Nurani yang hanyut terbawa banjir bandang…

Banjir 1Saya baru saja selesai makan malam dan beranjak dari meja makan menuju sofa di ruang keluarga ketika hujan tiba2 turun lebat sekali disertai angin yang menderu-deru. Luar biasa derasnya, suaranya terdengar menderu-deru sangat mengerikan, ditingkahi suara geledek yang menggelegar berulang kali. Saya segera menutup jendela dan pintu rumah saya dari tempias air hujan yang sudah tiga hari terakhir ini mengamuk di lingkungan perumahan saya.

Seakan-akan tidak mengenal lelah, hujan turun terus menerus sejak tiga hari terakhir. Dua hari terakhir ini bahkan semakin menggila, sebentar deras sekali, kemudian berhenti seakan-akan menarik nafas beberapa saat untuk kemudian mengamuk lagi. Lingkungan perumahan saya yang berada tepat dipinggir sungai sudah tergenang hingga 30 – 40 cm sejak beberapa hari ini.

Ketika baru saja meletakkan pantat saya di sofa ruang keluarga, tiba2 listrik mati…..pet. Duh pikir saya, baru juga mau nonto TV. Sayapun beranjak dari sofa untuk mencari senter yang berada di salah satu cabinet di dekat meja makan. Selagi saya meraba-raba isi cabinet, tiba2 saya mendengar suara gemeretak dan teriakan mengerikan dari kanan kiri tetangga saya. Suara gemeretak itu sedemikian keras dan memekakkan telinga diiringi dengan dentuman keras dan guncangan seakan gempa.

Jantung saya berdegup keras, saya pucat pasi terdiam tidak mampu bergerak, hampir pingsan rasanya. Beberapa detik setelah tersadara, saya panic dan berteriak-teriak memanggil istri saya yang berada di bagian belakang rumah. Namun suara saya hilang ditelan oleh suara hujan dan gemeretak seperti bangunan roboh itu tadi. Saya merasakan bumi bergetar hebat semakin hebat, suara gemeretak semakin keras…semakin mengerikan. Saya mendengar teriakan disana-sini, suara terikan dan tangisan bingung dan menyayat hati. Saya pucat pasi, saya bingung akan apa yang sedang terjadi.

Saya bergegas mencari senter yang entah bersembunyi dimana, saya meraba2 kabinet sambal terus berteriak2 memanggil istri, memanggil anak2 dan pembantu saya, namun suara saya tidak mampu mengatasi suara hujan dan gemeretak di belakang rumah saya itu.

Saya terus mencari-cari senter hingga akhirnya saya dapatkan, menyalakannya dan berlari ke bagian belakang rumah untuk tertegun memandang pemandangan yang tidak pernah saya lihat seumur hidup saya.

Dalam keadaan badan basah kuyup karena hujan yang menerobos dari atap rubah yang yang telah roboh dan amblas ditelan sungai di belakang ruma, saya berteriak, menangis, melompat2 seperti orang gila karena tidak tahu harus bagaimana….

Saya berlari kesana kemari mencari anak2 dan istri saya…saya berteriak seperti orang gila…namun tidak saya temukan satupun dari mereka. Saya melongok ke tetangga sebelah untuk mendapati  hal yang tidak jauh berbeda dengan saya.

Suara gemeretak rumah roboh, suara hujan, suara deru angin, suaran aliran sungai yang mengerikan seakan saling berlomba menunjukkan siapa yang bersuara paling keras.

Saya yang sudah kehilangan akal hanya bisa berdiri terdiam dengan badan menggigil karena ketakutan…. bingung…. dan termenung…

Saya diam, saya termenung, bergidik ….. membayangkan, seandainya saja halnya tersebut benar2 menimpa saya.

Saya membayangkan….. betapa mengerikan apa yang mereka, saudara2 kita di Manado sana alami, juga saudara2 kita di beberapa lokasi yang terseret banjir bandang, tertimpa longsoran tanah, dan terendam banjir.

Saya termenung membayangkan betapa kedinginan, ketakutan, kebingungan, keputusa asaan, yang mereka rasakan ketika mengalami semua kemalangan itu.

