Dunia Seluas Layar iPad

baby-and-ipadPerlu dibaca oleh pasangan muda dengan “buntut” yang masih mungil2 :).

Ketika sedang asyik menyantap makan siang saya di salah satu resto di Plaza Senayan, konsentrasi saya terpecah karena keributan suara anak2 yang akan menempati meja di depan saya. Namun ketika melihat sumber keributan itu berasal dari kecerewetan dua anak2 laki2  yang berusia sekitar 10 dan 7 tahunan itu, saya jadi tersenyum sendiri. Mereka ditemani oleh papa, mama dan seorang suster yang mendorong kereta bayi berisi seorang anak perempuan berusia kurang lebih 3 tahun.

Sembari tetap menyendok makanan ke mulut saya, mata saya tidak lepas dari anak perempuan manis yang di kereta dorong itu. Dia asyik sekali memainkan jari2nya di layar iPad yang diletakkan di depannya. Sebentar2 dia menutul-nutulkan jari2nya yang mungil itu, sebentar kemudian dia geser2kan, entah sedang memainkan apa. Namun wajahnya tampak sangat serius sekali, manis sekali, gak rewel, gak ribut, gak ada suara. Puinterr deh pokoke.

Saya masih memperhatikan si nona kecil yang asyik dengan iPadnya itu ketika orangtua dan dua orang kakaknya mulai duduk di kursi masing2. Dan…nah ini yang lebih membuat saya tertarik. Segera setelah duduk, kedua anak2 laki2 itu mengeluarkan iPadnya masing2. Hmmm…. Kemudian, yang lebih menarik lagi, setelah si papa dan mama memesan makanan, mereka juga mengeluarkan iPadnya masing2…wkwkwkwk….

Hmmm….pemandangan yang menarik juga. Jadi kelima orang itu, kecuali si suster, semua sibuk menghadapi layar iPad masing2. Bedanya hanya layar iPad si papa dan mama lebih kecil, alias menggunakan iPad mini, sedangkan anak2 menggunakan iPad 2 atau 3.

Saya hampir tersedak melihat pemandangan yang menggelikan ini. Coba bayangkan apa tidak lucu, satu meja terdiri atas papa, mama, 3 anak, semua sibuk dengan iPad masing2, dari yang paling tua, sampai yang paling muda, semua sibuk menggores atau menutulkan jari mereka di layar iPad. Tidak ada pembicaraan, tidak ada obrolan, sunyi sepi, hanya suara game dari kedua anak laki2 yang sesekali ngobrol mengenai game yang mereka mainkan :).

Saya tiba2 teringat akan pengalaman saya sendiri ketika anak2 saya masih seusia mereka. Ketika itu handphone masih model jadul punya, tetapi sudah ada beberapa game di dalamnya. Pada saat awal, setiap kali masuk ke dalam mobil, mereka saya pinjamkan handphone saya supaya diam, gak bikin pusing, gak nggangguin saya nyetir atau menikmati music. Mereka langsung jadi anak paling tenang sedunia, mereka langsung sibuk dengan layar handphone di depan mereka. Dan saya bisa tenang menyetir atau mendengarkan music. Demikian juga kalau di rumah, kalau mereka akk ekkk okkkk, saya pinjami notebook atau handphone saja biar langsung tenang. Enak kan? 🙂

Tapi suatu ketika ada kejadian yang merubah kebiasaan saya itu. Suatu saat saya iseng menanyakan ke anak saya jalan pulang dari Plasa Indonesia ke rumah, dan dia tidak bisa menunjukkannya. Saya juga mencoba menanyakan jalur2 lain, juga tidak bisa. Padahal sudah puluhan atau ratusan kali kami melalui jalur itu, kok gak tahu.  Hmmm kenapa ya?

Setelah saya pikir2 baru saya sadari bahwa penyebabnya tidak kurang tidak lebih adalah handphone, ataupun notebook yang selama ini saya anggap sebagai penyelamat saya dari gangguan mereka. Alat yang selama ini membuat saya hidup bebas dan tenang, ternyata mempunya effek samping yg sangat buruk.

