Traktir dong…

Pernah tidak pembaca mengucapkan kata2 itu? Atau sebaliknya malah dikejar-kejar temen untuk minta ditraktir? Saya rasa sebagian besar orang pernah mengucapkan kata2 seperti itu kepada teman yang sedang senang hatinya, misalnya karena sedang berulang tahun, baru dipromosi jabatannya, baru menang lomba, baru lulus kuliah dlsb.

Saya juga demikian, rasanya puas sekali kalau bisa makan gratisan karena berhasil menodong teman yang lagi berbahagia (menurut kita :)). Namun, tidak demikian halnya dengan yang sedang “ditodong”, biasanya dengan segala cara, strategi dan beribu alasan mencoba menghindar….hehehe. Seem familiar bukan? 🙂

Pada awal saya mulai meniti karier, saya mempunyai seorang teman yang sangat getol makan gratis dengan menodong traktiran dari teman2 lain. Awalnya saya tidak menyadari bahwa tindakan ini tidaklah elegant, malahan saya juga ikut2an jadi supporter.

Setiap kali ada yang berulang tahun, maka sejak pagi dia sudah menyatroni “sang korban” dengan todongannya, sampai korban merasa tidak tahan atau tidak enak hati akhirnya menyerah atas todongan si doi :). Kalau sudah begini, dia yang paling heboh mengatur tempat dan mengundang teman2 lain yang tentu saja dengan senang hati akan ikut pesta gratisan :).

Namun sebaliknya jika si doi yang berulang tahun atau promosi jabatan, wahh…jangan harap hal yang sama terjadi terhadap si doi. Si tukang todong ini dengan lihainya menghilang atau dengan seribu satu alasan berusaha menghindar…hehehe…

Demikian juga halnya kalau kami makan bersama, jika sudah tiba saatnya untuk membayar tagihan, si doi selalu berpura-pura sibuk. Macam2 saja tingkahnya, bisa pura2 tidak melihat kalau si pelayan lagi menyodorkan tagihan padahal teman2 sengaja menyuruh pelayan menagih ke dia, atau yang jadi andalan dia adalah pamit ke WC tepat begitu pelayan datang, atau kadang2 pura2 ketinggalan dompet atau yang lumayan elegant pura2 menarik dompet tapi sepertinya dompetnya lengket di kantor sehingga keburu dibayar temen lain.

Strategi seperti ini pada awalnya selalu berhasil dia terapkan, terutama kepada orang baru, namun setelah beberapa kejadian, orang mulai mengetahui sifatnya dan akibatnya kami tidak lagi bersedia mengajak dia makan bersama. Boro2 mengajak, dia yang mengajak saja kami pura2 sibuk, atau mengatakan ada janji yang lain atau apalah untuk menghindari.

Sampai dengan sekarang ini saya masih juga menemui jenis orang2 seperti ini. Dari pengamatan saya sebenarnya sama sekali bukan karena tidak mampu, lha wong sama2 seangkatan kerja, dan sama2 tahu kemampuan masing2, tetapi lebih karena mind set yang sudah dari sononya begitu :). Sepertinya ada kepuasan tertentu kalau berhasil menodong orang lain untuk mentraktir, mungkin ada rasa bangga atau apa.

Menurut saya sifat seperti ini tidaklah baik untuk dipelihara. Saya ingin share hal ini agar adik2 yang membaca bisa menempatkan diri secara elegant, kapan kita “merasa” berhak ditraktir, kapan kita bahkan tanpa diminta mentraktir. It will show your class, believe me.

Kita semua tentu pernah mendengar istilah give and take, bukannya take and take? Artinya kita kudu berani give kalau mau take. Jangan take mulu, lama2 orang males kumpul kita, karena mereka bukan keledai yang mau berkali kali kita kerjain, apalagi kalau sampai mereka merasa kita peras. Tapi juga jangan give terus lah, bangkrut atuhhh….wkwkwk…balance…

Kalau sama2 masih bekerja, selevel pula, ya bergiliran lah, tahu dirilah. Kalau hari ini kalian ditraktir, next time usahakan untuk ambil inisiatif untuk mentraktir, tidak perlu menunggu untuk diminta membayar. Dengan demikian teman akan menghargai sikap kita, mereka bisa merasakan sikap elegant seperti ini.

