Camino de Santiago: 2.7. Essential Gear & Packing Tips

2.7.       Essential Gear & Packing Tips

Setelah kita membicarakan semua hal2 penting mengenai perjalanan ziarah Camino ini, dan pembaca sudah merasa mantap untuk menjalaninya, maka mari kita bicarakan Gear atau peralatan penting yang perlu benar2 dipersiapkan.

Pada bagian ini saya tidak akan merinci seluruh peralatan yang diperlukan, untuk itu saya akan membahasnya secara detail di bagian kedua tulisan saya. Pada postingan ini, saya hanya akan membahas perlengkapan yang paling penting yang perlu kita perhatikan dan persiapkan.

Banyak sekali peralatan kecil lain yang akan saya bahas pada bagian kedua tulisan saya, yang tadinya tidak terpikir ternyata menjadi sangat penting ketika kita menjalani ziarah panjang ini.

2.7.1.     Shoes

Sepatu adalah komponen paling penting di dalam ziarah yang hampir 100% memanfaatkan kaki sebagai sarana perjalanan ini. Pemilihan sepatu yang tidak tepat akan berakibat sangat fatal bagi tubuh kita, sehingga kita sangat disarankan untuk memilih dan melakukan break-in atau pembiasaan diri terhadap sepatu baru yang kita beli paling tidak 3 – 6 bulan sebelum keberangkatan.

Saya dulu tidak terlalu peduli kalau membeli sepatu, yang penting bisa dipakai, bukan nyaman dipakai. Namun ternyata penggunaan sepatu yang tidak nyaman di kaki, meskipun nyaman di mata dan ramah di kantong, bisa berakibat macam2 di tubuh kita. Salah satunya adalah ketegangan di otot kaki, dari mulai telapak kaki merambat hingga ke tubuh bagian atas.

Pada usia muda, pada saat otot2 kita masih sangat lentur, kita mungkin tidak terlalu merasakannya, atau jika kita hanya menggunakan beberapa menit atau jam dan kemudian kita sempat beristirahat, karena tubuh kita sempat mengembalikan (merecover) otot2 yang tegang tersebut ketia kita duduk atau berhenti bergerak. Atau pada saat kita beristirahat pada malam hari, apalagi kalau sempat melakukan stretching setiap malam/pagi.

Namun ketika sudah berumur, apalagi pada saat kita harus bergerak nonstop berjam-jam lamanya, dan esok harinya harus mengulangi lagi dengan frekwensi gerakan kaki yang sangat intense dan banyak (rata2 hampir 35.000 langkah per hari), maka ketidak nyamanan sedikit saja bisa berakibat buruk.

Contoh paling nyata yang saya alami adalah blister. Blister atau kulit melepuh yang berisi cairan di kulit, terutama di kaki, adalah kondisi yang paling dihindari oleh peziarah. Seingat saya, terakhir kali saya mengalami blister di kaki sudah sangat lama sekali, mungkin ketika dulu masih remaja ketika ikutan Gerak Jalan Surabaya – Mojokerto, atau ketika hiking, entah tahun berapa kejadiannya. Setelah itu, seingat saya tidak pernah lagi mengalaminya.

Pada saat saya menjalani ziarah Camino ini, sebenarnya saya sudah sangat siap menghadapinya berdasarkan pengalaman yang dialami oleh peziarah2 lain, salah satunya adalah dengan mengoles kaki dengan Vaseline Repairing Jelly. Akan tetapi karena saya hanya mengoleskan tipis2, akibatnya pada hari ketiga saya memperoleh hadiah 3 blister. Satu di tumit belakang, dan kanan kiri telapak kaki depan.

Kalau malam hari terasa nyuttt… nyuttttt… nyuttttt… welleehhhh sakitnya minta ampun… Untungnya karena sudah terlalu capek, saya masih bisa tertidur. Banyak peziarah yang terpaksa harus menginap 3 – 5 hari lebih lama untuk memulihkan blisternya. Saya sendiri beruntung tidak terlalu parah, dan sepertinya sakit kaki saya di bagian lain mengalahkan rasa sakit blister ini, sehingga ketika saya berjalan sakit yang diakibatkan blister ini tertutup oleh sakit kaki bagian lain :).