Bagaimana mereka bisa tahu jalan, lha wong begitu duduk di jok mobil, dunia mereka hanya seluas screen handphone/notebook/iPad? Mereka hanya tahu pintu mobil, jok mobil, dan mall, bahkan mereka berada di mall apa juga tidak tahu, Betul tidak?

Effek samping ini masih tidak seberapa dibandingkan dengan effek samping lain yang jauh lebih berbahaya. Contoh: mereka tidak tahu kalau lalu lintas macet, lha wong mereka sibuk dengan game yang mereka mainkan. Semakin macet malah semakin bagus, karena bisa main lebih lama lagi. Mereka juga tidak tahu kalau di sepanjang jalan terpampang gambaran kehidupan nyata yakni bermacam-macam jenis mobil, sepeda motor, manusia, rumah dlsb. Mereka tidak tahu juga ada orang kaya, ada pengemis, ada orang cacat dlsb. Mereka tidak tahu kalau ternyata dunia jauh lebih berwarna warna daripada apa yang ada di layar di depan mereka.

Dan semua itu karena kita tidak mau diganggu, kita tidak mau dicereweti oleh pertanyaan mereka yang tidak masuk akal atau susah dijawab, kita tidak mau ditarik-tarik karena mereka mau menunjukkan sesuatu, kita tidak mau mereka bersuara.

Sejak saya menyadari hal ini, saya berusaha melarang keras anak untuk bermain handphone pada waktu2 tertentu, misalnya pada saat di dalam mobil, pada saat makan bersama dll. Memang susah menerapkan hal ini, namun saya berusaha untuk membukakan mata mereka akan dunia luas yang penuh drama ini.

Saya yakin orang tua sekarang menghadapi tantangan yang jauhhh lebih sulit daripada saya karena dulu saya beruntung belum ada media social seperti Facebook, Twitter, FourSquare dslb itu. Media social yang membuat orang jauh menjadi dekat, dan orang di sebelah kita menjadi di planet antah berantah.

Jika saja ketika itu sudah ada FB, Twitter dll alamakkkk….bagaimana pula saya menarik mereka dari pelukan si FB dan Twitter ini? Fiuhhh…. Gak kebayang deh :). Mungkin bapak / ibu yang anak2nya cinta mati dengan media social boleh sharing bagaimana impact media social ini terhadap mereka.

Saat ini ketika anak2 sudah mulai beranjak dewasa, saat masing2 dari mereka mulai meninggalkan rumah untuk menuntut ilmu. Saat anak saya yang paling kecilpun sudah punya dunianya sendiri, dunia remaja yang tidak ingin diintervensi orang tua. Tiba2 semua yang dulu ingin saya hindari, yang dulu ingin saya hilangkan, yang dulu sangat mengganggu itu mulai saya rindukan. Ya betul, sekarang jadi terasa sepi, sunyi. Saya kehilangan jedak jeduk…klontang klontang….kriet kriet…dag dug derrr… itu :).

Aneh ya manusia ini, selalu merindukan yang telah hilang :).

Semoga sharing saya ini berguna bagi pasangan muda yang anak2nya masih kecil2, yang suka bikin kalian jengkel, yang membuat kalian capek, yang selalu mengganggu saat2 kalian ingin santai. It is your call to choose, before it’s too late :).

11 thoughts on “Dunia Seluas Layar iPad

  1. Tulisan ini bagus banget pak. Ingatlah untuk memeluk anak-anak lebih sering mumpung masih mau dipeluk, daripada nanti kalau sudah dewasa, mereka akan malu kalau dipelukin. Singkirkan iPad dan gadget lainnya kalau masih ada anak-anak di sekitar anda. Ajak mereka ngobrol, diskusi atau bersenda gurau.