Dan saya termenung, betapa beruntungnya saya, betapa luar biasa berkatNYA sehingga saya bisa duduk di depan TV menikmati semua acara TV yang tetap menayangkan acara2 meriah seakan-akan tidak ada kejadian luar biasa di salah satu atau beberapa pelosok Indonesia.

Saya terpekur….. betapa hebat perlindunganNYA sehingga istri dan anak2 saya boleh berada dalam keadaan sehat walafiat di kamar mereka masing2.

Saya membayangkan semua kejadian sedetail yang mungkin bisa saya bayangkan, hingga kemudian …

Saya bergegas mengambil handphone saya, dan kemudian saya mempost ide yang tampak hebat yaitu berupa himbauan ke beberapa group chat teman2 saya untuk ikutan menyumbangkan sedikit berkat yang mereka terima untuk saudara2 kita yang malang itu.

Saya pikir ketika itu, tentu sebagian besar juga merasakan atau paling tidak mengetahui dari pemberitaan yang sedemikian gencar di media elektronik, akibat banjir bandang, gempa, gunung meletus yang terjadi akhir2 ini.

Saya pikir, karena sebagian besar dari teman2 saya adalah orang2 yang sangat sibuk, sukses, pasti tidak memiliki waktu untuk berpartisipasi membantu saudara2 kita yang kesusahan itu. Sedangkan saya kebetulan punya sedikit waktu untuk mengorganize hal ini.

Maka, tanpa pikir panjang, saya mengundang mereka untuk berpartisipasi membantu para korban bencana itu. Saya pikir biarlah saya yang jadi seksi sibuk, mengumpulkan dana, membelikan sembako, menyebarkan ke beberapa lokasi bencana. Saya keluar tenaga, teman2 keluar dana, klopp…. 🙂

Saya pikir…… sambutan teman2 saya akan luar biasa.

Namun saya kecelik, saya benar2 kaget akan response yang saya peroleh. Ternyata jauh dari harapan saya…benar2 saya kaget.

Saya mempost ke lima group Chat paling ramai, group paling rame dan keren, karena saya yakin rata2 penghuninya adalah pengusaha2 / professional2 sukses.

Pada saat saya akan mempost ajakan untuk menyumbang itu, group chat sedang ramai bersenda gurau dan berbagi foto. Namun begitu posting saya muncul, tiba2 group sepi. Berhenti…Diam…Tidak ada satupun yang bersuara, mirip seperti kalau ada setan lewat….:)

Saya terkejut dengan reaksi ini, lhoooo….kok benar2 diluar perkiraan saya.

Hmmm….saya penasaran benar, saya pikir mungkin banyak yang tidak menyadari betapa parahnya situasi ketika itu, maka saya tambahkan beberapa foto2 akibat bencana itu, yang saya foto dari siaran berita di TV One dan Metro TV. Tujuan saya adalah  sekedar menambah penekanan akan parahnya kondisi bencana itu.

Ehhh…ternyata tidak memberikan hasil, malah salah seorang teman malah tersinggung, langsung meresponse dengan sinis: ”Orang nyumbang itu gak usah dipaksa-paksa. Kalau mau nyumbang ya nyumbang, kalau gak yang biarin”.

Deg…saya kaget sekali dengan response ini….sungguh tidak ada maksud saya untuk memaksa :(. Saya pikir mereka semua mengetahui besar dan hebatnya bencana itu. Saya pikir….

Haisss…..

Sayapun jadi malah iseng, saya post di group Chat kedua, group yang sama hebohnya…. langsung mak clakep juga…..diem….

Hmmmm…..tanpa pikir panjang saya post di 3 group paling rame lainnya, dengan hasil yang kurang lebih sama. Hanya ada beberapa response yang rata2 mengatakan sudah menyalurkan melalui jalur lain, ada yang mengatakan nanti saya pertimbangkan dll. Namun secara rata2…silent…

Itu terjadi setahun lalu ketika banjir besar melanda Jakarta.

Beberapa hari yang lalu, saya melakukannya lagi, gara2nya kembali karena siaran TV dan pemberitaan media elektronik yang sedemikian memilukan hati. Saya sudah lupa kejadian setahun lalu itu, lupa total.

