Selagi saya terkantuk-kantuk mendengar kotbah di gereja saya beberapa minggu lalu, tiba2 Romo mengambil Alkitab dan membacakan bacaan yang membuat saya duduk tegak di kursi saya karena isinya yang sangat indah namun luar biasa sulit dilakukan.
Saya sengaja memposting disini dengan harapan semoga ada yang diubahkan oleh sederetan kata2 indah itu:
K A S I H
Saudara-saudara,
Kasih itu sabar,
Murah hati, dan
Tidak Cemburu
Kasih itu tidak memegahkan diri,
Tidak sombong, dan
Tidak bertindak kurang sopan
Kasih itu tidak mencari keuntungan diri sendiri,
Tidak cepat marah, dan
Tidak menyimpan kesalahan orang lain
Kasih tidak bersuka-cita atas kelaliman,
Tetapi atas kebenaran
Kasih menutupi segala sesuatu,
Percaya akan segala sesuatu,
Mengharapkan segala sesuatu,
Sabar menanggung segala sesuatu
Kasih tidak berkesudahan
Nubuat akan berakhir,
Bahasa Roh akan berakhir, dan
Pengetahuan akan lenyap
Sebab pengetahuan kita tidak lengkap, dan
Nubuat kita tidak sempurna
Tetapi jika yang sempurna tiba,
Hilanglah yang tidak sempurna itu
Ketika masih kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak, merasa seperti kanak-kanak dan berpikir seperti kanak-kanak pula
Tetapi sekarang, setelah menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Sekarang kita melihat gambaran samar-samar seperti dalam cermin, tapi nanti dari muka ke muka.
Sekarang aku mengenal secara tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, sebagaimana aku sendiri dikenal.
Demikianlah tinggal ketiga hal ini:
Iman,
Harapan, dan
Kasih
Dan yang paling besar di antaranya adalah : KASIH.
** Surat pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (13:4-13)
Sebuah artikel yang indah dan mengingatkan kita supaya selalu menerapkan hukum kasih dan ahimsa (tidak melakukan kekerasan dan kekejaman verbal, fisik maupun psikologis), dan bagaimana caranya mengubah cemburu (iri) menjadi motivasi untuk maju.
Thanks Om Guntur atas artikel ini. Tolong aktif menulis ya pak. Kalau lagi galau dengan kemacetan Jakarta, nulis aja pak daripada bakat terpendam di jalan yang macet, ntar stress lho. He he he he
Terima kasih Pak Komang atas komentarnya yang sangat membakar semangat :). Saya akan coba menulis sebisanya, meskipun akhir2 ini sepertinya waktu sedang tidak berpihak pada saya :).
Mohon jangan bosan memberi masukan dan terutama kritikan ya pak Komang 🙂
Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.
Semoga saya n orang orang di sekitar saya bisa lebih menerapkan ajaran ini dalam hidup. Terutama dalam berkendara di jakarta 😀
Perlu berkendara dengan KASIH ya Toby wkwkwk… Jempol 🙂
Bagus post-nya, Om. It’s a kind reminder for me personally. Although, it took me at least 5 times to read and re-read it, and I still struggle to fully understand and implement it… hahaha…
Dalam pengalaman saya, in reality when certain events happen in our life, kita lupa akan makna dari Kasih ini. Dan cenderung berbuat apa yang biasa kita perbuat.
Waktu saya baca ini, saya berpikir “Oh ok, I understand that and I can do that.” Tapi kenyataannya susah dan saya selalu lupa untuk menerapkan ini. Paling banter, setelah kejadian, saya baru kepikiran “oh, kenapa tadi saya begini yah… kenapa saya ngga begitu… dll”. Sekarang sih, saya cuma bisa me-refleksi-kan diri kl saya kmrn itu gagal menerapkan Kasih, dan berusaha.berharap I have another chance to implement it.
This usually takes many many many times before we can implement it. Don’t give up, keep trying. I’m sure everybody can do it. =]
Regards,
Anton
Hi Anton, nice comment.
Iya memang benar susah sekali menerapkan Kasih seperti yang diuraikan Rasul Paulus itu, karena mungkin ego kita jauh lebih besar daripada Kasih itu sendiri ya?
Salam,