Hari ini saya mengalami kejadian yang menjengkelkan namun sekaligus juga menggelikan, bahkan ketika saya mengetik posting ini, saya masih bisa senyam senyum sendiri. Kejadian ini membuktikan bahwa di era komunikasi yang sedemikian modern ini, konfirmasi tertulis tetap dibutuhkan.

Pagi ini saya dan istri berangkat ke Surabaya dalam rangka melayat Ibunda tercinta dari teman saya, Christanto Suryadarma, Senior Director, Microsoft OEM Global Alliance, yang disemayamkan di rumah duka Adijasa Surabaya.

Karena kesibukan saya kemarin, saya lupa memesan mobil selama saya di Surabaya, saya baru sadar sekitar pukul 22:00 kemarin malam. Sebelum tidur, saya send message ke sekretaris saya yang kemarin tidak masuk kerja karena sakit, untuk besok pagi2 memesankan saya mobil sewaan. Dan kemudian handphone saya matikan.

Pagi tadi di dalam perjalanan ke airport Cengkareng, saya tengok BB saya ternyata sekretaris saya sudah menerima message yang saya kirim semalam, dan mengatakan akan mencari mobil sewaan sesegera mungkin, serta akan memberitahu saya secepatnya.

Selanjutnya saya dengan tenang melanjutkan perjalanan ke airport, saya check in, boarding dan fly to Sby. Sesampai di Sby, saya sudah menerima pesan bahwa mobil sudah dipesan dan yang akan menjemput adalah Bapak Nur dengan nomor HP sekian. Indahnya teknologi…

Sayapun segera menelpun si pak Nur:

“Hallo, ini pak Nur? Saya Guntur yang menyewa mobil bapak”

“Enjihh pak, saya sudah di parkiran”, jawab beliau

“OK, saya baru mendarat, nanti sekeluar dari Airport akan saya beritahu saya berdiri di posisi mana ya Pak, nanti dari parkiran bapak tinggal jemput saya disana”, jawab saya

“Siap…pak!”, katanya

Sayapun keluar dari terminal kedatangan dan berdiri di pinggir jalan, kemudian memberitahu beliau posisi saya. Dia mengatakan menggunakan Avanza warna abu2 dengan plat nomor B.

Sayapun kemudian menunggu di pinggir jalan. Tunggu…gak muncul … tunggu lagi … gak muncul… Hmmm kemana si pak Nur ini ya batin saya.  Karena hampir 15 menit gak muncul2 juga, kemudian saya telepun lagi.

“Pak Nur, posisi dimana ya, kok gak nongol2?”

“Lho saya sudah muter Pak, kok gak ketemu Bapak ya?” dia balik bertanya.

“Saya disini berdiri persis di depan pintu kedatangan, dipinggir jalan. Kalau bapak keluar dari parkiran menuju arah keluar, pasti ketemu” jawab saya mulai gregetan, masa bisa kelewatan, padahal saya dan istri saya sudah berbagi tugas untuk melototi mobil yang lewat.

Tunggu lagi…gak nongol lagi … tunggu lagi…gak nongol juga. Karena khawatir kebablasan lagi, saya sampai beberapa kali salah melambai ke mobil lain berplat nomor B :). Heran juga kok banyak ya mobil plat B di Sby :).

Erggghhhh….kemana sih si pak Nur ini. Kemudian saya telpun lagi:

“Pak! Dimana posisi sampeyan? Saya ini persis di depan pintu kedatangan. Saya disisi kiri jalan, istri saya di sisi kanan jalan, kok gak lihat mobil bapak sihhh”, ehhh…gemes bener. Udahnya udara panas, ehhh masih disuruh bergaya kek hitchhiker pula.

“Saya sudah keluar dari parkiran pak. Sekarang saya sudah di jalanan”, katanya sembari takut2 karena nada saya sudah mulai meninggi.

“Lho kok di jalanan, kan saya masih di depan terminal. Emangnya bapak ke airport mana sihhh???!!!”, gemes bener saya. Saya mengatakan di airport mana sebenarnya ada 2 maksud, satu menyindir dia, emangnya ada berapa airport di Sby, kedua entah kenapa kok saya ada feeling orang ini salah lokasi.

“Bapak tadi lewat terowongan gak, Pak?” katanya lagi

Hahhh…lewat terowongan?? Terowongan apaan?? Mana ada terowongan di Juanda??

Terus saya tanya: “Bapak ini lokasi dimana sekarang???”

Pak Nur: “Saya sekarang masuk lagi di parkiran”

Duhhh…parkirannn lagiiii…

Saya: ”Parkiran mana?

Pak Nur: “Iya ini baru masuk parkiran lagi, mau keluar lagi”,

Saya: “Iya, Bapak di kota apa??”

Pak Nur: ”Adi Sucipto, pak”

Saya: ”Adi Sucipto?? Adi Sucipto mana??”

Pak Nur: ”Yogya, pak”

Hahahahaha…..

Saya: ”Yogya???!!!!!….Sampeyan di Yogya??”

Pak Nur: “Iya pak…saya disuruh jemput bapak di Adi Sucipto pak” katanya memelas.

Saya:”…?????……@#$%%^&***^%$##$%^……”

Hahahahahahaha… edannn…

Jadi dari tadi saya nunggu supir yang muter2 di lapangan udara Adi Sucipto, sementara saya berdiri di depan gerbang kedatangan Juanda….hahahaha…mana bisa ketemu atuhh…:)

Saya segera menelpun sekretaris saya, dan dia segera melakukan checking ke agen persewaannya, dan ternyata benar yang dikirim adalah supir di Yogya :). Saya tanyakan apakah tadi sudah dikonfirmasi menjemput di Juanda, Surabaya? Dia tidak yakin akan hal itu.

Tapi saya sudah malas mengusut siapa yang salah. Apakah sekretaris saya salah sebut karena lagi kondisi sakit, atau yang menerima order salah dengar karena lagi “budhek” telinganya. Yang pasti keduanya tidak menggunakan konfirmasi sms atau email atau fax.

Seharian ini saya jadi geli sendiri kok bisa kejadian seperti ini terjadi. Bisa kan membayangkan, saling cari2an, saling memberitahu posisi, tapi beda kota hahaha… Saya tidak tahu apa yang terjadi kalau saya tidak mendeteksi ada yang aneh dan segera menanyakan dia dimana. Kalau saya tidak mengkonfirmasi dia dikota mana, wahh…dua2nya bakal pusing tujuh keliling….hahahaha…

Lucunya hidup wakakakakak….

Juanda, Starbuck Coffee, 28 Agustus 2012, pk 16:10