Triggernya adalah karena beberapa minggu lalu saya berencana mengadakan pesta tahun baru Imlek bersama dengan keluarga dan kerabat dekat saya. Namun karena kondisi cuaca yang semakin tidak pasti dan karena kesibukan kantor, saya belum juga sempat mengundang dan memesan tempat. Rencana ini hanya menggantung di kepala saya.

Beberapa hari lalu, ketika kemudian saya sudah memutuskan untuk mengundang keluarga dan kerabat saya, pagi harinya saya kembali menyaksikan siaran mengenai berbagai bencana di seantero Indonesia, salah satunya adalah penemuan beberapa mayat yang terbenam di lumpur karena longsor dan banjir bandang.

Saya terbelalak melihat kehancuran yang diakibatkan oleh bencana itu. Sangat jelas ditayangkan bagaimana regu penyelamat menarik keluar dari lumpur, mayat seorang ibu dan menandunya ke atas. Saya hampir muntah melihat mayat yang membusuk itu diangkut dengan kantongan orange.

Saya juga menyaksikan kejadian yang menewaskan seluruh keluarga hanyut terbawa banjir bandang, atau terbenam dalam lumpur setebal 8 meter, ada pula yang kehilangan sebagian keluarganya, atau suami/istri/anak/orangtuanya. Juga ditampilkan kerusakan rumah dan lingkungan karena longsor dan banjir bandang itu :(.

Saya duduk terdiam. Saya terpaku memandang televisi saya dan saya segera ingat rencana tidak tahu diri saya untuk mengadakan acara pesta menyambut Imlek. Masa saya mau berpesta setelah melihat kejadian2 yang memilukan itu? Saya sudah tidak kebanjiran saja harusnya sudah bersyukur habis2an, masa masih tega bersenang2 sementara banyak yang kesusahan?

Sayapun segera memutuskan untuk membatalkan pesta makan2 Imlek yang saya rencanakan itu. Hilang sudah selera saya. Saya segera mengorganize team Bakti Sosial di kantor saya untuk mencari tahu tempat penyaluran sumbangan dan data2 kebutuhan korban, dannnnn….

Tanpa pikir panjang, sayapun mengirimkan berita yang mirip dengan tahun lalu ke group2 chat yang sama. Menghimbau teman2 saya untuk ikut berpartisipasi menyumbang korban bencana itu, dengan hanya mentransfer dana ke account team bakti social perusahaan saya. Itu saja.

Dan kejadian tahun lalu itupun terjadi lagi….

Group sama sekali tidak meresponse, chat berlangsung seperti tidak membaca ajakan saya…..

Hanya ada kurang dari 5 orang, dari hampir dari total member group chat 150 an orang yang meresponse secara pribadi, selebihnya tidak meresponse.

Namun saya masih bandel, saya pikir: “Kan mereka pada tidak tahu siapa yang menyumbang siapa yang tidak, siapa tahu kalau saya post hasil sumbangan hari itu akan banyak yang tergerak hatinya?”.

Maka sore harinya, sembari berpura-pura mengucapkan terima kasih kepada yang berpartisipasi, saya post lah hasil baksos hari itu. Saya berharap siapa tahu ada yang terlewat tidak membaca, atau mungkin sudah membaca tapi lupa. Saya post ucapan terima kasih dan beberapa foto kegiatan baksos berikut bukti transfer dana yang terkumpul.

Ajaib…..group langsung sepiiii…..sampai saya menjadi bingung dan merasa bersalah sendiri… Waduhh mati… kok saya mengulangi ketololan tahun lalu??? Kenapa kok lupa akan umpatan teman saya yang sampai merasa saya paksa menyumbang itu? Kenapa kok saya ulangi :(….

Tidak ada satupun yang berkomentar untuk jangka waktu yang sangat lama. Diam semuanya… Saya tidak tahu apa yang ada dibenak teman2 saya. Apakah masih menganggap saya memaksa? Aduhh…semoga tidak demikian.

Saya sempat termenung….merenung….bingung…

Saya menjadi galau.

Salahkah undangan menyumbang itu?

Mengapa undangan menyumbang itu menjadi semacam kalimat kutukan yang sebaiknya tidak diucapkan? Sebaiknya tidak dibahas?

Saya benar2 tidak mengerti apa yang mengerikan dari ajakan meringankan beban orang2 menderita itu?