Jangan membiasakan diri untuk minta2 ditraktir, apalagi kesana kemari, lama2 nanti kita jadi mirip seperti gembel/pengemis, peminta-minta, yang akhirnya dijauhi semua orang. We should show our dignity, tunjukkan kita punya harga diri, gak mau gratisan terus.

So… traktir Om dong wkwkwkwk….just kidding…
 

10 thoughts on “Traktir dong…

  1. Masih ada ya mahluk seperti parasit itu dizaman reformasi ini? He he he…..
    Mungkin ngak akar permaasalahan itu adanya di sifat PELIT? Sifat pelit ini apakah sebenerya juga di pelihara atau di bentuk (sama orang tua nya or orng lain) dari sejak kecil? Atau sifat pelit ini juga berhubungan dengan jenis kerjaan yg bertahun2 dilakoni, misalnya, orang accounting vs orang sales , dunia nya berlawanan. Yg satu ngitung sampe sisa 1 perak, sedang yg satu nya doyan entertaint org alias nraktir.

    Saya juga tahu seseorang yg kerjaanya di purchasing, nyari yg termurah adalah kepuasannya, termasuk kalau bisa “minjem” barang terus ngak balikin. Sifat pelit itu ternyata melekat dan merasuk ke struktur genetika sesorang. Taking advantage adalah suatu kepuasan seperti yg disampaikan oom GG. I see it with my own eyes. Sampai2, apapun yg kadang kala diberikan oleh dia kepada saya, maka saya akan mikir, ini pasti dia dapat nya juga gratis dari orang lain, ngak mungkin dia akan beli hal ini lalu share ke orang lain…dan memang benar… ternyata bukan saya saja yg berpikir demikian…

    Bila saya di ajak makan dan ditraktir teman, saya hargai karena teman itu basically would like to spend time with me for friendship… a nice gesture… makanan adalah sarana saja. Menghargai intensi orang tersebut, selayaknya, next time I treat you so that we can spend time together.

    Jadi kalau saya di traktir di Tony Romas oleh teman, maka , next time saya traktir dia Bakmi Gajah Mada.

    Gimana?

    Ed

    • Hahahaha..apa PELIT itu terdapat di DNA kita ya? Perlu penelitian lebih lanjut kali wkwkwk…saya rasa lebih ke arah pendidikan/lingkungan. Sama seperti negative thinking, bisa kok dirubah kalau mau merubah paradigm dia.
      Biasa kalau kita sudah saling trust rasanya tidak ada lagi timbang2an nraktir di Tony Romas vs Bakmi GM :), I think once kita spend the money ya forget it. Tapi utk org2 ttt yg tadi, kategori pelit, kita jadi malah hitung2an, jadi inget terus wkwkwkwk…
      GBU

  2. Ngomong2 soal makanan …….
    Nah……(here I go again) ……..

    Teman2 pernah makan di White Hunters? Steak resto di Gandaria City or Pluit mal Emprium?
    Ribs nya juga model Tono Ramos… disamping itu saya suka sniper steak nya… medium well…. lumayan melt in my mouth. Lagi discount BNI 50% on regular days & 25% on weekend. Dengan 50% disc… ya ujung2 nya 110 rebu lah per person setelah drink and tax.

    Saya bukan pemiliknya lho cuman mau sharing saja… for you to enjoy too in case kalau mau coba. Walaupun nasi padang sih masih yg the best dari semua jenis makanan apapun didunia dan akhirat..

    • Wahhh ada undangan makan terselubung nih, bagi semua yg mereply koment ini….siiikk asyikkk…hahahaha…
      Will try next time to Gancy. Jadi tinggal sebut nama Om Ed, gitu yah wkwkwkwk…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s