    Silahkan kunjungi blog saya juga ya? http://smart-family.blogspot.com/

    • Terima kasih pak Komang atas komentarnya. Asal jangan peluk anaknya orang lain ya, kalau msh kecil gpp, kalau sudah sweet 17 bahaya :).

      Blognya pro bener ya, perlu belajar ngeblog ke pak Komang nih :).

  2. Ipad d lunch time, no good. Saya pribadi lebih prefer bercakap2…. Di lain hal, imho anak sebaiknya main yg fisik2 ajah, interaksi, ngomong, dll, yang dilakukan bersama ortunya. I love my moments with my boy, yang saya rasa lebih baik daripada membiarkannya dengan gadget…. A good read Sir..

  3. Syndrom ipad / smart phone take away family members attention memang menjadi efek negatif dari technology di seluruh dunia…. aneh nya problem ini belum expose seriously di news or talk shows. One day… akan menjadi salah satu topik di sekolah dasar dipelajaran etika (emangnya ada ?) … Jangan mencuri…jangan berbohong ….jangan main game iPad / smart phone selagi bersama teman, keluarga, saudara…
    Kalau sendirian banyak saya lihat females yg juga doyan BB … seperti badan nya disini tapi pikirannya disana. Being Now nya ora ono.

    In my case,
    Kalau bawa iPad lagi nunggu pesanan makanan or lagi ngopi ama keluarga, kita maen game Family Feud di keroyokin rame2 karena mesti nebak pertanyaan2. Di TV indo namanya super family ? Kalau ada yg salah nebak di jewer… atau diledekin … (kalau ada yg tahu game2 lain yg ngak berat dan fun buat family maen bareng2, please share)

    Kalau lagi macet atau di lampu merah saya buka ipad read something yg interesting … (asal jangan nongol si kapak merah …. brightness nya saya turunkan kalau malam) jadi ngak butek kelau kena macet.

    • Terima kasih atas komentar dan sharingnya. Semoga semaki banyak ortu yang bisa melakukan yang Anda lakukan dengan anak2. Itu luar biasa sekali.
      Kebanyakan anak2 maunya main sendiri, malah tidak mau digangguin kalau lagi assyik :).
      Mereka seperti terhipnotis jika sudah berhadapan dengan gadget spt iPad, handphone dll.
      Salut..:)

  4. saya juga salah satu orang tua yang bingung dan menyodorkan ipad saat anak saya makan :D. sebab susah sekali untuk anak saya yang berusia 2 tahun ini untuk duduk diam sambil makan, maunya lari sana lari sini.
    beberapa saat yang lalu saya baca berita tentang anak umur 4tahun yang kecanduan ipad sampai musti ke psikiater. wah, anak saya baru dua tahun lho, kalau diterusin 2 tahun lagi saya juga musti bawa ke psikiater nih :D.
    sampai sekarang saya belum nemu pengganti ipad yang bisa bikin anak saya duduk diam sembari makan. ada sarankah?

    • Pemanfaatan iPad diakui di beberapa artikel di luar negeri memacu perkembangan anak, baik motorik maupun otak. Namun tentu saja jangan sampai berlebihan, karena beberapa penelitian juga mengatakan bahwa anak2 menjadi seperti tersihir ketika berhadapan dengan layar iPad, mereka seperti berada di dunianya sendiri.

      Menurut saya tidak apa2 anak Anda disuruh main iPad ketika makan, tetapi dibatasi dan kita aware of it. Yang menjadi masalah adalah jika kita lupa diri, itu berbahaya.

      Mudah2an saya tidak salah saran :).

      Salam

  5. di jepang juga ngeri om, bahkan orang jalan pun sambil main smartphone sampai hampir nabrak orang yg ada di depannya lalu saya pelototi, sampai2 ada yg terjatuh sepertinya d rel subway gara2 main hp sambil jalan, kemudian setiap stasiun subway memperingatkan para penumpang agar tidak bermain hp saat berjalan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s