Beberapa response yang saya terima benar2 membuat saya terhibur, tidak dalam jumlah, tetapi dalam perhatian. Ada yang menyumbangkan hanya lima puluh ribu rupiah, maaf lho…angka yang tidak banyak untuk saat ini, namun sangat saya appreciate. Ada yang mengatakan hanya bisa ikut menyumbangkan 2 dos Indomie, itu….luar biasa. Ada yang bahkan tidak menyumbangkan apa2 tetapi bersimpati atas penderitaan korban2 itu, that’s also fine.

Padahal….saya sangat berharap mereka lah yang pertama akan dengan lantang mengatakan: “Gun, lu butuh berapa juta??” atau “Eh, gw udah transfer 5 juta ya, cukup gak ya??”. Hehehehe….

Kenyataan ini sangat mengganggu saya. Kenapa kok kalau posting barang2 atau kegiatan2 yang wah2 hobby banget, tapi begitu mendengar kata “sumbangan” langsung kabur??

Meskipun kita tahu tanggung jawab penanganan banjir itu ada di bahu pemerintah, namun menurut saya seluruh umat di bumi punya tanggung jawab yang sama jika ada atau melihat orang kesusahan atau tertimpa bencana. 

Meskipun sumbangsih kita tidak terlalu berarti, tetapi jika dikumpulkan sedikit demi sedikit akhirnya akan menjadi bukit juga, daripada hanya berpangku tangan dan mengharapkan pemerintah yang menangani sendiri. Siapa tahu sumbangan kita yang hanya sedos Indomie bisa menyelamatkan satu keluarga yang sedang kelaparan.

Namun yang paling penting, paling tidak dari apa yang saya rasakan, masa kita menutup mata atas kemalangan yang menimpa saudara2 kita itu. Sementara kita, banjirpun tidak kena. Padahal mereka, bajupun tidak punya. Kita masih bisa bersenda gurau dengan keluarga, dan makan2an enak, sementara mereka kehilangan anggota keluarga mereka dan tidak tahu apakah akan makan.

Pembaca tercinta, cobalah sebentar memejamkan mata, cobalah iseng2 membayangkan jika kejadian yang saya tuliskan di atas menimpa kita, apa yang kita harap orang lain lakukan terhadap kita? Selain uluran tangan kasih dari kita bukan??

Semoga tulisan saya ini boleh membukakan mata hati dan nurani pembaca tercinta, untuk tidak segan2 meraih dompet, merogoh saku, memencet mobile banking pembaca semua untuk membantu saudara2 kita yang tertimpa musibah itu.

Semoga dengan demikian Tuhan akan lipat gandakan berkat yang pembaca berikan menjadi berlipat-lipat, mungki tidak dalam bentuk uang, tetapi dalam bentuk kesehatan, dalam bentuk rejeki, dalam bentuk usaha yang sukses, dalam bentuk anak / cucu yang sehat, dalam bentuk kebahagiaan atau yang paling luar biasa dalam bentuk kedamaian.

Semoga saudara2 kita yang kemalangan itu diberikan perlindungan, kesehatan, dan kekuatan di dalam menghadapi bencana demi bencana yang melanda negara kita ini.

Aminnnn…

Sebelum saya menutup tulisan ini, saya ucapkan Gong Xi Fa Chay bagi pembaca yang merayakannya. Semoga di Tahun Kuda ini kesehatan, rejeki dan kebahagian pembaca sekeluarga semakin diberkati olehNYA. Amin.

Salam,

Guntur Gozali

Kebon Jeruk, Jakarta, 1 February 2014, 21:40

http://www.gunturgozali.com

Beberapa foto yang saya comot dari berbagai sumber berita:

Banjir 3 Banjir 4 Banjir 5 Banjir 6 Banjir 7 Banjir 8 Banjir 9 Banjir 10 Banjir 11 Banjir 12 Banjir 13

18 thoughts on “Nurani yang hanyut terbawa banjir bandang…

  1. Halo Om, apa kabar? Sudah lama ga liat posting dari Om.

    Saya support Om 100%. Kita kan cuma mau bantu, and there is nothing wrong with it. Itu bukan paksaan, Om hanya membuka sarana buat orang lain supaya mereka ga usah repot cari informasi. Tapi kalau tiba2 mereka pikir jelek, ya sudah diemin aja. Om bukan the only person yg bakal tanya /mention itu, nanti di kehidupan sehari2 mereka bakal ada orang yg bilang atau nanya ke mereka, akhirinya juga mereka yg malu sendiri.