Bahaya lain adalah terpleset karena alas sepatu yang tidak mencengkram, atau bisa juga luka di sekitar pergelangan kaki karena kulit sepatu yang terlalu keras. Intinya hal2 kecil yang pada kondisi normal sehari2 tidak akan bermasalah, ketika kita gunakan puluhan ribu kali nonstop dalam sehari dan berhari2 kemudian, bisa mengakibatkan hal2 yang tidak kita bayangkan.

Ada yang bertanya ke saya: Emang gimana sih capeknya? Mungkin teman2 pembaca bisa membayangkannya begini, coba ambil sandal japit, kemudian tepuk2 telapak kaki kita sebanyak 35.000 kali nonstop… kebayang gak tuh panasnya telapak kaki kita :), padahal tanpa beban tubuh dan tanpa kerikil tajam di kaki kita lho…

Jadi pemilihan sepatu yang benar dan enak dipakai adalah keharusan. Nah untuk pemilihan sepatu yang seperti apa nanti saya akan bahas di bagian kedua tulisan saya.

2.7.2.     Backpack

Ransel adalah komponen penting berikutnya yang perlu diperhatikan di dalam melakukan perjalanan jauh seperti Camino ini. Salah satu tips yang paling sering saya dengar dari para YouTuber adalah total berat ransel yang akan kita bawa. Rata2 saran yang diberikan adalah maksimum 10% dari berat tubuh. Berarti untuk saya yang berberat badan sekitar 70 kilo, maka maksimum berat ransel plus minus sekitar 7 kilogram.

Hal ini sudah menjadi concern saya sejak awal, sehingga saya banyak mereview berbagai merek dan model ransel yang beredar di pasaran. Terakhir bahkan saya membeli satu ransel dari salah satu merk ransel yang terkenal karena ringan di Amerika. Ransel ringan ini kemudian dipakai istri saya, sedangkan saya menggunakan ransel yang biasa saya pakai hiking dengan berat normal karena sudah tidak sempat lagi mencari ransel pengganti. Namun setelah memasukkan semua barang ke dalam ransel, apa yang terjadi jauh dari harapan.

Ketika kami mulai mengisi ransel, saya selalu mengingatkan istri saya untuk tidak membawa barang berlebihan. Hal ini saya ingatkan berulang2. Beberapa hari sebelum berangkat, ketika kami timbang, berat total masih sekitar target berat yang kami harapkan. Namun semakin mendekati hari keberangkatan, semakin banyak barang yang dicemplungkan, hingga pada saat berangkat berat ransel istri saya sudah sekitar 10 kg, dan ransel saya 12 kg an berarti 20% dari target kami. Itu belum termasuk air minum…wkwkwk…

Meskipun ransel kami kelebihan berat, perjalanan kami kali ini adalah perjalanan ke luar negeri pertama kami dengan barang bawaan paling ringan… Hanya 2 ransel saja… tidak ada yang lain. Tidak ada koper, tidak ada tas tangan dan bawaan lain. Biasanya koper yang kami bawa selalu mendekati bahkan melebihi batas beban yang diperkenankan :). Dari quota 64 kilogram per orang, kami hanya menggunakan 10 kilogram an saja… dan itupun membuat saya ketar ketir terlalu berat :).

Dan benar, apa yang menjadi kekhawatiran saya terjadi. Setelah di airport kami coba menambahi 6 botol air mineral 500 ml, 4 botol saya bawa, 2 botol dibawa istri saya, kemudian ditambah camilan2 saya langung merasakaan beban kami overloaded.

Setelah menyadari beratnya beban ransel kami, pada hari kedua di SJPP kami mencari ransel yang lebih ringan untuk istri saya. Beruntung di salah satu toko di SJPP ada toko peralatan hiking / trekking yang terbilang sangat lengkap, sehingga kami bisa memperoleh ransel yang cocok untuk istri saya. Oya, perlu teman2 pembaca catat, toko ini sangat lengkap sehingga bahkan jika kita berangkat ke SJPP tanpa persiapanpun, masih bisa melengkapinya disana.

Saya perlu menceritakan hal ini agar pembaca tidak terlalu khawatir ada peralatan yang tertinggal, karena biasanya karena kesibukan sebelum keberangkatan kita selalu merasa ada yang tertinggal. Nama tokonya adalah: Boutique de Pelerin (https://maps.app.goo.gl/ghpAhhxS43Habfin6).

