdasnya.
Tapi melalui japri kan masih bisa dikontak kan pak? He he he. Jangan delete saya dari BBM ya pak? Ntar kalau saya ingin ditraktir nasi goreng ndak bisa dong.
Omong-omong tentang group chat BBM, apakah Pak Guntur telah menerima foto unik yang menggelitik? Mungkin bpk belum terima, padahal p Guntur pasti akan punya komentar khusus yang cerdas dan bermanfaat untuk kita semua. Saya asumsikan p Guntur belum melihatnya. Silahkan bpk dan teman-teman pembaca yang budiman dan budiwati melihat sebuah foto poster di blog ini:
http://realfree-indonesia.blogspot.com/
Saya nantikan komentarnya. Have a great time.
NB: Saya nantikan artikel-artikel selanjutnya lho pak.
Bersyukur kalau Pak Guntur cepat sadar tapi rada terlambat.
Saya hanya punya 5 group chat itu pun semua group chat yang berkaitan dengan pekerjaan.
Saya sudah lama meninggalkan group SMP, SMAN, Kuliah, Alumni Kos2an.
Yang paling saya ga tahan adalah orang2 sok eksis yang membroadcast informasi yang tidak jelas kebenaranya.
Orang2 seperti ini saya tidak mengerti jalan pikiranya apakah menganggap dirinya sok menjadi orang nomor satu yang mengetahui suatu informasi, atau memang mereka ini terlalu bodoh yang membuat orang lain terganggu.
Siapapun teman yang suka membroad cast informasi ga penting langsung saya delete dari list saya.
So inspiring Pak Guntur… Ijin share, thank u, Tuhan memberkati
Panjaaaaaaaang sekali curcolnya, pdhl biasanya lgsg saya close nih hahahaha….asik jg ngebacanya mengalir begitu saja, bagaikan sungai katanya td haha
Yayaya grup chat, sm spt hidup ini kan pilihan……filter mana yg kiranya membawa manfaat buat kita & membersnya 😀
Setuju, padahal menurutku banyak kelebihan bbm yang ga ada di apps chat lain. fitur kirim file misalnya.