    Saya jg pernah ngalamin perasaan yang mirip kaya Om (bukan soal banjir sih, but something else). Tapi yang saya belajar dari pengalaman itu adalah bahwa kita sebagai satu sosok manusia, tidak akan bisa membahagiakan 100% orang2. No matter how hard I tried, I would never be able to satisfy anybody. Some will agree to me, some will not. That’s the reality and it is what it is. The best we can do is to accept it and just do what we can do. People are unique in their own way, even ‘group’ just represents certain number of people that has the same interest or topic. But just because one person in that group likes to help other, does not mean other members like to do the same (of course in reality there should be a level of certain degree on how far people would help others, or depending on who they are helping, or whether they gain something from it – talk about benefits).

    Peduli amat kata orang lain. You are not doing anything wrong. If they really are your friend, if they really respect you, they would not think negatively. In every stories, events, actions, there are always 2 sides – negative and positive. So, don’t sway and stand on your ground. You are once a strong person who have made your way to where you are right now. Don’t falter from little things nor from what people say. Believe in God, and keep doing the good things.

    Itu sih dari pengalaman saya pribadi yah, Om. Mohon maaf kalau ada yg kurang pas. But I hope it helps your confusion.

    Keep doing your best Om.

    Regards,
    Anton

    • Hi Anton, kabar saya baik2 saja. Semoga kamu juga demikian.

      Saya memang sudah lama tidak menulis karena berbagai alasan. Salah satunya adalah mata saya yang amat sangat mengganggu. Saya tidak tahan membaca atau menulis lebih dari 10 or 15 menit, mata menjadi pedas dan kabur.

      Terima kasih atas masukan kamu di atas. Saya sebenarnya juga termasuk orang yg cukup cuek untuk hal2 tertentu. Namun kejadian kemarin agak menyulut emosi saya karena kalau sudah pamer kemewahan gencarnya luar biasa, tetapi bentuk di”todong” sumbangan kok langsung “kabur” 🙂

      Saya memutuskan tidak akan berhenti membantu org2 kesusahan itu karena hati saya juga tidak akan bisa diajak kompromi, tetapi saya akan mencoba mencari jalan lain yang lebih baik.

      Terima kasih atas komentar2mu yang selalu berisi. Semoga Tuhan beserta kamu dan seluruh keluarga.

      Salam,

      Guntur Gozali

  2. Yah begitulah pak kenyataannya, saya setuju dengan komen di atas saya, kita ga bisa mengatur respon dari orang2 sesuai dengan harapan kita. Kadang ketika saya ada niat baik malah banyak yang tidak setuju, ni misal nya waktu saya pengen join ke worldvision banyak yang bilang nanti dananya disalah gunakan, kalo tu yayasan tipu2 gimana? yang ujung2nya malah ketika saya mau berbuat baik koq malah kaya dihalangi.
    tapi justru teringat yang penting niat kita, kalo dah niat mau mengumpulkan dana kaya Pak Guntur, yang penting bapak dah lakukan dan saya yakin itu tidak sia-sia walaupun mungkin hasilnya tidak sesuai ekspektasi Pak Guntur. Yang penting kita dah niat dan lakukan sesuatu daripada berdiam diri

    Kalau saya yang belum sukses ini mau ikutan bantu bisa pak? walau cuma sedikit hehehehe
    Kalau berkenan buat ikutan harus ditransfer ke mana pak

    • oh iya lupa, sebelumnya Gong Xi Fat Choi juga pak *pai pai mode on*

      semoga di taon ini banyak rejeki banyak sukses dan banyak berkat sehingga tetap bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menjadi saluran berkat bagi yang membutuhkan

    • Hi Pep, terima kasih atas response kamu yang selalu menarik.

      Betul kata kamu yang penting adalah niat, meskipun hanya simpati juga sudah berarti.