Berikut foto2 toko dan sebagian isinya supaya pembaca bisa melihat seberapa lengkap isinya:

Nadia adalah pemilik boutique ini. Dia beserta dengan seorang laki2, kemungkinan suaminya, melayani pembeli dengan sangat ramah. Yang membuat saya enak berbelanja disini karena mereka menguasi produk yang mereka jual. Mereka bisa merekomendasikan ransel atau trekking pole yang cocok untuk kita, serta melakukan adjustment supaya sesuai dengan tinggi badan kita. Saya sangat merekomendasikan toko ini.

Kami disini membeli satu ransel medium untuk istri saya, sedangkan ransel ringan yang saya beli dari US dan tadinya dia pakai, saya ambil alih. Ransel full size yang saya pakai akhirnya kami putuskan untuk dikirim berikut dengan barang2 yang kami anggap tidak akan terpakai selama perjalanan.

Berarti hampir 30 – 40% dari beban awal yang kami bawa dari Jakarta sudah berkurang, semestinya sudah sudah aman dong ya? Ternyataaaaa… setelah melalui rute pertama dari SJPP hingga Orisson, kami merasa masih terlalu berat. Padahal baru nyampe di tujuan pertama, Orisson, sudah keok… wkwkwk…

Lho kok bisa…????

Ini karena kami memperoleh pencerahan di tengah perjalanan dari SJPP ke Orisson. Gara2nya ketika kami baru keluar dari kota SJPP, ketika kami sedang ngos2an menapak jalan yang mendaki, kami disalip salah satu pilgrim dari Jerman, dan dia HANYA membawa satu botol air mineral 500ml… Itu tok… gak bawa ransel, gak bawa jas hujan, gak bawa apa2… hanya 1 botol air mineral 500 ml doang…

Saya benar2 melongo, dan karena gak tahan dengan “kegilaan” dia ini maka saya sapa dan saya iseng bertanya: Apa kamu cuma bawa sebotol air ini???

Dia terbahak2 mendenger pertanyaan saya ini. Kemudian dia mengatakan sesuatu yang langsung CLICK di kepala saya, bahwa dia ingin enjoy perjalanan ini, bukan mau menyiksa diri, dan dia perlu berjalan cepat karena waktu dia tidak banyak. Jadi ya cuma bawa sebotol air itu dan topi… asemmm bener… Bener2 asemm…

Tapi saya pikir bener juga ya, ngapain susah2 bawa ransel, emangnya lagi mau latihan militer atau mau jadi atlit angkat beban? :). Salah seorang pilgrim dari Korea yang kemudian kami temui di perjalanan, mengatakan hal yang hampir sama: Saya masih sayang dengkul saya, jadi semua barang2 saya kirim lewat kurir… Benar juga… 🙂

Salah satu peziarah pernah berucap: Beban ransel sama dengan besarnya kekhawatiran kita… Semakin besar kekhawatiran kita, maka semakin berat ransel kita. Hmmmm… mirip seperti kehidupan kita ya, semakin kita khawatir semakin stress hidup kita :).

Emang bener kan? … Semakin kecil kekhawatiran kita, semakin ringat hidup kita atau semakin sedikit yang perlu kita bawa…

Sesampainya kami di Refuge Orisson, setelah selesai check in, saya langsung mencari informasi bagaimana mengirim satu lagi ransel saya ke tujuan berikutnya. Sore itu juga saya langsung memilah2 barang2 yang tidak saya perlukan selama perjalanan berikutnya, dan mengeluarkan ransel kain compact yang biasa kami bawa kalau bepergian keluar negeri. Kemudian menaruh satu ransel lagi di resepsionis untuk dikirim ke tujuan berikutnya.

Yang lucu… Sementara kami membereskan ransel ini, beberapa orang yang berada sekamar dengan kami (ada 9 ranjang di ruangan kami, 4 bunk bed 2 tingkat, dan 1 extra bed) menanyakan apa yang sedang saya lakukan. Sayapun menceritakan apa yang saya alami. Ehhh setelah itu, hampir separuh dari pilgrims di ruangan kami melakukan hal yang sama… wkwkwkwkwk…

Bahkan ketika itu ada seorang bapak2 yang sudah berusia kurang lebih 70 tahun dari USA yang membawa beban gila2an beratnya, mungkin hampir 15 kg. Beliau memang tinggi besar badannya, namun dari penglihatan saya ranselnya terlalu besar dan berat. Beliau tampak sangat kelelahan, dan akhirnya ketika saya lagi sibuk menyusun barang2 bawaan untuk dikirim, ehhh beliau mengalami kram kaki.

Beliau tampak sangat kesakitan sehingga saya harus meninggalkan kesibukan saya beberes dan membantu memijat beliau dengan obat gosok yang saya bawa. Dan setelah itu saya sarankan untuk juga mengirimkan ranselnya. Hari berikut ketika kami bertemu di perjalanan, beliau sudah tampak ceria lagi :).

Soooo… silakan bawa apa aja dari Indonesia, bahkan kalau mau bawa koper juga boleh. Nanti ransel atau koper yang tidak diperlukan selama perjalanan bisa dikirim melalui kurir ke hotel di kota berikutnya dengan biaya 6 Euro per ransel, kalau koper mungkin lebih mahal sedikit. Mereka akan mengambil ransel / koper kita sekitar pukul 8 pagi, jadi ransel / koper sudah harus ditaruh di resepsionis hotel sebelum pukul 8 pagi, kemudian mereka akan mengirimkan ke hotel tujuan sekitar pukul 14 – 16.

Hari2 berikutnya, saya hanya membawa satu ransel ringan yang saya beli dari US, dan istri saya membawa ransel kain ringan. Itupun kadang kami rasakan masih terlalu berat, gila nggak. Padahal kami sudah sangat mengurangi barang yang kami bawa. Salah satu beban paling berat yang tidak bisa dihindari adalah… air… Kami membawa air sekitar 6 botol ukuran 500 ml (4 botol saya bawa, 2 botol dibawa istri saya), meskipun semestinya tidak perlu sebanyak itu.

Asumsi, ransel kita beratnya 3 kg, ditambah air 2 liter, sudah 5 kg, belum lagi payung, tissue kering, tissue basah, headlamp, battery cadangan untuk headlamp, tripod, powerbank, 2 buah apple dan atau 2 – 4 pisang dan atau roti dan atau 2 – 4 telur , obat2an, obat gosok, sarung tangan, cadangan kaos kaki, handphone, camera 360, camera insta, jas hujan dll itu sekitar 3 – 4 kg, total jadinya sekitar 8 – 9 kg lho… gila nggak…

Sehingga pada awal2 perjalanan kami, setiap malam itu ada aja barang yang kami kurangi dan kami kirim melalui kurir … :). Setiap malam berpikir apa yang bisa dikurangi termasuk memperhatikan ramalan cuaca sehingga kami mulai berani meninggalkan jas hujan yang beratnya bisa 3 – 4 ons.

Setelah kurang lebih dua minggu, ransel kain ringan yang digunakan istri saya, yang bukan ditujukan untuk perjalanan jauh, akhirnya kami ganti dengan ransel ringan yang memang ditujukan untuk trekking.

Berdasar pengalaman kami ini, maka jika teman2 ingin menjalani Camino sebaiknya sudah harus benar2 mempersiapkan ransel yang tepat, dan juga merencanakan barang yang akan dibawa pada saat di perjalanan. Saya akan share nanti di bagian kedua apa yang sebaiknya kita bawa sehari2.

Barang bawaan selama perjalanan bisa berubah2 disesuaikan dengan kondisi cuaca besoknya. Kita harus rajin membaca buku referensi untuk mengetahui medan yang akan kita lalui besoknya dan juga memonitor ramalan cuaca. Sehingga jika besoknya kita tidak ke daerah yang tinggi, dan atau suhu tidak terlalu dingin, kita tidak perlu membawa sarung tangan tebal. Demikian juga dengan jas hujan atau headlamp berikut battery cadangannya, kalau tidak bakalan hujan, ya dikirim saja.

Memang barang yang akan kita bawa atau tinggal tampak sepele. Bahkan kami harus berpikir keras apakah mau membawa sebungkus tissue basah kecil, meskipun beratnya hanya beberapa ons. Tapi… beberapa ons itu kalau dibawa berjalan kaki 6 – 10 jam, bisa terasa sangat berat lhoooo…

Kita akan berbicara lebih detail mengenai ransel pada bagian kedua.

2.7.3.     Others

Baju, celana, celana dalam, kaos kaki, topi, jas hujan, payung, obat2an dan lain2nya, akan saya bahas pada tulisan saya di bagian kedua.

Next…

Leave a comment