      Namun jika disertai dengan dana tentu lebih berarti ya….hehehehe….karena mereka yang kemalangan itu benar butuh bantuan.

      Nah kalau Pepy mau ikutan silakan hubungi Monique ya, dia yang jadi pengepul dan pendistribusi dana. Besar kecil tetap diterima.

      Semoga nanti Tuhan yang lipat gandakan berkat darimu menjadi berlipat lipat. Amin.

      Salam,

      Guntur Gozali

      • oke pak, besok saya hubungi ci Mon pak
        btw pak, kayanya taon ini kita baksos di luar jakarta aja pak bantuannya
        barusan saya baca daerah sindangwangi tanah terus bergerak longsor, rumah warga retak

        kalo boleh saran pak, menurut saya banjir jakarta ini bukan bencana, justru manado sinabung dan yang longsor dan ambles ini lah yang bencana dan benar perlu bantuan

        banjir jakarta ini saya sebel pak liatnya, orang2 kaya merasa ga apa kebanjiran nanti banyak yg kasi bantuan
        seperti kemarin pak bantuan nasi bungkus ke daerah belakang metro, eh udah dikasi nasi malah pada bilang “ih cuma begini”, yang di pluit waduk sengaja di jebol warga, karena sisi kiri kebanjiran, yang kanan dijebol sekalian biar sama2 banjir
        tanggul tanah abang dijebol warga buat masuk ke pemukiman liar, di tebet tanggul jebol isinya sampah semua tapi warga ga da kesadaran juga buat bersihin sampah
        jadi saya jadi agak jengkel ni ma korban banjir jakarta, dibantu protes bantuan ga sesuai harapan, tapi ga mau berubah sama2 biar situasi banjir ibukota bisa membaik
        hehehehehe 😀

        nah kan saya malah jadi curcol di sini 😛

        • Hmmm….info yang amat sangat menarik.

          Apa karena terlalu sering kebanjiran sehingga mereka kebal ya? Dan karena bantuan datang beruntun, bahkan mungkin lebih daripada apa yg mereka peroleh jika tidak banjir, jadinya seperti itu?

          Tidak pernah mampir di kepala saya.

          Tapi betul juga banjir di Jakarta bukan MELULU bencana alam, ada faktor manusia juga, yang buang sampah sembarangan, membobol tanggul dll.

          Thank you untuk masukanmu ini, kalau boleh saran juga, ajakin dong temen2 untuk aktif di team Baksos. Jadi bisa memberikan lebih banyak bantuan dan terdistribusi dengan benar.

          Again thank you ya Pep.

          Salam,

  3. “The good you do today may be forgotten tomorrow. Do good anyway.”

    “If you can’t feed a hundred people, then just feed one.”

    “I alone cannot change the world, but I can cast a stone across the waters to create many ripples.”

    All Quotes from Mother Theresa

  4. Life is a series of natural and spontaneous changes. Don’t resist them – that only creates sorrow. Let reality be reality. Let things flow naturally forward in whatever way they run.
    Lao Tsu

  5. Tetap berbuat baiklah walaupun sekitarmu mengatakan apapun juga atas perbuatan baikmu..GBU and your fam…Gong Xi Fat Coi..Happy CNY 2565

  6. Hi Pak Guntur, akhirnya muncul juga tulisannya. Saya setuju sama comment-comment yang diatas, yang penting niat kita sudah baik kok. Meskipun tadi baca di kompas.com dikasih bantuan makanan tp dimakan sedikit terus dibuang dekat posko dan orang-orang posko yang membantu membuang sampahnya bikin esmosi aja. Hehehe…
    Ngomong-ngomong mungkin bisa di post aja kl mau ngasih bantuan kemana, jadi yang baca kalau tergerak bisa langsung japri 🙂
    Sukses selalu…

    Arthur

  7. I see a lot of interesting posts on your page. You have to spend a
    lot of time writing, i know how to save you a lot of time, there is a tool that creates unique, google friendly posts
    in couple of seconds, just type in google – k2
    unlimited content

  8. I read a lot of interesting articles here.
    Probably you spend a lot of time writing, i know how to save you a
    lot of time, there is an online tool that creates readable, google friendly articles in seconds, just type in google – k2seotips unlimited content

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s